Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Penghambat Produksi Film Madame Aema di Drakor Aema

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)
still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

Pada tahun 1981, produksi film Madame Aema dalam drakor Aema menampilkan berbagai hambatan yang dihadapi oleh rumah produksi Shinsung Picture. Film yang menjadi fokus utama dalam drama ini, tidak hanya sekadar menghadapi kesulitan teknis, tetapi juga masalah internal yang cukup pelik.

Di balik layar, para kru produksi dan sang sutradara, Kwak In U (Cho Hyun Chul) berjuang keras agar film ini dapat diproduksi hingga selesai. Berikut ini adalah uraian empat penghambat utama dalam produksi Madame Aema yang menguji keteguhan sutradara dan tim Shinsung Picture.

1. Izin Kementerian Kebudayaan

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)
still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

Salah satu hambatan terbesar dalam produksi Madame Aema adalah masalah perizinan yang harus diperoleh dari Kementerian Kebudayaan. Naskah film yang diajukan oleh produser Shinsung Picture tidak lolos sensor pada 36 poin yang ada di dalamnya. Kementerian Kebudayaan menganggap banyak adegan dalam film tersebut terlalu vulgar dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku pada masa itu.

Tak hanya itu, saat syuting tengah berjalan, staf Kementerian Kebudayaan bahkan datang ke lokasi dan menghentikan proses syuting. Tentu saja, hal ini menjadi masalah besar, mengingat film tersebut membutuhkan izin dari pemerintah agar bisa diproduksi dan dirilis ke publik.

Proses revisi pun harus dilakukan dengan cepat, namun tetap dalam batas-batas yang disetujui oleh lembaga sensor. Ini tidak hanya memengaruhi jadwal produksi, tetapi juga menyita banyak waktu dan tenaga tim untuk menyusun kembali naskah yang dapat lolos sensor.

2. Konflik antara perusahaan produksi dan sutradara

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)
still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

Selain izin sensor, konflik internal antara perusahaan produksi dan sutradara juga menjadi penghambat utama dalam produksi Madame Aema. Kwak In U memiliki visi yang berbeda dengan pihak produser. Keinginan sutradara untuk menyampaikan pesan artistik melalui adegan-adegan yang lebih dramatis dan penuh ekspresi sering kali berbenturan dengan keinginan produser untuk membuat film yang lebih mengutamakan sisi komersial dan sensasi.

Perbedaan pandangan ini menyebabkan ketegangan yang cukup besar di antara mereka. Produser menginginkan film yang dapat menarik penonton secara luas lewat adegan-adegan yang menampilkan gairah, sementara sutradara berusaha mempertahankan integritas artistik film tersebut. Ketegangan ini memperburuk suasana produksi, bahkan menyebabkan beberapa adegan harus diubah atau dibatalkan karena perbedaan pendapat yang terus berkembang antara sutradara dan pihak produksi.

3. Kurangnya pengalaman sutradara

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)
still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

Masalah berikutnya yang turut menghambat produksi adalah kurangnya pengalaman sutradara dalam produksi film. Film Madame Aema merupakan proyek pertama Kwak In U sebagai sutradara. Kwak In U belum terlalu berpengalaman dalam menangani film-film besar dan kontroversial sehingga ia kesulitan dalam mengatur jalannya produksi yang penuh tantangan.

Sebagai pemula di dunia perfilman besar, Kwak In U juga merasa tertekan dengan ekspektasi tinggi yang diberikan kepadanya. Tidak jarang ia merasa kebingungan dalam membuat keputusan-keputusan penting, apalagi dengan banyaknya pihak yang terlibat.

Keputusan-keputusan besar yang seharusnya bisa segera diambil justru tertunda, menambah beban produksi yang semakin berat. Hal ini menciptakan kekacauan di belakang layar yang mengancam kelancaran produksi film ini.

4. Aktris pendatang baru sebagai pemeran utama wanita

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)
still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

Keputusan untuk memilih aktris pendatang baru, Shin Ju Ae (Bang Hyo Rin), sebagai pemeran utama wanita, juga menambah masalah dalam produksi. Sebagai aktris yang baru mulai meniti karier, Shin Ju Ae harus menghadapi tantangan besar untuk memerankan Nyonya Aema, sebuah karakter ikonik yang seharusnya diperankan oleh aktris senior dan berpengalaman, Jeong Hee Ran (Lee Ha Nee).

Namun, Shin Ju Ae menghadapi protes dari pihak-pihak tertentu yang meragukan kualitas aktingnya. Lebih dari itu, sebagai pemeran utama dalam film yang penuh dengan adegan kontroversial, dia merasa sangat terbebani dengan ekspektasi yang tinggi. Ketidakpercayaan terhadapnya semakin mempersulit proses syuting, apalagi Shin Ju Ae sering kali melakukan kesalahan dalam berakting.

Sutradara, para kru, dan para pemeran dalam film Madame Aema harus bisa menghadapi seluruh penghambat tersebut dalam drakor Aema. Apabila mereka tidak bisa mengatasinya dan produksi film sampai terhenti, maka hal ini akan berdampak pada kebangkrutan Shinsung Picture.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us