Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Strategi Marketing yang Disukai Calon Pembeli, Ngiklan Tanpa Memaksa

ilustrasi staf marketing (pexels.com/RDNE Stock project)

Untuk mencapai angka penjualan yang memuaskan diperlukan strategi marketing yang baik. Kamu harus bisa menempatkan diri di posisi calon pembeli agar mampu memahami apa yang diinginkan oleh mereka. Produkmu bukan satu-satunya yang mereka cari. Calon pembeli juga menyukai pelayanan yang baik.

Bahkan faktor baik atau buruknya pelayanan terhadap calon pembeli ini dapat menentukan keputusan mereka. Walaupun dirimu menawarkan sesuatu yang menjawab kebutuhan mereka, cara pemasaran yang hanya fokus pada tercapainya targetmu pasti bikin calon pembeli tidak nyaman. Memang tidak mudah menciptakan transaksi.

Apalagi dalam jumlah besar supaya target penjualan terpenuhi. Namun, teguhlah pada strategi pemasaran yang juga memprioritaskan kenyamanan pembeli. Bangun kepercayaan mereka terhadap dirimu dan produk yang ditawarkan secara perlahan-lahan dengan enam cara berikut.

1. Rajin beriklan di saluran sendiri tanpa mendesak orang per orang

ilustrasi mengiklankan pakaian (pexels.com/Ivan Samkov)

Iklan sangat penting untuk memperkenalkan produk dan membuatnya lekat dalam ingatan masyarakat. Buat mereka selalu mengingat produkmu. Supaya saat mereka memerlukannya, produkmu langsung menjadi pilihan. Tidak perlu lagi mencari-cari produk sejenis.

Namun, dalam kamu beriklan cukup menggunakan saluran sendiri seperti akun media sosialmu. Hindari secara acak mengirimkan iklan tersebut ke akun orang lain. Orang tidak suka menerima iklan yang gak mereka butuhkan. Kecenderungannya pesanmu tak akan dibaca bahkan akun atau nomormu bisa diblokir.

Andai pun beberapa orang pernah bertanya-tanya mengenai produkmu, setelahnya kamu jangan terlalu mengejar-ngejarnya. Setelah sesi tanya jawab dirasa cukup oleh calon pembeli, biarkan mereka memutuskan sendiri. Calon pembeli yang betul-betul tertarik tentu bakal menghubungimu kembali buat bertransaksi. Mereka yang gak muncul lagi tidak perlu terus dihubungi dan didesak.

2. Singkat, padat, dan jelas dalam memberikan info produk

ilustrasi bersalaman (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Jangan tampak setengah hati ketika berjualan. Apa pun produk yang ditawarkan, info yang diberikan pada calon pembeli mesti lengkap. Namun, jangan bertele-tele karena mereka juga pasti memiliki kesibukan lain. Informasi dasar seperti spesifikasi produk serta harga dapat langsung saja disampaikan.

Apabila kamu menawarkan beberapa produk sekaligus, buatlah katalognya. Begitu ada calon pembeli yang tertarik, berikan katalog lengkap itu. Dengan demikian, mereka dapat langsung membandingkan setiapnya dan membuat pilihan. Mereka menghemat waktu buat bercakap-cakap denganmu. 

Di sisi lain, kamu pun irit energi karena setelah ini tinggal menunggu keputusan calon pembeli. Sembari menunggu, dirimu dapat melayani calon pembeli lainnya dulu. Hindari memberikan informasi setengah-setengah dengan harapan calon pembeli mau terus berkomunikasi denganmu. Mereka tidak sesabar serta seluang itu. 

3. Jangan berkelit saat ditanya tentang kelemahan produk

ilustrasi presentasi produk (pexels.com/Alena Darmel)

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pun tidak ada produk yang sempurna. Di samping semua keunggulannya pasti ada pula kelemahannya. Sebagai contoh, kamu menawarkan properti dengan harga lebih terjangkau. Sudah pasti bahan bangunannya berbeda dengan rumah bertipe sama dan lokasinya berdekatan, tetapi harganya lebih mahal.

Alih-alih hanya mengatakan bangunannya pasti kuat, sampaikan saja detail bahan yang digunakan untuk dinding, kerangka atap, plafon, kloset, dan sebagainya. Demikian pula saat dirimu menjual produk perawatan kulit. Sebagus apa pun produkmu mungkin tidak semua jenis kulit akan cocok.

Produkmu lebih tepat digunakan untuk kulit tertentu seperti kering atau berminyak. Pembeli saat ini sudah lebih kritis. Mereka malah dapat curiga terhadap produk yang terlalu diunggulkan. Pasarkan produkmu secara realistis saja, yaitu ada kelebihan tentu juga ada kelemahan. Seperti produkmu sangat aman buat kulit, tetapi perubahan warna kulit setelah pemakaian rutin gak sedrastis produk lainnya.

4. Respek ke produsen lain meski bersaing

ilustrasi menawarkan produk (pexels.com/Nadia Abregu)

Perang iklan antarprodusen juga bukan sesuatu yang disukai calon pembeli. Dalam perang iklan, produsen yang satu menjelek-jelekkan produk dari produsen lainnya. Jelas sekali siapa dan apa yang diserang. Calon pembeli akan mengamati dan mengkritisinya. 

Bukannya mereka tertarik dengan produkmu, boleh jadi justru seranganmu terhadap produsen lain bikin mereka berpaling. Prinsip mereka sederhana saja, siapa yang ditindas perlu dibela. Kian tenang lawan usahamu dalam menghadapi serangan iklan darimu, kian para calon pembeli memilihnya.

Mereka yakin bahwa produk yang benar-benar bagus tidak perlu diiklankan hingga menjatuhkan produk lain. Cara beriklan seperti itu justru tanda bahwa kamu kurang percaya diri pada produk sendiri. Jika dirimu fokus membahas produkmu tanpa menyindir produk serupa, perhatian calon pembeli juga terpusat ke produkmu saja.

5. Penawaran spesial

ilustrasi menjual pakaian (pexels.com/frank minjarez)

Seperti namanya, penawaran spesial bikin calon pembeli yang mendapatkannya juga merasa diistimewakan. Kamu hanya cukup mengabarkan adanya penawaran spesial dan sebagian dari mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Sebagiannya lagi memang mungkin tetap tidak tertarik karena berbagai faktor.

Seperti sadar gak sedang membutuhkan produkmu atau keterbatasan dana. Akan tetapi, berhasil memikat separuh atau sepertiga dari target pasarmu juga sudah bagus sekali. Jangan terlalu memikirkan ikan yang lolos dari jaring karena sedikit ikan yang tertahan di dalamnya berukuran lebih besar.

Akan tetapi, penawaran spesial ini sebaiknya jangan hampir setiap hari diberikan. Sikap murah hati yang berlebihan justru membuatnya gak istimewa lagi. Orang-orang akan cenderung menunda transaksi selama mungkin sebab tahu besok dan seterusnya masih ada promo serupa. Membatasi penawaran spesial juga menjaga bisnismu tetap sehat. Jangan sampai kamu terus membakar uang hingga berujung bangkrut.

6. Tetap ramah baik saat terjadi transaksi, batal, atau masih pikir-pikir

ilustrasi melayani pelanggan (pexels.com/iMin Technology)

Keramahan palsu tidak disukai oleh siapa pun. Di satu sisi, orang-orang memahami kekecewaanmu ketika transaksi urung terjadi. Di sisi lain, mereka juga menginginkan ketulusan darimu dan kemampuanmu menghargai keputusan yang tak sesuai dengan harapan.

Jangan sampai kamu menunjukkan perubahan sikap yang mencolok setelah transaksi urung terjadi. Itu sudah menjadi risiko dari menawarkan produk apa pun. Tidak ada jaminan semua orang bakal membeli produkmu. Hindari bersikap kekanak-kanakan seakan-akan dirimu gak terima apabila orang batal membeli.

Yakini bahwa rezekimu pasti akan tetap sampai padamu. Pun meski saat ini mereka belum jadi membeli, lain kali mungkin datang lagi. Tentu selama sikapmu tetap baik sehingga mereka gak trauma. Apabila sebagiannya masih pikir-pikir, kamu juga tidak perlu mendesak. Bayangkan dirimu berada di posisi mereka, tentu juga gak bisa begitu saja mengeluarkan uang. Apalagi bila nilainya besar.

Meski penting untukmu mengejar target penjualan, sesungguhnya itu hanya dapat tercapai apabila kamu mampu membuat calon pembeli nyaman dulu. Jangan seolah-olah kamu menaruh beban target penjualan ke pundak mereka dengan mendesak mereka untuk membeli produkmu. Perasaan sedang dipaksa buat mengeluarkan uang malah bikin mereka tambah ketat menjaga dompetnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us