Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wawancara Direktur Dyandra Ebby Sibuea: Venue hingga Kritik Fans KPop

Ebby Sibuea, Direktur Dyandra Global Edutainment (dok. Dyandra)

Jakarta, IDN Times - Kalau kamu pencinta KPop, gak asing deh sama Dyandra Global. Yap, ini adalah salah satu promotor yang langganan membawa artis-artis Korea ke Indonesia.

Dalam sebuah kesempatan di penghujung bulan Ramadan, IDN Times bertandang ke kantor Dyandra yang terletak di selatan Jakarta untuk berbincang langsung dengan Ebby Sibuea, Direktur Dyandra Global Edutainment. Kami membahas di balik layar kedatangan artis Korea, mulai dari apa saja yang dipertimbangkan, cara menentukan venue, harga tiket, hingga kritik yang kerap disuarakan netizen di media sosial.

1. Apakah Dyandra punya kontrak eksklusif dengan SM Entertainment?

SMTOWN LIVE 2023 SMCU PALACE @JAKARTA with KB Bank (instagram.com/smtown)

Proses membawa artis Korea ke Indonesia tak berbeda dari prosedur artis internasional lainnya. Biasanya, promotor akan mengirimkan penawaran ke manajemen artis dan melakukan proses bidding jika ada lebih dari satu promotor yang mengajukan diri.

Nantinya, pihak manajemen akan menilai berdasarkan portofolio hingga besaran penawarannya. Bedanya, proses bidding pada artis Korea punya jangka waktu yang lebih pendek dari artis internasional lain, sekitar 6 hingga bahkan pernah terjadi dalam satu bulan sebelum penyelenggaraan

Meski pernah membawa artis Barat, sepeti Michael Buble, John Mayer, hingga Ariana Grande, Dyandra lebih fokus pada artis KPop sejak tahun 2019. Karena sering membawa artis-artis yang bernaung di SM Entertainment, Dyandra diduga punya kontrak kerja eksklusif dengan agensi tersebut. Namun, Ebby Sibuea membantahnya.

"Gak ada, kita gak punya kontrak panjang (dengan SM). Cuman kita udah kerja bareng sama SM itu dari tahun 2013 kali ya, jadi udah lama banget dan kayak udah saling tahu, nyaman, dan saling percaya juga," katanya kepada IDN Times pada Selasa (25/3/2025).

2. Cara memilih venue konser

Di Indonesia, masalah venue konser kerap menjadi perbincangan para penontonnya. Ebby mengatakan, sebenarnya ada venue khusus untuk konser, tapi mungkin terbatas variasi kapasitas penontonnya.

Dengan keterbatasan opsi tersebut, biasanya promotor dan manajemen akan mendiskusikan kapasitas venue dengan hasil riset tentang fans hingga kecocokan jadwal artis dengan ketersediaan tempat terkait.

"Biasanya mentoknya di tanggalnya. Artisnya bisa, venue-nya gak bisa, venue-nya bisa, artisnya di tanggal itu udah di negara lain. Jadi ya kadang-kadang ya misalnya kita pilih idealnya venue A nih, tapi tanggalnya yang ada di venue B. Ya udah mau gak mau supaya artisnya tetap bisa datang ke Jakarta ya kita ambil venue B itu," jelasnya.

3. JIS dan GBK sama-sama bagus dan alasan kenapa kerap terjadi pemindahan venue mendadak

aespa saat tampil di SMTOWN LIVE 2023 @ Jakarta (instagram.com/smtown)

Masih membicarakan tentang venue, Ebby menerangkan ada alasan kenapa Jakarta International Stadium (JIS) masih selalu dipakai untuk penyelenggaraan konser berkelas stadion. Yang pasti, pilihan stadion di Jakarta sangat terbatas. Selain JIS, ada Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang secara lokasi sangat nyaman bagi semua pihak, karena berada di pusat kota dengan akses yang sangat strategis. 

Direktur Dyandra Global Edutainment ini menerangkan, JIS punya fasilitas yang memadai, seperti gedungnya baru, ruangan-ruangan artis yang bagus, dan rumput yang bisa diangkat (sementara SUGBK belum bisa). Jadi, menurutnya, baik JIS maupun GBK sama-sama punya kelebihan dan kekurangan yang jadi pertimbangan setiap promotor.

"Karena gak banyak pilihan, menurut saya sebagai promotor dan penonton konser, yang penting artisnya dateng. Maksudnya apa yang terjadi di venue itu semuanya bisa diminimalisasi. Dari segi fasilitas dan lain-lain JIS sama GBK sama-sama bagus. Cuma masalahnya yang sana lokasinya bagus banget, tengah kota, yang sana lokasinya lebih jauh," katanya.

Ramai soal pemindahan venue jelang event berlangsung, Ebby menyebut sejauh ini Dyandra belum mengalaminya. Namun dari kacamata promotor, beberapa faktor yang bisa memengaruhi keputusan tersebut gak hanya soal ticketing, melainkan juga hal-hal teknis lain. Contohnya, ternyata panggung di venue A tidak boleh dipakai untuk kembang api, sementara dari manajemen itu adalah konsep utamanya.

"Dyandra belum pernah (memindahkan venue). Kita gak akan bilang gak pernah, karena itu mungkin bisa terjadi. Karena belum pernah, agak susah juga menjawabnya. Tapi ini cuma analisa luar yang ada di industri yang sama. Selain ada kondisi venue yang akan digunakan oleh acara lain seperti yang sudah disebutkan di atas, kemungkinan besarnya alasan teknis," jawab Ebby.

4. Cara menentukan harga tiket

Dalam menentukan harga tiket, pihak promotor biasanya akan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan mulai dari harga artis, biaya produksi, venue, pajak, hingga kurs dolar dan lainnya. Semakin besar artisnya, tentu semakin mahal.

Terkait anggapan bahwa nonton di luar negeri lebih murah dibanding Indonesia, Ebby mengatakan ada hal-hal yang tidak bisa dibandingkan dengan negara kita. Sebab, ada negara yang memang pemerintahnya memberikan insentif untuk acara hiburan, sementara di Indonesia belum jadi prioritas.

"Ada beberapa pajak yang dibayarkan seperti withholding tax, PPN, dan pajak hiburan daerah, tentunya juga memengaruhi perhitungan harga tiket selain biaya-biaya lainnya yang juga meningkat tiap tahunnya. Di beberapa negara lain pemerintahnya memberikan insentif. Equipment di kita juga gak selengkap dibandingin negara-negara lain yang lebih kayak Singapura, Thailand. Kita ada beberapa barang yang harus dibawa dari negara lain. Bayarnya pake dolar, harga yang lebih mahal ketimbang di sini. Jadi banyak cost kita yang lebih tinggi dibandingin di negara lain," terangnya.

5. Di balik layar persiapan panggung

Menyambung soal peralatan konser, Ebby menjelaskan, meski mengusahakan menggunakan sebanyak mungkin dari Indonesia, ada beberapa barang krusial yang mau tidak mau harus disewa dari luar negeri. Biasanya karena keterbatasan jumlah barang tersebut di negara kita atau karena memang properti yang custom dari si artis yang harus sangat diperhatikan keamanannya.

Salah satu yang sering disewa adalah hidrolift yang bisa naik turun panggung. Meski banyak penyesuaian dari segi panggung, ia memastikan, tidak pernah mengubah inti atau core dari konsep kreatif yang diminta manajemen.

Kami juga membicarakan teknis audio yang kerap disinggung penonton konser. Bagi Ebby, membicarakan audio ini agak tricky, sebab vendor sound besar di Indonesia yang sering dipakai di konser-konser hanya sedikit jumlahnya. Menurutnya, alasan mengapa output-nya berbeda, mungkin dipengaruhi oleh manusianya.

"Sebenernya kunci perbedaannya itu di settingan-nya. Sama deh kayak melukis. Cat sama kanvasnya sama, tapi yang melukis beda. Orang yang nge-setting itulah yang taste-nya berbeda beda. Mungkin dia punya taste, buat orang awam yang bilang sember, tapi taste-nya dia begitu. Ada orang yang taste-nya dia soft aja, sayu-sayu. Jadi tergantung siapa yang pegang settingan audionya dan settingan audio itu dipegang oleh Korea-nya gitu.

Yang di FOH itu ada tiga directors dari Korea. Ada beberapa kru lokal, tapi paling gak banyak, kita ngedampingin aja. Jadi kita bikin technical panggung sudah dipastikan mengikuti technical rides yang dari mereka sampai detail terkecil. Udah selesai, serah terima sama mereka. Kita kasih panggungnya, kontrolnya. Entar mereka akan operasikan sendiri, tapi pasti kita juga stand by di sana," jelasnya.

6. Dyandra soal dianggap bias ke artisnya sendiri

konser NCT 127 3RD TOUR ‘NEO CITY : JAKARTA - THE UNITY’ (instagram.com/dyandraglobal)

Dalam kesempatan ini, kami juga bertanya soal kritik yang menyebut Dyandra bias pada artis yang dibawanya sendiri. Ebby mengaku, tidak pernah membeda-bedakan perlakuan pada artis yang dibawanya semata-mata berdasarkan rasa suka gak sukanya.

"Itu pasti balik lagi ke bujetnya. Maksudnya saat kita punya konser yang revenue lebih tinggi, pasti biaya promosinya juga lebih tinggi dan kita juga akan memikirkan kita mau kasih balik servis apa nih ke penonton," kata Ebby.

Ia juga menjelaskan beberapa faktor yang memengaruhi layanan tambahan yang diberikan Dyandra di setiap konsernya. Misalnya soal dekorasi atau instalasi di sekitar venue konser hingga snack yang beberapa kali diberikan untuk penontonnya. Terkait instalasi, Ebby menjelaskan semua desain yang ada sudah berdasarkan persetujuan dari manajemen.

"Aturannya sangat ketat. Jadi semua yang kita cetak itu semua harus mendapatkan persetujuan dari manajemen artisnya. Kalau misalnya kita ngomongin ada yang bentuknya kok unik banget, ada yang biasa aja, karena tiap-tiap artis itu punya aturannya beda-beda dan itu terkait hak ciptanya mereka. Ada yang di artis A ini kita bikin gini dikasih. Walaupun manajemennya sama, di artis yang lain kita minta hal yang sama gak dikasih sama mereka," jelasnya.

Sementara terkait snack, ia berharap dapat diterima sebagai ucapan terima kasih dari promotor pada mereka yang sudah membeli tiket.

"Balik lagi ke substansinya. Yang dibeli adalah tiket konser, nonton konsernya. Servis tambahannya adalah hadiah yang kita kasih buat penonton," katanya.

7. Bagaimana cara menentukan seat number?

Promotor yang juga seorang fans KPop ini mengatakan, semua penentuan nomor tempat duduk atau seat number dari Dyandra sudah automatis berdasarkan waktu di sistem ticketing. Namun, yang perlu dipahami adalah dalam detik yang sama, ada ribuan orang yang juga berhasil masuk.

"Kenapa misalnya, 'Saya check out di 14.01.' Yang harus dipahami, di 14.01 itu yang berhasil check out bukan dia sendiri. Mungkin ada seribu, ada 5 ribu orang yang check out. Itu tuh ruangan, jadi kayak ada ruang tunggu yang nampung sebelum jam 2. Di jam 2 pintunya dibuka.

Tergantung dari promotor dan kekuatan dari ticketing-nya, kita mau buka berapa nih pintu ke ruang beli. Lima ribu? Sepuluh ribu? Dua ribu? Makin banyak, transaksinya makin cepet dan waiting-nya gak makin lama.

Semakin kita bukanya gede, otomatis pembelian-pembelian itu semua akan banyak yang bersamaan, membuat QN (Que Number), SN (Seat Number) mereka tuh pasti berbeda. Tapi kalau misalnya kita kecilin nih pintu masuknya ke ruangan untuk beli tiketnya, waiting-nya akan lama banget. Jadi kita lebih milih untuk kita buka aja (yang banyak), transaksinya cepet selesai," Ebby menjelaskan.

8. Calo tiket gak akan bisa dihilangkan

suasana konser KPop (IDN Times/Deti Mega)

Bicara soal tiket, kami juga membahas tentang calo, yang menurut Ebby, tidak akan bisa dihilangkan, sebab tidak pernah ada aturan baku yang melarangnya.

"Kalau emang tidak ada aturan yang akan melarang hal itu, satu-satunya cara untuk menghentikannya ya gak ada yang beli. Masalahnya kan mereka tetap melakukan penjualan itu karena ada yang beli. Ya udah kita mau bilang apa," katanya.

Yang pasti, Ebby menegaskan, Dyandra tidak punya afiliasi dengan calo dan jastip mana pun. Jika ada yang mengaku punya orang dalam, Ebby mengimbau perlu diwaspadai. Bisa jadi itu adalah strategi mereka untuk meyakinkan calon pembelinya. Sementara terkait jastip, perempuan yang juga akrab disapa Miss E oleh KPopers ini mengaku juga sempat bingung bagaimana mereka bisa mendapatkan banyak tiket saat war.

"Jadi kok ada yang dapet sampai banyak banget ternyata mereka punya tim, kita ngecek ke ticketing dan kita gak bisa ngapa-ngapain, mereka gak menyalahi aturan, mereka punya email. Email-nya banyak, mereka punya KTP, KTP-nya beda-beda. Misalnya satu orang cuma boleh beli empat, dia menggunakan KTP yang berbeda-beda. Kita gak bisa cancel," katanya.

9. Email lebih efektif jika fans ingin menyampaikan keluhan

Menanggapi fans KPop yang kritis, Ebby mengaku tidak pernah membaca detail keluhan-keluhan yang berseliweran di media sosial, terutama X. Namun, ia selalu membaca jika itu masuk melalui email.

"Jujur yang paling kita baca tuh email. Pertama, personally buat saya bahasanya tuh sangat-sangat enak. Kalau kita ngelihat dari social media itu masukannya yang kalian komplain itu apa sih, udah abu-abu lah. Tapi kalau email tuh lebih enak dan kita paham apa yang temen-temen keluhkan, walaupun kita gak membalas. Tapi pas kita baca, kita evaluasi, oh mereka ini, ya udah kita entar gini," katanya.

Ia juga menambahkan, keluhan yang masuk lewat staf lapangan selama konser berlangsung juga selalu dicatat dan dibahas saat evaluasi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us