7 Alasan Pasien Memilih Jalani Euthanasia di Mary Kills People

Drama Mary Kills People (2025) menyoroti praktik euthanasia ilegal yang dilakukan oleh Woo So Jung (Lee Bo Young), seorang dokter UGD yang membantu pasien mengakhiri hidup mereka secara damai. Euthanasia sendiri adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja untuk meringankan penderitaan yang sudah nggak tertahankan, terutama bagi pasien dengan kondisi terminal atau kronis yang nggak bisa disembuhkan.
Prosedur ini dilakukan atas permintaan pasien sendiri, bukan karena tekanan dari orang lain. Namun, pernah nggak sih kepikiran kenapa seseorang sampai memilih jalan seperti ini? Apakah benar karena sudah menyerah? Ternyata, alasannya nggak sesederhana itu. Ini dia beberapa latar belakang yang bikin pasien akhirnya memilih euthanasia.
1. Pasien mengidap penyakit kronis atau terminal seperti kanker stadium akhir yang nggak bisa disembuhkan dan nggak lagi merespons pengobatan

2. Rasa sakit yang terus-menerus dan nggak tertahankan, membuat mereka ingin mengakhirinya dengan cara yang damai

3. Daripada harus meninggal perlahan dengan kondisi menyakitkan, beberapa pasien lebih memilih pergi dalam kondisi yang mereka tentukan sendiri

4. Ada juga yang merasa bersalah karena jadi beban bagi keluarga, baik secara finansial maupun emosional, karena harus dirawat terus-menerus

5. Banyak pasien kehilangan kendali atas tubuh mereka: nggak bisa bergerak, cuma bisa terbaring, dan nggak lagi bisa menikmati hidup

6. Pengalaman hidup yang traumatis atau kesepian ekstrem juga bisa mendorong seseorang ingin menyudahi hidup dengan tenang

7. Bukan karena depresi semata, tapi ada yang merasa nggak punya tujuan atau harapan lagi, dan memilih menutup hidupnya dengan damai

Setiap keputusan untuk menjalani euthanasia di Mary Kills People nggak pernah diambil dengan mudah. Ada pergulatan batin, rasa sakit yang luar biasa, dan kondisi hidup yang membuat pasien merasa tidak punya pilihan lain. Lewat drama ini, kita diajak melihat sisi lain dari keputusan kontroversial tersebut. Bukan sekadar soal menyerah, tapi juga tentang martabat, kedamaian, dan kontrol atas akhir hidup sendiri.