Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rekan Kerjamu Punya Main Character Syndrome? Simak Cara Mengatasinya!

ilustrasi rekan kerja (unsplash.com/Jason Goodman)
Intinya sih...
  • Menyadari gejala Main Character Syndrome ini penting, selain pada rekan kerja lain, bisa juga terjadi pada diri sendiri.
  • Dorong suasana kerja yang lebih kolaboratif untuk mengurangi kecenderungan bersaing dan unjuk diri sebagai pusat perhatian.
  • Jaga agar setiap anggota tim memiliki kesempatan yang sama untuk bersuara, sehingga tidak ada satu orang yang mendominasi percakapan.

Pernah ketemu rekan kerja yang selalu merasa dirinya pusat perhatian di kantor? Setiap rapat harus dia yang mendominasi, setiap pencapaian tim harus diklaim jadi keberhasilannya, dan drama di tempat kerja selalu berputar di sekelilingnya. Nah, bisa jadi itu gejala Main Character Syndrome alias sindrom "aku bintang utama di dunia ini".

Fenomena ini gak cuma bikin suasana kerja jadi gak nyaman, tapi juga bisa merusak kerja sama dalam tim. Kalau ada rekan kerja yang mulai menunjukkan tanda-tanda sindrom ini, jangan buru-buru kesal. Ada beberapa cara untuk mengatasinya tanpa harus bikin suasana makin panas. Yuk, simak caranya!

1. Akui dan sadari pola perilakunya

Ilustrasi dua wanita bermain handphone (pexels.com/Brett Sayles)

Langkah pertama yang paling penting adalah menyadari kalau pola pikir "aku pusat dunia" ini memang ada. Kadang orang yang mengalami Main Character Syndrome gak sadar kalau mereka terlalu dominan atau suka mengklaim kerja keras orang lain.

Kalau ini terjadi pada rekan kerja, jangan langsung menghakimi. Bisa jadi mereka cuma kurang sadar atau butuh validasi dari lingkungan sekitar. Pendekatan yang lebih baik adalah ngobrol santai atau kasih masukan secara halus, tanpa harus menyinggung perasaan.

2. Fokus pada kolaborasi, bukan kompetisi

pria sedang berdialog (pexels.com/Helena Lopes)

Biasanya, orang dengan sindrom ini suka menganggap setiap tugas sebagai ajang unjuk diri. Mereka lebih memilih bersaing daripada bekerja sama. Padahal, tempat kerja itu bukan panggung pertunjukan satu orang, tapi usaha tim yang butuh sinergi dari semua pihak.

Coba dorong suasana kerja yang lebih kolaboratif. Misalnya, puji kontribusi tim secara keseluruhan daripada hanya satu individu. Dengan begitu, mereka yang sering merasa "tokoh utama" bisa lebih melihat bahwa kerja sama jauh lebih penting daripada sekadar jadi pusat perhatian.

3. Batasi ruang untuk drama yang gak perlu

ilustrasi sekelompok remaja sedang berdiskusi (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Sering kali, orang dengan Main Character Syndrome suka banget menciptakan drama di tempat kerja. Misalnya, merasa jadi korban dalam setiap masalah atau mencari cara agar semua orang memperhatikannya. Ini bisa bikin energi tim terkuras hanya untuk menghadapi ego satu orang.

Jangan terpancing untuk ikut dalam dramanya. Tetap fokus pada pekerjaan dan arahkan pembicaraan ke hal-hal yang lebih produktif. Kalau mereka mulai berusaha menarik perhatian dengan cerita dramatis, cukup dengarkan seperlunya dan alihkan ke topik yang lebih relevan.

4. Beri ruang untuk semua orang bersuara

ilustrasi wanita sedang berdialog (pexels.com/Christina Morillo)

Tipe orang ini biasanya suka mendominasi percakapan, baik di rapat maupun dalam obrolan santai. Mereka bisa tanpa sadar memonopoli diskusi dan gak memberi kesempatan orang lain untuk berbicara. Hal ini bisa bikin lingkungan kerja terasa gak sehat dan bikin rekan kerja lain merasa tidak dihargai.

Solusinya? Pastikan setiap orang di tim punya kesempatan yang sama untuk bersuara. Kalau ada rekan yang cenderung diam, coba libatkan mereka dalam diskusi. Dengan cara ini, perhatian tidak hanya terpusat pada satu orang, tapi terbagi secara adil ke semua anggota tim.

Main Character Syndrome di tempat kerja bisa bikin suasana gak nyaman kalau dibiarkan terus-menerus. Tapi dengan pendekatan yang tepat, sindrom ini bisa dikurangi tanpa harus menciptakan konflik baru. Yang penting, selalu utamakan kerja sama tim dan ciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat. Yuk, mulai dari diri sendiri dulu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us