Mengapa Lee Hyo Ri Kabur dari Rumah di Drakor Love, Take Two?

Lee Hyo Ri dikenal sebagai mahasiswi kedokteran yang pintar dan disiplin. Ia menjalani hidup yang tampak ideal di mata banyak orang, tapi kenyataannya tidak semudah itu. Di balik prestasinya, ia menyimpan kelelahan mental karena terus-menerus merasa harus memenuhi harapan orang lain.

Tekanan akademik yang berat itu makin memburuk setelah ia mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit serius. Ia harus menanggung rasa takut dan cemas sendirian, tanpa tahu harus berbicara pada siapa. Saat semua beban itu menumpuk, Hyo Ri merasa sudah tidak sanggup lagi menahan semuanya, hingga akhirnya memilih untuk pergi dari rumah.

Lee Hyo Ri ternyata mengidap penyakit serius yang ia ketahui belum lama ini. Bukannya mencari bantuan, ia justru memilih menyembunyikannya dari ibunya dan orang-orang di sekitarnya. Selain merasa takut dan bingung, ia merasa bersalah pada ibunya tentang kondisinya tersebut.

Penyakit itu menjadi sumber stres baru yang diam-diam menggerogoti pikirannya. Ia merasa harus tetap terlihat kuat, padahal tubuh dan mentalnya makin lemah. Karena tidak bisa membagi beban ini dengan siapa pun, Hyo Ri memilih menjauh agar bisa menenangkan diri.

Hubungan antara Hyo Ri dan ibunya, Ji An, terlihat kuat dari luar, tapi sebenarnya mereka jarang benar-benar bicara dari hati ke hati. Ji An sibuk bekerja keras untuk membiayai hidup dan pendidikan anaknya, sementara Hyo Ri berusaha tidak merepotkan ibunya. Akibatnya, ada jarak emosional yang lama-lama membuat Hyo Ri merasa sendirian.

Saat tahu dirinya sakit, Hyo Ri justru merasa bersalah, bukan hanya sedih. Ia merasa mengecewakan ibunya yang sudah berkorban banyak untuk masa depannya. Rasa bersalah itulah yang membuatnya makin sulit terbuka, dan pada akhirnya memilih pergi tanpa menjelaskan apa pun.

Kepergian Hyo Ri dari rumah disebabkan oleh tekanan hidup yang menumpuk, kondisi kesehatan yang disembunyikan, dan hubungan emosional yang kurang hangat dengan ibunya. Semua itu membuatnya merasa sendirian dan terbebani. Saat ia tak lagi sanggup menahan semuanya, pergi menjadi satu-satunya pilihan yang terasa masuk akal baginya.