Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi burnout
ilustrasi burnout (pexels.com/Yan Krukau)

Merasa jenuh dengan rutinitas kerja bukan hal yang asing, apalagi ketika energi terasa terkuras habis tanpa sempat dipulihkan dengan baik. Kondisi ini sering disebut burnout, yaitu keadaan ketika tubuh dan pikiran terasa kelelahan sekaligus kehilangan motivasi untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Banyak orang menganggap satu-satunya jalan keluar dari masalah ini adalah berhenti bekerja. Padahal, ada cara lain yang lebih realistis untuk ditempuh.

Burnout recovery bisa dilakukan tanpa harus mengambil keputusan drastis seperti meninggalkan pekerjaan yang sedang dijalani. Dengan langkah-langkah kecil yang tepat, kamu tetap bisa menjaga kesehatan mental sekaligus mempertahankan karier. Agar lebih mudah dipahami, berikut beberapa cara sederhana yang dapat diterapkan sehari-hari.

1. Tubuh perlu diberi ruang istirahat berkualitas

ilustrasi tidur (pexels.com/Niels from Slaapwijsheid.nl)

Tubuh yang terus dipaksa produktif tanpa cukup istirahat akan cepat kehilangan energinya. Tidur yang tidak teratur atau sering terganggu bisa memperburuk kondisi mental karena hormon stres meningkat. Memberi tubuh kesempatan untuk benar-benar beristirahat, baik melalui tidur cukup maupun waktu tenang di luar jam kerja, merupakan fondasi utama untuk pemulihan burnout.

Selain tidur, kebiasaan sederhana seperti menjauh dari layar gawai sebelum tidur, menjaga pola makan seimbang, serta melakukan aktivitas ringan seperti peregangan dapat membantu kualitas istirahat. Dengan begitu, tubuh tidak sekadar diam, tetapi benar-benar pulih. Ritme harian yang lebih stabil akan membuat energi terasa kembali dan pikiran lebih jernih menghadapi rutinitas kerja.

2. Pikiran harus diarahkan pada hal yang memberi rasa lega

ilustrasi seorang wanita sedang mendengarkan musik (pexels.com/Karolina Grabowska)

Ketika pekerjaan menumpuk, otak cenderung terjebak dalam lingkaran kecemasan. Membiarkan diri terus terpaku pada beban kerja justru memperparah stres. Mengalihkan pikiran ke aktivitas yang memberi rasa lega, seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau berjalan santai di taman, bisa membantu menyeimbangkan kondisi mental.

Kegiatan sederhana ini memberi sinyal pada otak bahwa hidup tidak semata-mata tentang pekerjaan. Dengan begitu, kamu punya ruang aman untuk bernapas sejenak. Pikiran yang lebih segar membuat kamu mampu kembali menghadapi tuntutan kerja tanpa merasa tertekan berlebihan

3. Emosi sebaiknya diekspresikan dengan cara sehat

ilustrasi menulis jurnal (pexels.com/Polina)

Menyimpan perasaan jengkel, lelah, atau kecewa tanpa pernah mengeluarkannya hanya akan membuat beban semakin berat. Salah satu langkah burnout recovery yang sering diabaikan adalah keberanian untuk mengekspresikan emosi secara sehat. Kamu bisa menulis di jurnal pribadi, bercerita dengan teman terpercaya, atau berbicara langsung dengan profesional.

Ekspresi emosi membantu mengurangi ketegangan dalam diri sekaligus memberi ruang untuk memahami apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Alih-alih meluapkannya dalam bentuk ledakan marah. Cara sehat ini menjaga hubungan tetap baik dan membuat kondisi batin terasa lebih ringan.

4. Waktu kerja perlu diberi batas yang jelas

ilustrasi lembur (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak orang mengalami burnout karena batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan terlalu kabur. Ketika jam kerja sudah selesai tetapi pikiran masih terikat pada tugas, tubuh tidak benar-benar memiliki kesempatan untuk beristirahat. Menetapkan batas yang jelas, seperti mematikan notifikasi pekerjaan di luar jam kerja, membantu pikiran lebih tenang.

Kebiasaan ini bukan berarti kamu malas atau tidak profesional, melainkan bentuk tanggung jawab untuk menjaga kesehatan diri. Dengan disiplin terhadap batas waktu, energi kerja bisa digunakan secara lebih efektif. Hidup pribadi pun tetap terjaga tanpa harus dikorbankan demi pekerjaan.

5. Dukungan sosial perlu dijadikan tempat bertumpu

ilustrasi dukungan (pexels.com/fauxels)

Kondisi burnout sering membuat seseorang merasa terisolasi, seolah harus menghadapi segalanya sendirian. Padahal, memiliki orang yang mau mendengarkan dapat memberi kelegaan besar. Dukungan sosial, baik dari keluarga, sahabat, maupun komunitas mampu menjadi penopang penting dalam pemulihan.

Ketika kamu berani berbagi cerita, rasa terbebani berkurang dan perspektif baru muncul. Terkadang, mendengar kalimat sederhana seperti “aku paham” atau “aku ada di sini” bisa membuat hati jauh lebih kuat. Inilah alasan mengapa koneksi dengan orang lain tidak boleh diremehkan dalam proses burnout recovery.

Pemulihan dari burnout memang bukan proses instan, tetapi langkah kecil yang konsisten mampu membawa perubahan besar. Dengan memahami tubuh, pikiran, emosi, waktu, dan dukungan sosial, kamu bisa tetap bertahan tanpa harus keluar dari pekerjaan. Lalu, sudah siapkah kamu mencoba cara sederhana ini untuk menjaga keseimbangan hidupmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team