TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Siklus Terjadinya Kekerasan dalam Pacaran, Jarang Ada yang Sadar

Pacaran itu gak hanya soal romantisme saja

unsplash.com/@letanloc1941995

Pacaran itu gak hanya soal romantisme saja. Pasti ada permasalahan, serta konflik yang terjadi di dalamnya. Namanya juga pacaran, ada dua pihak dengan perbedaan pribadi serta pemikiran yang menjalani sebuah komitmen berpacaran. 

Sayangnya sering kali konflik tersebut gak bisa terselesaikan dengan baik. Malahan menimbulkan kekerasan. Kekerasan juga bisa dialami oleh kalian yang berpacaran, lho. Entah kamu menjadi pihak yang melakukan atau menjadi korban. Kekerasan memiliki siklus yang akan berulang jika tidak diputuskan 'rantai' nya.

1. Fase pemicu. Berbagai permasalahan muncul, memancing emosi pelaku

unsplash.com/@christianfregnan

Sebenarnya konflik dalam pacaran bisa menjadi hal yang berdampak positif bagi hubungan, apabila dalam 'porsi yang pas' atau dikelola dengan baik. Permasalahan antar pasangan memang tidak bisa kita hindari, mengingat perbedaan yang ada pada kedua belah pihak. Kamu bisa menyelesaikannya dengan berdiskusi dan mencari jalan keluar yang baik untuk bersama. Hal ini mampu menambah keromantisan, pemahaman akan pasangan bahkan kekuatan.

Sayangnya enggak semuanya mampu bersikap demikian. Sebagian lainnya 'kalah' dengan Ketegangan konflik yang terjadi, dan meluapkan pada pasangan. Konflik yang terjadi bisa berasal dari konflik pertemanan, konflik keluarga hingga pendidikan. Konflik yang datang dari segala arah dapat memicu ledakan emosi pada pasangan yang tidak mampu mengendalikannya. 

Baca Juga: Waspada, Ini 5 Alasan Terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga

2. Fase tindakan. Disinilah kekerasan terjadi, baik kekerasan fisik, verbal maupun seksual.

unsplash.com/@fairytailphotography

Permasalahan atau konflik yang menimbulkan ketidaknyamanan, akhirnya memicu salah satu pihak atau bahkan keduanya, untuk melakukan kekerasan terhadap pasangannya. Kekerasannya pun bervariasi, mulai dari kekerasan verbal seperti berteriak, mengkritik, mengolok, menghina, merendahkan hingga kekerasan fisik seperti memukul, menendang, dan mendorong. Bahkan korban juga bisa mengalami kekerasan seksual dari pasangan.

Di sini terkadang korban merasa tidak berdaya atau merasa pantas menerima perlakukan pasangan. Pada akhirnya pihak yang melakukan akan semakin merasa dirinya berhak mengontrol dan memperlakukan pasangan sesuai kehendaknya. Setelah kejadian ini, korban sering kali merasa sedih, menangis, hingga penuh dengan luka lebam di sekujur tubuh jika mengalami kekerasan fisik.

3. Fase bulan madu alias honey moon phase. Bisa disebut juga fase penyesalan

unsplash.com/@lmtrochezz

Disebut honeymoon phase, karena di tahapan ini pacar akan kembali menjadi 'malaikat'. Meminta maafmu hingga memohon untuk diberi kesempatan, mengaku khilaf disertai dengan alasan atau sebab dirinya melakukan itu, diikuti dengan penilaian yang negatif akan dirinya. Ini akan membuat pasangan yang menjadi korban kekerasan akan merasa iba dan akhirnya memaafkan tindakan pasangan. 

Seringkali di tahap inilah korban menjadi luluh. Berpikir jika "sesama manusia haruslah saling memaafkan. Tuhan saja maha pemaaf". Korban menoleransi kekerasan yang dilakukan pacarnya dan berdalih jika pacarnya telah berjanji untuk gak mengulanginya lagi. Di sini kamu juga percaya jika dirinya akan berubah. Harusnya di sinilah rantai kekerasan dalam pacaran harusnya diputus. 

4. Fase tenang, dimana hubungan kembali normal. Sayangnya fase ini bertahan sebentar saja...

unsplash.com/@priscilladupreez

Di sini situasi dalam hubungan akan kembali normal, membaik dan berjalan seperti biasa. Sayangnya siklus kekerasan yang berulang ini, membuat fase ini gak bisa bertahan lama. Akan ada pemicu yang datang lagi, memunculkan emosi yang sama serta reaksi yang sama pula dari pasangan. Lantas, pihak korban akan kembali merasakan pahitnya kekerasan dalam hubungan asmaranya. Bisa dikatakan, ini adalah fase tenang yang sebenarnya gak membuat tenang.

Baca Juga: 5 Alasan Kekerasan Verbal Bisa Lebih Parah dari Kekerasan Fisik

Verified Writer

Putri Aisya Pahlawani

20% princess, 80% ordinary human

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya