ilustrasi seorang wanita membuka tumbler (unsplash.com/Taylor Beach)
Plastik memang sangat praktis untuk dipakai. Sudah digunakan sekali, kita bisa langsung membuangnya. Meskipun demikian, bahaya di baliknya juga cukup banyak jika sudah dipakai dalam jumlah berlebihan. Bahaya tersebut bisa merusak air hingga udara.
Situs Forbes pernah menyebutkan bahwa lebih dari 90 persen burung laut di seluruh dunia ‘menyimpan’ plastik di dalam usus mereka. Demikian pula dengan kura-kura dan paus. Jika dibedah, maka kemungkinan besar akan ditemukan banyak sampah plastik di dalam perut mereka.
Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai bisa menjadi langkah kecil dari kita untuk melakukan perubahan. Sebagai contoh, di daerah Sarolangun, Jambi, masyarakatnya mempunyai kebiasaan untuk mengirim makanan di hari-hari penting, seperti menjelang lebaran atau ketika mengadakan hajatan. Pengiriman makanan tersebut umumnya ditujukan kepada para sesepuh atau orang yang dituakan di daerah mereka.
Secara gak langsung, kegiatan yang sudah seperti adat istiadat ini dapat disebut sebagai salah satu bentuk kepedulian lingkungan sebab masyarakat Sarolangun selalu menggunakan tempat makan yang reusable, yakni rantang, alih-alih plastik sekali pakai. Memang, menunggu proses penyalinan makanan dari rantang bisa cukup lama, tapi hal itu jelas dapat mengurangi risiko yang ditimbulkan dari penggunaan plastik sekali pakai.
Contoh lainnya adalah pemakaian tumbler dan tas reusable. Botol minum yang dapat diisi ulang dapat menjaga kehigienisan air yang kita minum, apalagi jika hanya kita sendiri yang memakainya. Sedangkan untuk tas, kini makin banyak super market ataupun toko-toko kecil yang menyediakan tas yang dapat dipakai kembali. Lebih menyenangkannya lagi, tas reusable banyak yang dijual dengan harga terjangkau, lho. Sudah kekinian, eco-friendly pula!