Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Drakor Low Life, Pencarian Harta Karun di Mokpo Era 70-an

Low Life
Still cut drama Korea Low Life (Instagram.com/disneypluskr)

Struktur bangunan yang tidak terlalu tinggi, warna saturasinya cenderung lebih rendah, bernuansa tradisional, serta jalanannya masih ramai dipenuhi pejalan kaki. Keempat hal tersebut sesuai untuk mendeskripsikan pemandangan yang penonton lihat saat drakor Low Life (2025) episode pertama mulai diputar.

Dialek Seoul dan Mokpo di era 70-an pun dengan mulus masuk ke telinga penonton yang sedang berusaha memahami alur cerita drakor arahan Sutradara Kang Yoon Sung ini. Dialog tanpa henti yang dipadukan dengan unsur komedi dari para aktor kawakan justru mampu membangkitkan rasa penasaran penonton untuk menyaksikan. Tak kenal maka tak sayang, mari simak ulasan IDN Times tentang drakor Low Life (2025) berikut.

Peringatan: Artikel ini mengandung spoiler, ya!

1. Karakter utama drakor Low Life banyak, tapi masing-masing dari mereka punya keunikan

Low Life
Still cut drama Korea Low Life (Instagram.com/disneypluskr)

Satu, dua, tiga... yap, sepuluh sosok tampak menghiasi poster dari Low Life (2025) yang sudah dirilis beberapa pekan sebelum drakor ini tayang. Hampir semua wajah yang terpampang di poster tersebut kerap ditemui penonton di judul-judul drama Korea populer.

Jumlah karakternya banyak, pasti sulit untuk membedakan mereka! Eits, jangan salah. Justru setiap karakter memiliki penggambaran visual dan kepribadian yang unik. Meski pun beberapa karakter memiliki model rambut, gaya berpakaian, hingga kepribadian yang mirip.

Pasti kemunculan mereka hanya sebagai pelengkap alur saja, kan? Jawabannya tentu tidak! Setiap karakter memiliki porsi masing-masing. Walaupun kemunculannya hanya sekilas, tapi karakter tersebut pasti hadir untuk mengimbangi dan mengisi plot hole di drakor ini.

2. Menggambarkan Mokpo di tahun 70-an, desain produksinya memanjakan mata

Low Life
Still cut drama Korea Low Life (Instagram.com/disneypluskr)

Bangunan satu lantai dengan warna bersaturasi rendah dan bernuansa kuno akan sering penonton temui di drakor Low Life (2025). Tidak hanya itu, jalanan kota yang sempit berada di ujung barat daya Semenanjung Korea tersebut lebih ramai dengan manusia, dibandingkan kendaraan bermotor.

Pewarnaan warm yang muncul di sepanjang episode menggambarkan bagaimana hangatnya komunikasi masyarakat di kala itu. Namun, di sisi lain, pewarnaan tersebut semakin menambah kesan kuno dan tradisional. Bukan dalam arti negatif, desain produksi tersebut cukup memanjakan mata penonton.

Gaya berpakaian dan potongan rambut para karakter juga selaras dengan desain produksi yang disajikan. Hanya lewat pandangan mata saja, penonton bisa menyimpulkan bahwa latar waktu drakor ini berada di era 70-an.

3. Penuh dengan dialog, tapi gak membosankan karena balutan unsur komedi

Low Life
Still cut drama Korea Low Life (Instagram.com/disneypluskr)

Dengan banyaknya karakter yang diperkenalkan, sudah sewajarnya jika drakor ini banyak menyuguhkan adegan ketika para karakter berdialog. Alih-alih merasa bosan, dialog-dialog yang disampaikan justru membuat penonton penasaran dengan kelanjutan ceritanya karena dibalut dengan unsur komedi.

Perburuan harta karun di lautan Shinan, Jeolla Selatan pun tidak dikemas dengan adegan demi adegan yang menegangkan. Perkelahian dan adu mulut yang dilakukan para karakter tak jarang membuat penonton tertawa. Kacau! Itu yang bisa mendeskripsikan interaksi para karakter di drakor ini.

Low Life (2025) cocok bagi kamu yang menyukai drakor bernuansa era 70-an dengan alur perburuan harta karun. Saksikan drakor ini sampai episode terakhir, karena kamu tidak akan bisa menebak apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran para karakter. Kerja sama dan pengkhianatan, itu adalah dua kata yang paling pas mendeskripsikan drakor ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indra Zakaria
EditorIndra Zakaria
Follow Us