TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenali Hustle Culture, Budaya Gila Kerja yang Bikin Burnout

Simak tips meminimalisir hustle culture di sini

Stage Future is Female sesi "Hustle Culture and The Burnout Generation: Harmful or Necessary?" (29/9/2022). IDN Times/Tata Firza & Gilang Pandutanaya

Stage Future is Female sesi "Hustle Culture and The Burnout Generation: Harmful or Necessary?" yang berlangsung pada Kamis (29/9/2022) dimeriahkan dengan kehadiran tiga narasumber yang sangat familiar dengan hustle culture. Vina Muliana, Nazira C. Noer, dan Judithya Pitana mengungkapkan pandangan dan pengalaman mereka tentang hustle culture dalam diskusi panel yang bertempat di The Tribrata, Jakarta.

Bicara soal hustle culture, budaya ini identik dengan gaya hidup seseorang yang terus menerus bekerja. Mirisnya, budaya ini membuat seseorang rentan merasa stres dan burnout. Untuk itu, diskusi ini sekaligus menjawab cara yang tepat dalam menghadapi hustle culture dan burnout.

1. Apa itu hustle culture?

Stage Future is Female sesi "Hustle Culture and The Burnout Generation: Harmful or Necessary?" (29/9/2022). IDN Times/Tata Firza & Gilang Pandutanaya

Hustle culture sering didefinisikan sebagai gaya hidup seseorang dengan tekanan yang begitu banyak untuk bekerja demi mencapai kesuksesan. Gak jarang, hustle culture  bisa membuat seseorang rentan mengalami stres hingga gak memiliki waktu untuk diri sendiri. Lantas, apakah hustle culture sebenarnya baik?

Vina Muliana sebagai pekerja BUMN serta content creator, melihat hustle culture dari sisi yang positif. Perempuan yang masuk dalam Forbes 30 Under 30 ini, menekankan pada pentingnya memahami kondisi diri sendiri.

"Kalau buat saya, definisi hustle itu ketika kita bisa melakukan yang ingin kita lakukan setiap hari sebaik-baiknya sesuai porsi yang kira punya. Bukan hanya tahu kapan kerja, tapi juga tahu kapan berhenti bekerja. Itu definisi hustle culture yg baik. Yang gak baik itu kalau gak tahu batas kita, crossing the limit dan akhirnya burnout," paparnya.

Nazira C. Noer pun memiliki pandangan yang serupa. CEO POPLICIST Publicist ini mengatakan, "Aku merekomendasikan hustle culture, tapi kita harus tahu limit. Terkadang, kita harus mendengarkan lingkungan dan badan kita. Ketika kita hustle tanpa bertanggungjawab, itu sama saja tidak akan memproduksi apa pun."

Baca Juga: [INFOGRAFIS] Seberapa Penting Gelar Pendidikan di Dunia Kerja?

2. Work hard, play hard, dan jangan lupa istirahat

Stage Future is Female sesi "Hustle Culture and The Burnout Generation: Harmful or Necessary?" (29/9/2022). IDN Times/Tata Firza & Gilang Pandutanaya

Ada tiga hal penting yang wajib diterapkan, yakni work hard, play hard, dan istirahat. Hal tersebut diungkapkan Vina mengenai kunci penting dalam menjalani hidup. Artinya, jangan lupa untuk istirahat sesibuk apa pun. 

"Kita gak harus selalu melangkah ke depan. Gak ada salahnya berhenti di tempat dan mundur. Bukan terbelakang, tapi itu langkah yang bisa dilakukan. Apakah saya sudah benar melakukan itu?" terangnya.

Menurutnya, seseorang harus bisa melihat jangka panjang. Dengan begitu, kamu bisa memiliki managemen energi dan fokus yang baik. Hustle pun menjadi lebih produktif.

3. Bijak mengatur waktu dan prioritas

Stage Future is Female sesi "Hustle Culture and The Burnout Generation: Harmful or Necessary?" (29/9/2022). IDN Times/Tata Firza & Gilang Pandutanaya

Bagi sebagian orang, mungkin hustle terdengar seperti suatu hal yang keren. Namun, budaya kerja seperti ini memerlukan seseorang yang bisa bekerja keras dan bekerja secara cerdas. Nazira mengungkapkan bahwa orang yang sangat sibuk kalau gak bisa mengatur waktu dan prioritas, maka semuanya berjalan tidak efektif

Judithya Pitana menyebutkan bahwa kita juga harus mengontrol apa yang bisa dikontrol. Ia bahkan memiliki motto hidup, "Input sekecil-kecilnya untuk output sebesar-besarnya."

4. Pandemik meminimalisir hustle culture

Stage Future is Female sesi "Hustle Culture and The Burnout Generation: Harmful or Necessary?" (29/9/2022). IDN Times/Tata Firza & Gilang Pandutanaya

Tanpa disadari, pandemik membawa banyak perubahan dan dampak secara positif atau negatif. Sebagian besar orang melihat pandemik sebagai tantangan serius dan cukup sulit untuk dilewati. Padahal, pandemik sebenarnya memberikan kesempatan besar untuk istirahat dari aktivitas yang padat.

"Pandemik itu efeknya hustle culture. Kita paham kita butuh istirahat. Dari pandemik, yang bisa saya lihat ketika kita istirahat dan take time dan dipaksa untuk tidak melakukan yg biasa kita lakukan, malah ada ide kreatif dan hal produktif baru yang kita lakukan," ujar dia.

Baca Juga: 5 Bedanya Kerja Keras vs Kerja Cerdas, Lebih Efektif Mana?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya