Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menulis (Unsplash.com/Amelia Bartlett)

Berkarier sebagai penulis profesional seringkali menciptakan kesan yang mengasyikkan apalagi jika bermula dari hobi hingga sukses berpenghasilan. Namun, di balik kesuksesan yang diraih, ada setumpuk perjuangan panjang yang justru jarang terungkap.

Kegigihan dalam berjuang inilah yang wajib ditiru penulis pemula kalau ingin meraih keberhasilan serupa. Sayangnya, di awal perjuangan para penulis pemula malah kerap diserang 'penyakit', nih.

Apa saja 'penyakit' yang biasanya sering menyerang para penulis pemula? Yuk, simak!

1. Sering gak sabaran memetik hasil

ilustrasi gak sabaran (Unsplash.com/JESHOOTS.COM)

Memang manusiawi kalau kita, saat masih berstatus penulis pemula, merasa sangat bersemangat memulai perjalanan karier, baik amatir maupun profesional. Saking semangatnya, terkadang kita lupa bahwa setiap hal butuh proses.

Proses menemukan inspirasi dan mengemasnya jadi tulisan hingga proses moderasi ketika sudah mengirimkan tulisan ke editor. Kesadaran ini yang kadang berkurang hingga kita maunya serba cepat agar keberhasilan pun cepat datang. Padahal, ada kenikmatan dalam proses menunggu, lho.

Kita bisa terus menggali potensi diri sambil mengasah kemampuan yang dimiliki. Jangan buru-buru ingin berhasil sebab segala hal yang instan datang akan pergi dengan cara yang instan pula.

2. Baru awal berjuang sudah gampang menyerah

ilustrasi menulis (Unsplash.com/Nick Morrison)

Namanya berjuang tentu ada proses dan tahapan yang perlu dilalui. Bahkan di tengah perjalanan, gak jarang kita akan dihadapkan dengan berbagai hambatan dan tantangan. Nah, dalam kondisi semacam ini, seringkali penulis pemula tanpa mental baja akan memiliki pemikiran untuk menyerah.

Bahkan ada juga yang sampai berpikiran kalau semua serba sulit hingga merasa jadi penulis bukan jalannya. Padahal, bisa jadi kesulitan tersebut justru awal tempaan yang akan semakin memudahkan jalan berkarier sebagai penulis. Jangan sampai baru berusaha sedikit sudah menyerah oleh hambatan yang kadang sepele, ya.

3. Mudah merasa iri pada penulis lain

ilustrasi iri (Unsplash.com/Marco Lastella)

Melihat keberhasilan penulis lain, apalagi sesama pemula, gak jarang akan memunculkan perasaan iri. "Dia kok gampang sih dapat ide", "dia pasti kesayangan editor, nih", atau "dia pasti gak ngalamin kesulitan kayak aku".

Pahami, pemikiran semacam itu adalah 'bibit' iri yang gak boleh kita sirami sampai tumbuh lebat. Percaya, deh, setiap penulis itu punya kesulitannya masing-masing. Mereka bisa sampai di titik yang kita anggap sukses tadi juga bukan karena 'hobi' rebahan atau rajin berkomentar negatif.

Jadi, yuk sikapi perasaan iri tadi secara lebih positif. Iri pada keberhasilan mereka tentu boleh saja, tapi tetap harus ada action agar bisa seperti mereka atau bahkan melampauinya.

4. Minder dengan kemampuan sendiri

ilustrasi menulis (Unsplash.com/Brad Neathery)

Kalau perasaan iri yang muncul malah diberi ruang, gak menutup kemungkinan akan membuat produktivitas kita menurun. Kita hanya terus fokus pada pencapaian orang lain dan lupa untuk sibuk berjuang kembali. Pada akhirnya, kondisi ini justru memicu rasa minder dalam diri.

Orang lain makin sukses, kita bak jalan di tempat dan makin merasa tertinggal jauh. Rasa percaya diri untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan pun jadi semakin turun. Duh, sayang sekali, bukan? Padahal bisa jadi kita punya potensi yang gak kalah hebat dari penulis lain.

5. Atau malah jadi over PD

ilustrasi percaya diri (Unsplash.com/Thomas Mowe)

Beda dengan minder, gak jarang penulis pemula yang baru berhasil meraih secuil pencapaian juga bisa kena 'penyakit', namanya over PD. Baru berhasil melahirkan beberapa karya yang diakui editor, sudah jumawa seolah berhasil punya master piece.

Padahal tulisan tadi baru awal pengakuan, bukan akhir perjuangan meraih cita-cita sebagai penulis profesional yang sukses. Cukup anggap saja sebagai penyemangat agar terus konsisten menulis, ya. Jalan kita masih panjang, over PD malah akan menjatuhkan diri karena berpotensi enggan memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan.

Sebenarnya, punya 'penyakit' tadi adalah bagian dari dinamika perjuangan untuk jadi penulis profesional yang karyanya diakui banyak orang. Kita hanya perlu 'mengobati' dan terus melatih mental agar konsisten berjuang di jalan ini. Yuk, bisa yuk!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorT y a s