5 Hal yang Harus Dipikirkan Sebelum Lakukan Quiet Quitting
Pahami betul makna bekerja sesuai kewajiban
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pekerja milennial saat ini memang dituntut harus serba bisa. Bahkan tak jarang harus melakukan pekerjaan yang jauh dari keahliannya. Demi menjaga kewarasannya, banyak yang memilih bertindak quiet quitting.
Fenomena quiet quitting muncul ketika melihat banyak karyawan yang terkena burn out akibat bertambahnya beban kerja. Mereka juga memilih membatasi ruang geraknya hanya pada pekerjaan yang sesuai dengan kewajibannya. Tak jarang, mereka berani menolak jika diberi pekerjaan selain tanggung jawabnya.
Tak sedikit orang yang setuju dengan tindakan ini. Namun, ada juga yang menganggap negatif jika terus dilakukan. Setidaknya ada lima hal yang perlu dipikirkan sebelum melakukan quiet quitting. Yuk, pahami kelimanya di bawah ini.
1. Diberikan kompensasi ketika lembur
Seseorang yang memilih menjadi quiet quitter atau pelaku quiet quitting taat pada jam kerja. Mereka juga tidak segan-segan menolak jika harus lembur, sekalipun pekerjaannya belum selesai. Tindakan tersebut bisa dibenarkan jika perusahaan tidak memberikan kompensasi lembur kepada karyawannya.
Akan tetapi, lain cerita jika perusahaan menghargai karyawan yang bersedia lembur. Kamu tidak bisa menolak begitu saja, apalagi kalau pekerjaan tersebut harus segera selesai.
Sebelum kamu memutuskan menolak, tidak ada salahnya melihat hal itu. Selama ada imbal balik buat kamu, jangan berpikir untuk menolaknya.
Baca Juga: 5 Alasan Gak Perlu Malu Melakukan Quiet Quitting, Kerja Seperlunya!
Baca Juga: Perbedaan Fenomena Quiet Quitting dan Quiet Firing, Apa Saja?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.