10 Penderitaan Buruh di Drakor The Murky Stream, Tertindas!
Salah satu hal menarik yang diceritakan di drakor The Murky Stream adalah kehidupan para buruh di Dermaga Mapo. Setiap hari, mereka berkerumun di area dermaga untuk mendapatkan pekerjaan bongkar-muat barang. Dermaga tersebut merupakan tempat paling ramai dan sibuk di Sungai Gyeonggang.
Namun, meski sungai tersebut dilintasi banyak perahu dan pedagang, para buruh tidak bisa dengan mudah mendapat pekerjaan. Mereka harus berurusan dengan para bandit yang mengeksploitasi pedagang dan para buruh. Berikut ini beberapa penderitaan yang harus dihadapi para buruh di drakor The Murky Stream.
1. Demi mendapat pekerjaan, para buruh harus berurusan dengan sekelompok bandit yang menguasai setiap area di dermaga
2. Meski sungai ramai, pekerjaan yang tersedia terbatas. Para pedagang menentukan jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk mengangkut barang
3. Para buruh juga harus melakukan seleksi demi mendapat pekerjaan. Selain harus antre paling depan, mereka juga harus lolos seleksi fisik
4. Setelah terpilih pun, para buruh harus membayar biaya seleksi untuk mendapatkan tanda izin bekerja
5. Selesai bekerja, para bandit memberi mereka gaji yang kecil. Mirisnya, para buruh juga harus membayar sejenis potongan pajak pendapatan
6. Para bandit juga kerap menggelapkan upah buruh yang telah dibayarkan oleh para pedagang
7. Tak jarang, para buruh juga harus bekerja suka rela untuk membongkar barang para menteri. Hal ini dianggap setara dengan kerja wajib untuk negara
8. Meski tercekik, para buruh juga tidak mampu menyuarakan pendapat. Mereka menghadapi resiko disiksa dan diancam tidak akan diberi pekerjaan
9. Di samping itu, sekalipun ada buruh yang berani bersuara, rekan sesama buruh tidak ada yang berani membela
10. Demi bertahan hidup, buruh yang kelaparan terpaksa mencuri beras rekannya. Namun, sebagian juga memilih mengakhiri hidupnya
Meski menghadapi penderitaan bertubi-tubi, para buruh di drakor The Murky Stream seakan tak memiliki pilihan lain. Mereka menganggap pekerjaan ini menjadi satu-satunya kesempatan untuk melangsungkan hidup. Lantas, bagaimana nasib para buruh selanjutnya? Apakah akan ada yang berani memperjuangkan agar mereka bisa hidup dengan layak? Temukan jawabannya di episode selanjutnya, ya.