7 Alasan Mabuk Cinta Bikin Persetujuan Jadi Cacat di Beyond The Bar

Di episode ke-6 drama Beyond the Bar (2025), tim hukum litigasi Yullim kembali dihadapkan pada kasus yang rumit. Seol Eun Yeong (Cheon Hee Joo) ingin menuntut mantan kekasihnya, Jung Han Seok (Choi Jung Woo), CEO perusahaan mainan terkenal Marble Soft.
Alasannya, hubungan mereka yang dulu manis berujung pada luka, baik secara emosional maupun fisik. Eun Yeong mengalami kekerasan dalam hubungan intim hingga meninggalkan keloid permanen di punggungnya, yang mengganggu kariernya sebagai model. Masalahnya, hubungan tersebut berlangsung atas dasar persetujuan bersama, bahkan disertai perjanjian tertulis. Dari sisi hukum, posisi Eun Yeong terlihat lemah.
Namun, Kang Hyo Min mencoba terobosan berani. Ia menyebut persetujuan itu bisa dianggap cacat karena lahir dari kondisi mabuk cinta, sebuah keadaan emosional yang membuat seseorang kehilangan kapasitas berpikir rasional. Nah, kenapa argumen ini bisa relevan? Simak alasan berikut ini!
1. Persetujuan hanya sah jika diberikan secara sadar, rasional, dan kapasitas penuh. Kalau kapasitas terganggu, maka consent bisa dianggap cacat

2. Meski ada kontrak tertulis, kasus Eun Yeong tetap bisa masuk kategori penganiayaan kalau persetujuannya lahir dari kondisi tidak rasional

3. Menurut Hyo Min, orang yang sedang mabuk cinta biasanya bertindak irasional, sehingga sulit menimbang dampak jangka panjang

4. Saat memberi persetujuan, Eun Yeong tidak berpikir logis, melainkan terbawa arus emosi dan rasa cinta yang membutakan

5. Ditambah lagi, Jung Han Seok menunjukkan pola manipulatif. Awalnya mesra dengan love-bombing, lalu tiba-tiba dingin dan bahkan sempat ingin putus

6. Rasa cinta yang terlalu dalam dimanfaatkan Han Seok untuk mengendalikan Eun Yeong, sehingga consent-nya bukan sepenuhnya lahir dari kehendak bebas

7. Dengan menyoroti cinta sebagai gangguan emosional sementara, Hyo Min ingin membuktikan kalau persetujuan Eun Yeong tidak bisa dianggap sah sepenuhnya

Argumen Hyo Min di drakor Beyond the Bar tentang mabuk cinta sebagai bentuk cacat persetujuan memang terdengar out of the box, tapi justru itulah yang bikin kasus ini menarik. Ia membuka sudut pandang baru soal bagaimana cinta bisa berubah jadi bentuk manipulasi halus yang mengikis kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan rasional. Kalau menurut kamu, cinta bisa sah dijadikan alasan hukum untuk membatalkan persetujuan, atau terlalu berlebihan?