Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi karyawan sedang menggunakan handphone
ilustrasi karyawan sedang menggunakan handphone (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Karyawan baru harus beradaptasi dengan budaya perusahaan untuk diterima dan memiliki peluang karir yang lebih besar.

  • Rajin bertanya dan belajar hal baru menunjukkan dedikasi, sementara kurangnya inisiatif bisa membuat kesan kurang kompeten di mata atasan.

  • Etika, profesionalisme, inisiatif, hubungan baik dengan rekan kerja, dan refleksi diri adalah kunci sukses bagi karyawan baru.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Memulai pekerjaan baru selalu membawa semangat dan harapan. Namun, bagi karyawan baru, ada beberapa jebakan yang kerap membuat karir mereka terhambat sejak awal. Kesalahan-kesalahan kecil yang terlihat sepele bisa berpengaruh besar pada reputasi, peluang promosi, dan hubungan dengan rekan maupun atasan.

Nah, berikut ini enam kesalahan karyawan baru yang sering bikin karir terhambat. Scroll dibawah ini!

1. Tidak beradaptasi dengan budaya perusahaan

ilustrasi bekerja di kantor (freepik.com/pressfoto)

Salah satu kesalahan paling umum adalah karyawan baru yang kurang beradaptasi dengan budaya perusahaan. Setiap perusahaan memiliki aturan, norma, dan kebiasaan tersendiri yang tidak selalu tertulis. Mengabaikan atau menolak untuk menyesuaikan diri bisa membuat rekan kerja atau atasan merasa karyawan tersebut tidak selaras dengan tim.

Adaptasi budaya tidak hanya soal pakaian atau cara bicara, tetapi juga tentang memahami ritme kerja, komunikasi, dan ekspektasi manajemen. Karyawan yang mampu cepat menyesuaikan diri biasanya lebih mudah diterima dan memiliki peluang lebih besar untuk dipercaya menangani proyek penting.

2. Menunda bertanya dan belajar hal baru

ilustrasi diskusi bersama rekan kerja (freepik.com/freepik)

Takut dianggap bodoh membuat banyak karyawan baru menunda bertanya atau belajar hal baru secara aktif. Padahal, keterbatasan informasi di awal pekerjaan wajar dan perlu diatasi dengan proaktif bertanya.

Karyawan yang rajin bertanya dan cepat belajar cenderung lebih cepat menguasai tugasnya dan terlihat berdedikasi. Sebaliknya, menunda belajar bisa membuat kesalahan bertumpuk, menurunkan performa, dan memunculkan kesan kurang kompeten di mata atasan.

3. Kurang memperhatikan etika dan profesionalisme

ilustrasi karyawan kelelahan saat di kantor (pexels.com/Anna Tarazevich)

Kesalahan kecil seperti datang terlambat, sering istirahat tanpa izin, atau komunikasi tidak sopan bisa merusak reputasi karyawan baru. Etika dan profesionalisme adalah fondasi yang menentukan penilaian awal atasan terhadap kemampuan dan karakter karyawan.

Profesionalisme bukan hanya soal sikap, tetapi juga bagaimana menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu, menjaga rahasia perusahaan, dan berperilaku adil terhadap rekan. Karyawan yang menekankan profesionalisme biasanya lebih cepat membangun kepercayaan dan kesempatan karir yang lebih luas.

4. Kurang inisiatif

ilustrasi kelompok diskusi (freepik.com/freepik)

Karyawan baru sering menunggu arahan, padahal menunjukkan inisiatif adalah cara untuk menonjol di awal karir. Tidak mengambil langkah proaktif bisa membuat mereka tampak pasif atau kurang termotivasi.

Inisiatif bisa berupa menawarkan ide untuk menyelesaikan masalah, membantu rekan yang kesulitan, atau mencari cara efisien menyelesaikan tugas. Dengan begitu, karyawan baru bisa membangun reputasi sebagai individu yang berkontribusi dan memiliki nilai tambah bagi tim.

5. Tidak membangun hubungan baik dengan karyawan lainnya

ilustrasi bekerja di kantor (freepik.com/ArthurHidden)

Kesuksesan karir tidak hanya bergantung pada kemampuan kerja, tetapi juga hubungan interpersonal. Karyawan baru yang kurang berusaha bergaul, berkolaborasi, atau bersikap ramah sering kesulitan mendapatkan dukungan tim.

Membangun hubungan baik menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, mempermudah komunikasi, dan membuka peluang mentorship dari senior. Hubungan yang solid juga membantu karyawan baru mengatasi masalah lebih cepat dan mendapatkan rekomendasi positif dari rekan kerja.

6. Tidak membuat catatan refleksi dan evaluasi diri

ilustrasi menulis (freepik.com/prostooleh)

Mengandalkan ingatan semata bisa membuat karyawan baru sering lupa detail penting atau mengulang kesalahan. Membuat catatan harian dan daftar prioritas membantu menyelesaikan tugas dengan lebih rapi dan sistematis.

Selain itu, refleksi diri secara rutin membantu menilai kekuatan, kelemahan, dan progres kerja. Catatan dan evaluasi diri juga menunjukkan kepada atasan bahwa karyawan serius dan berorientasi pada pengembangan diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team