TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Hal yang Menahan Milenial untuk Resign, Bukan Cuma Faktor Gaji

Rasa bangga orangtua juga jadi pertimbangan, lho

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/Kampus Production)

Ada yang menganggap, jika generasi milenial tidak tahan dengan benturan dan tekanan, termasuk di dunia kerja. Akibatnya, mereka mudah memutuskan resign. Tak seperti generasi di atasnya yang cenderung setia pada satu pekerjaan.

Namun, anggapan seperti di atas tidaklah sepenuhnya benar. Tak sedikit milenial yang mengurungkan niat resign, sekalipun dari segi gaji tak terlalu memuaskan. Delapan hal berikut ini ikut membuat milenial bertahan di pekerjaan mereka sekarang.

1. Orangtua sangat bangga dengan pekerjaannya

ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Milenial gak seegois yang kerap dibayangkan orang, kok. Di usia mereka yang masih muda, milenial juga memikirkan perasaan orangtua. Termasuk rasa bangga keduanya pada pekerjaan mereka.

Walau mereka kurang cocok dengan pekerjaan tersebut, apabila orangtua sangat bangga, sebagian dari mereka memutuskan untuk terus menekuninya. Harapannya, bersama rasa bangga orangtua juga ada banyak berkah yang menanti mereka bila bertahan dengan pekerjaan itu.

2. Sadar bahwa mencari pekerjaan lain atau bikin usaha sendiri tidaklah mudah

ilustrasi bekerja (pexels.com/Kindel Media)

Pandemik Covid-19 dirasakan oleh semua generasi. Apalagi milenial yang tengah di usia produktif. Banyaknya pekerja sebaya yang menjadi korban PHK dan fakta bahwa merintis usaha sendiri tidaklah mudah membuat milenial bersikap lebih bijaksana.

Mereka yang semula ingin sekali resign, kini belajar lebih bersyukur dengan pekerjaan yang dimiliki. Masih bagus mereka gak ikut jadi korban PHK. Rasa bosan terhadap pekerjaan pun kini berubah menjadi lebih menikmatinya.

3. Ada teman di kantor yang ditaksir

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/RODNAE Productions)

Sebagai anak muda, urusan hati memang gak bisa dikesampingkan. Milenial yang lagi jatuh cinta pada teman kerjanya pasti berusaha mempertahankan posisinya di kantor. Keinginan resign bisa ditahan daripada kehilangan kesempatan untuk dekat dengan orang yang ditaksir.

Kalaupun mereka tetap ingin resign, biasanya menunggu teman yang disukai memberi lampu hijau atau merah atas usahanya buat PDKT. Jika mereka sudah jadian, aman buat keluar dari kantor sambil tetap menjalin hubungan asmara. Namun bila cinta ditolak, resign dapat sekaligus untuk belajar melupakannya.

Baca Juga: Jadikan 5 Tipe Rekan Kerja Ini Teman agar Betah, buat Gak Mudah Resign

4. Bos yang baik cukup langka

ilustrasi bos dan pegawainya (pexels.com/CoWomen)

Punya atasan yang gak neko-neko dan memperlakukan anak buah secara manusiawi memberi mereka rasa aman. Bahkan, milenial dapat banyak belajar dari leadership-nya. Siapa tahu suatu saat nanti mereka bisa mendirikan usaha sendiri.

Bos yang humble serta gak memperbudak karyawan sering kali telah cukup memuaskan milenial. Mereka merasa dihargai sebagai manusia. Daripada mereka digaji tinggi, tetapi diperlakukan dengan semena-mena. Meski tentu saja, gaji tinggi dan bos yang baik hati bakal terasa sempurna.

5. Kesesuaian dengan passion juga bentuk lain dari gaji

ilustrasi memegang kamera (pexels.com/ERIKA CRISTINA)

Ketika passion dan penghasilan sudah bertemu, gak cuma milenial, semua orang pasti mencapai kepuasan besar dalam hidupnya. Bahkan meski ada pekerjaan lain yang menawarkan gaji lebih tinggi.

Asalkan penghasilan saat ini gak terlalu minim dan masih bisa buat hidup, milenial cenderung mempertahankannya. Dengan keyakinan pendapatan masih bisa naik pelan-pelan. Mereka juga dapat melakukan pekerjaan sampingan buat menambah income tanpa perlu resign. 

6. Daerah penempatan sesuai harapan

ilustrasi karyawan (pexels.com/Gustavo Fring)

Jika resign dari pekerjaan sekarang, di pekerjaan lain belum tentu mereka akan ditempatkan di daerah yang sama. Boleh jadi malah seperti dibuang ke daerah yang benar-benar tidak diinginkannya. Untuk milenial yang kurang suka tantangan atau sudah berkeluarga, hal itu akan dihindari.

Mereka tidak mau menukar kenyamanan penempatan saat ini dengan segala bentuk ketidakpastian. Tidak peduli sebagian orang menganggap mereka gak punya nyali untuk keluar dari daerah yang menjadi zona nyamannya.

7. Teman-temannya menyenangkan

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/MART PRODUCTION)

Pekerjaan yang sesuai dengan passion dan memberikan penghasilan besar pun dapat terasa kurang menyenangkan gara-gara teman yang gak asyik. Bukannya friendly, malah saling menjatuhkan dan tidak kooperatif.

Berada di kantor pun menjadi seperti siksaan. Inginnya datang terakhir dan pulang paling awal. Jika suasana di kantor sudah seperti ini, ujung-ujungnya pasti resign. Namun, bila pertemanannya menyenangkan, mau mengundurkan diri rasanya bak hendak berpisah dengan keluarga.

Baca Juga: 5 Pertimbangan agar Tak Menyesal saat Resign, Catat! 

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya