Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Terus Mengingatkan Target Malah Bikin Karyawan Tertekan

ilustrasi memberi tahu karyawan (pexels.com/Thirdman)

Di awal bulan, sebagai pemimpin sudah semestinya kamu mengungkapkan target-target yang harus dicapai bulan itu. Ini akan menjadi panduan untuk karyawanmu bekerja.

Secara berkala kamu juga perlu mengingatkan mereka tentang target tersebut. Plus, memeriksa pekerjaan serta pencapaian mereka telah sampai di mana. Namun hati-hati, jangan terlalu sering mengingatkan karyawan soal target pekerjaan, ya!

Bila kamu terus melakukannya, mereka bakal merasa tertekan. Bingung mengapa ini dapat terjadi? Sebelum kamu menyebut mereka baper, pahami dulu dengan menyimak pembahasan kali ini.

1. Terlalu khawatir karyawan lupa sama halnya dengan merendahkan kemampuan kerjanya

ilustrasi atasan menegur karyawan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Atas dasar apa kamu dahulu menerima mereka sebagai karyawan bahkan mempertahankannya sampai sekarang? Selain profil mereka di atas kertas yang menarik, tentu juga karena selama ini mereka mampu bekerja dengan baik, kan?

Oleh karena itu, belajarlah untuk makin memercayai mereka dalam usaha mencapai target-target berikutnya. Bukan selama ini kinerja mereka bagus, tetapi sikapmu tetap seperti meragukannya dengan terus mengingatkan perihal target.

2. Mereka sedang berkonsentrasi dan kamu malah mengganggu

ilustrasi dua karyawan berkonsentrasi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Apabila kamu hanya mengingatkan soal target bulanan sekali dalam seminggu, ini tentu bukan masalah. Kamu sukses membuat mereka lebih semangat dalam bekerja. Akan tetapi kalau terlalu sering, kehadiranmu justru terasa mengganggu, lho.

Kamu berisik sekali. Setiap hari ada saja caramu untuk mengusik ketenangan mereka dalam bekerja. Jika tak mampu bertemu langsung, kamu mengirimi mereka pesan seputar target. Bagaimana mereka akan fokus pada berbagai tugas bila begini?

3. Seringnya kamu mengingatkan tentang target hanya membuang-buang waktu mereka

ilustrasi meeting (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Kamu ingin terus membicarakan target-target tersebut dengan mereka. Terlalu kerap mengirim chat saja sudah terasa mengganggu, apalagi bila kamu sampai sering mendadak membuat meeting. 

Tanpa sadar, kamu memangkas waktu kerja mereka. Sekalipun sekali meeting cuma 15 sampai 30 menit, waktu tersebut bakal lebih berguna kalau digunakan untuk bekerja. Belum lagi karyawanmu menjadi bad mood.

4. Kemajuan butuh waktu, tetapi kamu seperti tak memedulikannya

ilustrasi berbicara dengan anak buah (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Betul, kamu perlu memantau pekerjaan dan pencapaian karyawan telah sampai di mana. Apabila mereka bekerja terlalu lambat sehingga target dikhawatirkan tak tercapai, kamu harus segera memantaunya lebih ketat. 

Meski demikian, jangan lupa bahwa gerak maju tetap butuh waktu. Dan, seringnya kamu mengingatkan mereka tentang target malah mengesankan dirimu yang gak sabaran. Parahnya, bukan kamu sendiri yang mengerjakan tugas-tugas itu melainkan mereka.

5. Lelah fisik dan psikis akibat bayang-bayang target justru menjadi hambatan besar

ilustrasi karyawan kelelahan (pexels.com/cottonbro)

Bekerja seperti biasa saja pasti sudah melelahkan. Apalagi dengan terus dihantui target-target yang digaungkan olehmu. Jika kamu berlebihan dalam mengingatkan mereka, bukannya termotivasi, mereka malah stres memikirkannya.

Mereka akan semakin cemas jikalau nantinya tak dapat mencapai target. Lalu, mereka pasti sudah membayangkan reaksimu bakal seperti apa, lalu muncul rasa takut yang melumpuhkan semangat. Waktu untuk mencapai target masih panjang, tetapi mereka sudah sangat pesimis.

Sekalipun maksudmu baik, kendalikan dirimu agar tak mengulang-ulang informasi serta instruksi berkaitan dengan target. Untuk target mingguan misalnya, ingatkan saja 1 sampai 2 kali dalam sepekan. Sedang buat target bulanan, memantaunya seminggu sekali pun sudah cukup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us