TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Unik tentang Kafe vs Warteg di Mata Seorang Penulis

Apakah kamu juga merasakannya?

Pexels.com/bruce mars

Kafe dan warteg, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kedua tempat ini sangat akrab bagi anak muda, khususnya bagi kalangan mahasiswa. Yup, keduanya punya kekhasan masing-masing, seperti kafe yang memang lebih worth it dijadikan tempat hang out bareng teman, tapi warteg lebih bersahabat dari segi harga.

Akan tetapi, seorang penulis punya pandangan lain tentang dua tempat ini. Dalam sudut pandang penulis, kafe dan warteg bukan sekedar tempat hang out dan makan, tapi ada kesan lain yang bisa di dapat dari dua tempat ini. Yuk simak, berikut 5 sudut pandang penulis terkait kafe dan warteg!

1. Kafe lebih cocok sebagai tempat menulis karena suasananya yang lebih tenang

Pexels.com/Lisa Fotios

Kafe, tempat ngopi yang dikenal tenang ini dipandang sangat cocok bagi para penulis untuk menuangkan ide-idenya. Seorang penulis tentunya membutuhkan ketenangan saat menulis karena suara yang bising tentunya akan merusak diksi-diksi yang melintas di benak penulis.

Di sisi lain, dengan secangkir kopi dan tempat yang nyaman dijamin idemu saat menulis akan terus mengalir. Nampaknya, kafe sangat direkomendasikan buat kamu yang sedang menyelesaikan tulisanmu atau skripsimu!

2. Ide tentang isu-isu faktual lebih mudah didapatkan di warteg karena konsumennya heterogen

Instagram.com/whiteboardjournal

Untuk dapat menulis, penulis tentunya memerlukan ide dan fokus topik yang akan ditulis. Bukan sembarang ide, ide faktual yang lebih dibutuhkan seorang penulis, terutama jika dia seorang penulis berita atau jurnalis.

Untuk mendapatkan ide faktual, biasanya kita dituntut untuk mengobservasi ke lapangan, tetapi narasumber yang sulit dimintai keterangan seringkali menjadi kendala untuk mendapatkan informasi faktual. Solusinya ialah warteg saat jam makan siang, suasana ramai dan konsumen yang heterogen, bisa kamu manfaatkan untuk menggali informasi faktual yang dikemas dalam bincang ringan ketika makan. Nampaknya, hal ini perlu kamu coba!

Baca Juga: Hindari, 5 Sikap Buruk Kontributor Penulis Media Massa

3. Ide untuk menulis karya fiksi yang membutuhkan perenungan akan lebih mudah ditangkap dalam suasana kafe

Pexels.com/Christina Morillo

Mungkin kamu pernah melihat adegan film yang menggambarkan seorang penulis sedang menulis di sebuah kafe? Yup, film Raditya Dika, adegan tersebut memang benar adanya, suasana yang jauh dari keramaian sangat cocok bagi penulis untuk berpikir dan menuliskan hasil dari pemikirannya.

Tentunya untuk dapat menulis karya tulis fiksi, seorang penulis memerlukan pemikiran yang mendalam karena karya fiksi merupakan produk dunia imaji. Tempat yang pas akan membuat karya tulis fiksimu dapat mengativasi nalar pembaca dan kafe nampaknya cocok untuk kamu yang sedang menulis karya fiksi.

4. Warteg masih menjadi tempat yang nyaman untuk sharing informasi dan ide karena konsumennya tidak jaim

Instagram.com/whiteboardjournal

Kita tidak bisa menafikan adanya pertukaran informasi ketika duduk bersampingan dan berbicang dengan orang lain yang berbeda latar belakangnya dengan kita. Hal ini sangat lumrah terjadi di warteg, tentunya ini akan sangat bermanfaat bagi penulis.

Ide untuk menulis bisa hadir ketika obrolan ringan itu terjadi. Berbeda ketika kita sedang di kafe, konsumen yang jaim buat suasana jadi canggung.

Baca Juga: 5 Kontroversi Terpendam Penulis Haruki Murakami, Sudah Tahu?

Verified Writer

Ahmad Rifai Yusuf

Tajam menganalisa, senyap menulis, dan bergerak menyebar.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya