Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi respon gen z ketika kerja lalu diomeli (freepik.com/artursafronovvvv)
Ilustrasi respon gen z ketika kerja lalu diomeli (freepik.com/artursafronovvvv)

Intinya sih...

  • Gen Z sering pindah kerja untuk mencari pengalaman baru dan tantangan yang membuat mereka berkembang.
  • Mereka ingin dihargai atas kontribusi mereka, namun banyak perusahaan belum memahami pentingnya apresiasi terhadap kinerja karyawan muda.
  • Pekerjaan bukan hanya soal gaji bagi Gen Z, tapi juga tentang kesempatan untuk belajar, berkembang, dan nilai-nilai yang sejalan dengan mereka.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Generasi Z atau yang sering disebut Gen Z, memang terkenal dengan kebiasaan mereka yang cukup sering pindah kerja. Di satu sisi, ini membuat mereka terlihat tidak betah atau kurang berkomitmen. Tapi di sisi lain, kebiasaan ini juga mencerminkan sifat mereka yang terus mencari tempat yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai hidupnya.

Perubahan zaman dan cara pandang terhadap pekerjaan membuat Gen Z memiliki ekspektasi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Kalau dulu bekerja di satu tempat sampai pensiun dianggap ideal, bagi Gen Z, bekerja bukan hanya soal gaji tetap atau kestabilan, tapi juga tentang rasa nyaman, peluang berkembang, dan makna hidup. Nah, berikut adalah empat alasan utama kenapa Gen Z sering pindah kerja. Yuk disimak!

1. Lingkungan kerja yang monoton

ilustrasi presentasi (Pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Gen Z sangat menghargai pengalaman baru dan tantangan yang membuat mereka terus berkembang. Ketika mereka merasa pekerjaan mulai berjalan seperti autopilot—setiap hari hanya mengerjakan hal yang sama tanpa ada variasi—rasa bosan pun muncul. Apalagi jika lingkungan kerja tidak menawarkan inovasi atau suasana yang mendukung kreativitas, mereka akan merasa jenuh.

Bagi mereka, pekerjaan yang menarik adalah yang bisa memberikan tantangan baru, bahkan jika itu hanya proyek kecil yang berbeda dari rutinitas biasa. Lingkungan yang monoton membuat mereka merasa terjebak dan tidak berkembang. Akhirnya, pindah kerja dianggap sebagai solusi untuk mendapatkan suasana baru yang lebih “menyegarkan”.

2. Kontribusi mereka tidak diapresiasi

ilustrasi marah dan frustasi (Pexels.com/Moose Photos)

Gen Z terkenal dengan sifat mereka yang ingin dihargai atas apa yang telah mereka lakukan. Sayangnya, banyak perusahaan yang belum sepenuhnya memahami pentingnya apresiasi terhadap kinerja karyawan muda ini. Ketika kontribusi mereka diabaikan atau dianggap biasa saja, motivasi mereka untuk bertahan di tempat tersebut pun menurun.

Bukan berarti mereka membutuhkan pujian berlebihan, tapi sekadar feedback positif atau ucapan terima kasih dari atasan bisa membuat mereka merasa dihargai. Tanpa pengakuan yang jelas, mereka merasa tidak ada gunanya bertahan, dan akhirnya mencari tempat kerja lain yang bisa menghargai usaha mereka.

3. Minimnya peluang untuk berkembang

Menulis (Pexels.com/Judit Peter)

Bagi Gen Z, pekerjaan bukan hanya soal gaji, tapi juga soal 'bertumbuh'. Mereka ingin belajar hal baru, mengasah kemampuan, dan mencapai potensi terbaik mereka. Ketika sebuah pekerjaan tidak memberikan kesempatan untuk belajar atau naik jabatan, mereka akan merasa stagnan.

Mereka mencari pekerjaan yang menawarkan pelatihan, mentoring, atau bahkan hanya sekadar proyek-proyek yang menantang. Jika perusahaan tidak menyediakan peluang untuk berkembang, Gen Z lebih memilih pindah ke tempat lain yang bisa mendukung perjalanan karier mereka. Hal ini membuat mereka terlihat seperti "loncat-loncat" kerja, padahal sebenarnya mereka hanya ingin mengoptimalkan waktu muda mereka untuk terus belajar.

4. Ketidaksesuaian prinsip pribadi dengan prinsip perusahaan

ilustrasi diskusi (Pexels.com/Mikhail Nilov)

Gen Z cenderung memiliki nilai-nilai pribadi yang kuat, terutama terkait dengan isu-isu seperti keberlanjutan lingkungan, keadilan sosial, dan keseimbangan hidup. Mereka ingin bekerja di tempat yang tidak hanya memberikan gaji, tapi juga memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan mereka.

Jika mereka merasa perusahaan tidak mendukung nilai-nilai ini. Misalnya, tidak peduli dengan lingkungan kerja atau terlalu menuntut jam kerja berlebihan tanpa memperhatikan keseimbangan hidup, biasanya mereka akan mempertimbangkan untuk mencari tempat lain. Bagi mereka, pekerjaan ideal adalah yang memberikan makna, tidak hanya uang.

Seringnya Gen Z berpindah kerja bukan berarti mereka tidak serius dengan karier. Sebaliknya, kebiasaan ini menunjukkan betapa mereka peduli dengan kualitas hidup dan ingin menemukan tempat yang benar-benar sesuai. Perusahaan yang ingin mempertahankan karyawan Gen Z perlu memahami kebutuhan dan ekspektasi mereka, mulai dari lingkungan kerja yang mendukung, apresiasi atas kontribusi, hingga peluang untuk terus berkembang.

Jadi, kalau Gen Z sering pindah kerja karena bosan, itu bukan sekadar alasan. Mereka hanya sedang mencari pekerjaan yang memberikan lebih dari sekadar gaji—mereka mencari tempat di mana mereka bisa tumbuh, dihargai, dan merasa benar-benar berarti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team