9 Girl Group KPop Ini Dituduh Menggunakan Noise Marketing, Tuai Kritik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Noise marketing menjadi salah satu strategi sensasional dari agensi untuk menarik perhatian publik pada artisnya dengan memanfaatkan hal yang dapat memicu kontroversi. Alih-alih menunjukkan citra yang positif, strategi ini justru dapat membuat artis yang bersangkutan mendapat kecaman dan penilaian buruk.
Noise marketing juga dibenci oleh publik. Bahkan, tak sedikit girl group yang dikritik setelah beragam tudingan bahwa mereka menggunakan strategi tersebut bermunculan. Penasaran siapa saja yang dimaksud? Yuk, simak!
1. LAYSHA
Di Instagram, Goeun dan Som menyatakan bahwa mereka menemukan kamera tersembunyi di berbagai tempat seperti ruang ganti, mobil, hingga rumah semua member LAYSHA. Rekaman mereka juga telah disebarkan oleh pelakunya. Mereka mengaku sedih akan situasi yang buruk tersebut dan akan menuntut pelakunya dengan mengambil tindakan hukum.
Sayangnya, LAYSHA justru dituduh menggunakan noise marketing alih-alih mendapatkan dukungan sebagai korban. Goeun mengaku sakit hati dan menyangkal tuduhan tersebut, tapi berterima kasih pada mereka yang peduli dan khawatir terhadap dirinya dan rekan grupnya.
2. LE SSERAFIM
Sebelum kasus bullying yang menimpa Garam dibawa ke ranah hukum, LE SSERAFIM sempat dituding menggunakan noise marketing. Pasalnya, skandal bullying itu sudah menghebohkan di berbagai komunitas online karena banyak yang mengaku menjadi korbannya.
Terlebih, agensi mendebutkan mereka begitu saja meskipun banyak pengakuan baru bermunculan dari orang-orang yang mengaku sebagai korban. Namun, publik tak lagi beranggapan bahwa noise marketing adalah strategi agensi untuk memperkenalkan grup setelah kasusnya menjadi semakin serius.
3. PRITZ
PRITZ dituduh menggunakan noise marketing saat mereka mengenakan kostum panggung dengan desain yang mirip logo Nazi pada bagian lengan. Namun, agensi mengatakan bahwa logo itu mewakili harapan dan ambisi para member untuk berkembang, tanpa ada pikiran bahwa itu mewakili Nazi.
Reaksi publik yang negatif membuat berita ini menjadi heboh, hingga dituduh sebagai noise marketing. Agensi mengatakan bahwa mereka tidak melakukan strategi itu, karena enggan membuat citra grupnya jadi negatif. Terlepas dari kontroversinya, mereka juga mengaku tak akan mengedit music video di mana para member menggunakan kostum tersebut.
4. T-ARA
Saat menampilkan "Lovey Dovey" di Inkigayo, pakaian Hwayoung melorot dan membuat dadanya terekspos. Kemudian, banyak klaim tak masuk akal dari publik yang menyatakan bahwa ini menjadi strategi agensi untuk membuat nama Hwayoung semakin dikenal. Padahal, kejadian ini bisa saja ketidaksengajaan dari pihak stylist yang tidak berhati-hati sebelum memberikan kostum panggung.
Baca Juga: 9 Idol KPop Ini Keluar Grup di Paruh Pertama 2022, Alasannya Beragam
5. STELLAR
Editor’s picks
Top Class Entertainment mendapat kecaman karena mempromosikan "Marionette" dengan cara yang terlalu provokatif bagi STELLAR. Mereka juga sengaja mengunggah pesan yang menyatakan bahwa mereka akan menunjukkan pesona lebih seksi jika mendapatkan banyak jumlah suka untuk halaman di Facebook.
Selain itu, publik beranggapan agensi sengaja membuat Minhee menunjukkan foto sensual dengan pakaian terlalu terbuka dalam sebuah pemotretan sebagai noise marketing. Beberapa tahun kemudian, terungkap bahwa mereka dipaksa melakukan konsep tersebut karena takut diminta biaya penalti kontrak dari agensi.
6. A.KOR
Banyak yang menganggap A.KOR menggunakan noise marketing saat sebuah permintaan maaf dari akun yang diduga Kemy beredar di media sosial. Akun itu menyatakan bahwa Kemy menyesali perbuatannya telah menghina Park Bom melalui sebuah diss track dan meminta publik tetap mendukung grupnya, A.KOR. Namun, agensi menyatakan bahwa akun itu palsu karena Kemy tidak aktif di media sosialnya.
7. Rania
Rania debut dengan menyertakan member dari berbagai negara di Asia. Semua member menjalani masa pelatihan selama 4 tahun sebagai persiapan. Sayangnya, banyak desas-desus yang menuduh bahwa girl group tersebut sengaja menggunakan konsep provokatif sebagai noise marketing.
Pendiri dari agensi pun mengaku marah atas tuduhan itu. Sebab, mereka tidak memiliki tujuan seperti tuduhan publik tersebut. Mereka juga geram karena berbagai program musik menyuruh mengganti koreografi dan kostum panggung agar dapat berpromosi.
8. Bonus Baby
Bonus Baby tersandung kontroversi konsep lolita saat menampilkan "If I Become an Adult" di Music Bank. Pasalnya, mereka me ngenakan pakaian panggung yang seolah mempromosikan konsep lolita hingga netizen mengklaim bahwa ini merupakan salah satu strategi noise marketing.
9. Crayon Pop
Crayon Pop dituding menggunakan noise marketing saat salah satu membernya diduga memakai slang di Twitter untuk menghina mantan presiden Roh Moo Hyun dan Kim Dae Jung. Apalagi, slang itu dipopulerkan di Ilbe, sebuah komunitas online, yang sering menghina Roh Moo Hyun.
Namun, agensi membantah dan menyatakan bahwa member Crayon Pop menggunakan slang itu dengan tujuan sebagai bagian dari aegyo. Sebab, ia tidak pernah membuka Ilbe hingga tak mengetahui bahwa slang itu biasa digunakan untuk hal-hal negatif oleh pengguna situsnya.
Tentu, tuduhan publik terhadap grup yang menggunakan noise marketing belum tentu benar. Sayangnya, banyak yang cukup memercayai hal itu jika agensi tidak kunjung membantah atau menyelesaikan kontroversi yang membuat tuduhan itu beredar.
Baca Juga: 5 Idol KPop yang Pernah Membenci Ayahnya, Hubungannya Sempat Renggang
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.