TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Mitos Keliru tentang Entrepreneur, Masih Percaya?

Jadi pengusaha itu enak karena punya waktu yang bebas

ilustrasi pria memegang majalah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menjadi seorang entrepreneur bukanlah perkara mudah, tapi bukan berarti gak bisa dilakukan dengan sukses. Lewat visi yang kuat serta kegigihan, menjadi entrepreneur gak hanya sekadar mimpi, lho.

Sayangnya, ada berbagai macam mitos keliru yang bisa berdampak dua hal. Pertama, dapat menyebabkan seseorang jadi enggan untuk terjun sebagai seorang wirausaha. Atau sebaliknya, malah mengakibatkan seseorang jadi terlalu menggampangkan.

Tentu saja dua hal tadi sama-sama buruk. Oleh sebab itu, yuk, kenali apa saja mitos yang umum dipercayai banyak orang terkait menjadi entrepreneur. Let’s check it out!

1. Menjadi seorang pengusaha harus mengorbankan kehidupan pribadi

ilustrasi bayi sedang berjalan (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Untuk menjadi seorang entrepreneur sukses memang effort yang diberikan harus lebih dibanding dulu saat masih jadi karyawan. Kenapa? Di sini kamu punya tanggung jawab besar, gak hanya terhadap diri sendiri tapi juga kelangsungan bisnis yang sedang dibangun serta karyawan yang dipekerjakan.

Otomatis waktumu akan tersita banyak. Meski begitu, bukan berarti mengesampingkan kehidupan pribadi, lho. Sebenarnya ini hanya mitos, dan semua balik lagi ke cara pandangmu.

Kalau mindset-mu memercayai jadi entrepreneur harus mengorbankan personal life, maka itulah yang akan kamu dapat. Akan tetapi, kalau paradigma yang kamu punya percaya bahwa kehidupan pribadi itu tetap harus diprioritaskan, maka kamu akan membagi waktu dengan bijaksana antara bisnis dengan waktu bersama keluarga.

Baca Juga: Wajib Tahu, 6 Manfaat Punya Mentor Saat Memulai Menjadi Entrepreneur

2. Menjadi entrepreneur harus berani ambil risiko besar

ilustrasi pria sedang stres (pexels.com/Alex Green)

Pemahaman parsial mengenai bisnis dan risiko inilah yang kerap membuat orang jadi urung menjadi seorang pengusaha. Memang menjadi entrepreneur harus berani ambil risiko, tapi bukan risiko asal-asalan, melainkan semua sudah dipertimbangkan dan merupakan hasil analisis yang matang.

Menjadi pebisnis bukanlah perkara untung-untungan layaknya judi. Tapi, ada analisis risiko yang perlu dipahami untuk menentukan apakah rasio risiko dan reward-nya sesuai atau enggak.

3. Menjadi entrepreneur bisa memiliki waktu yang lebih bebas

ilustrasi traveling (pexels.com/Te lensFix)

Ya, memiliki waktu yang fleksibel merupakan salah satu keuntungan terjun dalam wirausaha. Namun, jangan benar-benar dimaknai mentah-mentah, ya.

Mereka yang memiliki fleksibilitas waktu biasanya para pengusaha yang sudah terjun dalam waktu lama dan bisnisnya sudah settle. Sementara bagi yang baru bergerak menjadi entrepreneur harus ‘bayar harga’ dulu baru bisa meraih itu.

Jadi, jangan sampai baru buka bisnis udah santai-santai. Padahal, masih banyak hal yang perlu diurus agar bisnis tersebut berjalan.

4. Menjadi pengusaha enak punya banyak uang

ilustrasi rupiah (unsplash.com/Mufid Majnun)

Aspek finansial tak bisa dimungkiri menjadi hal yang kerap memotivasi seseorang menjadi entrepreneur. Akan tetapi, yang harus disadari menjadi pengusaha gak langsung untung dan kaya raya. Umumnya mereka harus ‘berdarah-darah’ dulu sebelum meraih kebebasan finansial yang jadi impian banyak orang.

Maka dari itu, jangan dilihat dari sisi enaknya aja. Tapi, sadari pula menjadi seorang entrepreneur sukses butuh pengorbanan, bahkan terkadang sampai terlibat hutang akibat kerugian bisnis.

Baca Juga: Bukan Uang! Ini 6 Modal yang Wajib Kamu Punya untuk Jadi Entrepreneur

Verified Writer

L A L A

I fear not the man who has practiced 10,000 kicks once, but I fear the man who has practiced one kick 10,000 times (Bruce Lee)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya