Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ditegur atasan (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi ditegur atasan (pexels.com/Alena Darmel)

Intinya sih...

  • Micromanagement menurunkan rasa percaya diri karyawan dan membuat mereka kehilangan rasa kepemilikan terhadap pekerjaan.

  • Proses kerja menjadi tidak efisien karena micromanagement memperlambat pengambilan keputusan dalam era kerja cepat dan dinamis.

  • Micromanagement mengganggu kolaborasi, kepercayaan, dan budaya kerja sehat serta tidak selaras dengan model kerja yang fleksibel di era modern.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sudahkah mengetahui tentang micromanagement? Ini merupakan gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin akan mengawasi, mengontrol, dan terlibat secara detail dalam pekerjaan bawahannya. Tapi jika kita berada di era modern seperti sekarang, apakah micromanagement masih efektif untuk diterapkan?

Sudah tentu perlu dipertimbangkan kembali. Apalagi di era modern seperti sekarang setiap orang memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi potensi dan kreativitas. Terdapat beberapa alasan mengapa micromanagement kurang efektif dengan dunia kerja di era modern seperti sekarang. Inilah enam di antaranya.

1. Dapat menurunkan rasa percaya diri

ilustrasi atasan marah di rapat kantor (pexels.com/Yan Krukov)

Dunia kerja modern memang kompleks. Interaksi tidak hanya berjalan satu arah. Namun setiap orang berhak mengembangkan potensi dan merealisasikan ide masing-masing asal sesuai dengan tujuan tim yang ingin dicapai. Di sinilah kita perlu memahami lebih detail mengenai strategi yang tepat diterapkan.

Dalam dunia kerja modern, ternyata micromanagement kurang efektif diterapkan. Strategi ini justru menurunkan rasa percaya diri dalam tim. Ketika setiap langkah dikontrol, karyawan merasa tidak dipercaya. Akibatnya, mereka kehilangan rasa kepemilikan terhadap pekerjaannya.

2. Membuat proses berjalan tidak efisien

ilustrasi atasan positive vibes (pexels.com/Tiger Lily)

Siap ataupun tidak, kita pasti akan memasuki dunia kerja serba modern. Setiap strategi yang diterapkan tentu berbeda dengan pola kerja di era sebelumnya. Jika sebelumnya micromanagement efektif diterapkan, di era modern justru tidak lagi relevan.

Karena pengawasan yang terlalu detail dan menyeluruh justru membuat proses berjalan tidak efisien. Dalam era kerja cepat dan dinamis, micromanagement memperlambat pengambilan keputusan. Alih-alih gesit, tim harus menunggu persetujuan detail dari atasan.

3. Mengganggu kolaborasi serta kepercayaan

ilustrasi kerjasama tim (pexels.com/Fauxels)

Micromanagement menempatkan pemimpin sebagai pemegang kendali utama. Seorang pemimpin terlibat penuh dalam proses pengawasan kontrol terhadap pekerjaan bawahannya. Tapi jika kita menyesuaikan kembali dengan dinamika dunia kerja modern, tentu akan mendapati beberapa perbedaan.

Dapat dikatakan, micromanagement tidak lagi cocok diterapkan. Gaya kepemimpinan demikian ini justru mengganggu kolaborasi serta kepercayaan. Lingkungan kerja modern menekankan kolaborasi berbasis kepercayaan. Micromanagement menimbulkan kesan atasan tidak percaya pada tim, yang akhirnya merusak budaya kerja sehat.

4. Tidak selaras dengan model kerja yang fleksibel

ilustrasi kerjasama tim (pexels.com/Fauxels)

Banyak hal menarik yang dapat diamati dari dunia kerja modern. Kita akan menghadapi dinamika yang berlangsung dengan pesat. Setiap orang harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan pola kerja baru setiap waktunya.

Hal ini menjadi fakta bahwa micromanagement kurang efektif untuk dunia kerja modern. Dunia kerja modern banyak mengadopsi remote working dan sistem kerja berbasis hasil. Micromanagement sulit diterapkan dalam situasi ini karena tidak mungkin memantau setiap detail secara real-time.

5. Dapat menurunkan motivasi dan kebebasan berkreativitas

ilustrasi kelelahan (pexels.com/Cottonbro studio)

Pernahkah mengamati ciri khas utama dari dunia kerja di era modern? Salah satunya adalah kebebasan dalam berkreativitas. Ini akan memotivasi setiap orang untuk menunjukkan pencapaian terbaik dan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.

Namun yang perlu digarisbawahi, konsep ini ternyata bertentangan dengan micromanagement. Pekerja modern dituntut untuk berpikir kritis dan menciptakan solusi baru. Micromanagement membuat karyawan takut salah sehingga hanya mengikuti instruksi tanpa mencoba ide segar.

6. Turut melemahkan produktivitas

ilustrasi lelah bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Produktivitas memang menjadi kunci utama yang akan menentukan kinerja. Apalagi di era modern seperti sekarang di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk memaksimalkan produktivitasnya. Tapi berbanding terbalik ketika suatu tim masih menerapkan micromanagement.

Tentu saja kita perlu mengetahui alasan mengapa micromanagement kurang efektif untuk dunia kerja modern. Secara tidak langsung langkah ini akan melemahkan produktivitas. Alih-alih fokus pada strategi besar, manajer terjebak dalam detail kecil. Hal ini memperlambat proses kerja karena semua keputusan menunggu persetujuan atasan.

Pengawasan yang terlalu detail dan menyeluruh pada bawaan ternyata tidak lagi efektif diterapkan di era modern seperti sekarang. Gaya kerja di era modern lebih condong pada fleksibilitas, kebebasan dalam mengembangkan kreativitas, dan hasil yang terukur. Kontrol yang dilakukan secara berlebihan terhadap bawahan justru membatasi ruang untuk berkembang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team