Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sekelompok orang bekerja (pexels.com/fox)

Merintis karier di perusahaan rintisan (start up) tentu memiliki positif dan negatifnya tersendiri. Jika dibandingkan dengan korporat yang sudah berdiri cukup lama dan cenderung stabil, perusahaan ini terbilang masih berkembang.

Karenanya, bekerja di perusahaan rintisan perlu pertimbangan secara matang. Secara umum, berikut ini hal-hal yang wajib dipikirkan sebelum memilih start up sebagai tempat bekerja. Simak baik-baik, ya!

1. Lingkungan kerja yang sangat dinamis

ilustrasi sekelompok orang bekerja (unsplash.com/Annie Spratt)

Kebanyakan perusahaan rintisan mempunyai budaya kerja yang dinamis, salah satunya bisa terlihat dari jam kerja yang fleksibel, menetapkan dress code yang bebas, dan tata ruangan yang lebih inklusif tanpa kubikel layaknya perkantoran biasa. Ini bertujuan untuk memberi kebebasan pada para karyawan serta memicu pemikiran kreatif mereka.

Dengan demikian, kamu gak perlu terburu-buru bangun pagi untuk bekerja dan pusing memilih baju untuk dikenakan. Kamu juga bisa berinteraksi dengan sesama rekan kerja dengan suasana yang fun

2. Banyak kesempatan untuk berkembang

ilustrasi bekerja (unsplash.com/Tim van der Kuip)

Berbeda dengan korporat yang cenderung lebih stabil, perusahaan rintisan justru layaknya spons yang menyerap banyak perubahan dari dunia luar. Perusahaan rintisan sangat cepat dan sensitif dalam merespons perkembangan di segala aspek. 

Tak heran jika para karyawan akan dipacu untuk terus berkembang demi mencapai tujuan perusahaan. Ini mendorong mereka mengadaptasi kemampuan baru yang bisa meningkatkan kualitas diri sekaligus menjadi investasi untuk masa mendatang.

Bahkan, kamu berkesempatan untuk menjadi "ikan besar di kolam kecil", artinya peluang menjadi sosok dengan pengaruh besar di perusahaan start up terbuka lebar jika kinerjamu bagus. Hal ini tentu akan menjadi poin plus di jenjang kariermu.

3. Risiko work-life-balance tidak tercapai

unsplash.com/Tim Gouw

Membangun sebuah perusahaan rintisan bukan hal yang mudah. Salah satunya ialah karena keterbatasan dana. Dengan bergantung pada venture capital sebagai sumber suntikan modal utama, dana yang tersedia harus dialokasikan sebaik dan seminim mungkin. 

Oleh karena itu, banyak perusahaan rintisan yang hanya merekrut karyawan dalam jumlah kecil dan memberikan beban kerja yang berat. Bahkan bukan tak mungkin mereka merampungkan pekerjaan di luar job description. Demi mengejar target, tak jarang pula para karyawan melembur sehingga tak bisa mencapai work-life-balance.

4. Pendapatan terbatas

ilustrasi mengelola uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Seperti yang telah disinggung di poin sebelumnya, kondisi finansial perusahaan rintisan sangat fluktuatif. Inilah mengapa mereka berusaha meminimalisasi anggaran, termasuk soal penggajian karyawan. 

Mungkin pendapatan yang diterima para karyawan per bulannya bersaing dengan perusahaan lain yang lebih stabil. Namun jika diakumulasi dalam setahun, pendapatan para karyawan cenderung lebih kecil sebab tak ada kompensasi, bonus, atau tunjangan sebagai reward.

5. Ketidakpastian di masa depan

ilustrasi orang merasa sedih (pexels.com/Andrew Neel)

Perusahaan rintisan cenderung tidak stabil sehingga banyak risiko menanti di masa mendatang. Dengan demikian, posisi para karyawan bisa dibilang tak aman. Karenanya para karyawan perlu memiliki tindakan mitigasi sejak dini. Jika kamu ingin bekerja dalam waktu yang lama, maka perusahaan rintisan mungkin bukan merupakan opsi terbaik.

Setiap perusahaan pasti memiliki plus dan minusnya tersendiri, termasuk perusahaan rintisan. Sebelum memutuskan jalan kariermu, sebaiknya pertimbangkan lima hal di atas secara matang, ya. Jangan sampai kamu salah langkah di kemudian hari!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team