Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan bekerja sambil mengurus anak
ilustrasi perempuan bekerja sambil mengurus anak (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Intinya sih...

  • Ibu bekerja punya hak untuk berkarya tanpa harus merasa bersalah.

  • Menjaga batasan dan mengatur prioritas membantu mengurangi tekanan sosial.

  • Merawat diri dan mengubah cara pandang tentang "ibu ideal" bikin hidup lebih seimbang.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjadi ibu zaman sekarang bukan hal yang mudah, apalagi kalau kamu juga berperan sebagai perempuan karier. Di satu sisi, kamu ingin tetap produktif, berkarya, dan mandiri secara finansial. Namun, di sisi lain, masih banyak pandangan sosial yang menuntut ibu untuk sepenuhnya “ada di rumah” demi anak dan keluarga. Akibatnya, banyak ibu bekerja yang harus berjuang menghadapi rasa bersalah, komentar pedas, bahkan tekanan dari lingkungan sekitar.

Padahal, bekerja gak membuat seorang ibu jadi kurang baik atau sayang pada keluarganya. Justru, banyak ibu bekerja yang jadi panutan karena bisa menyeimbangkan dua dunia: rumah dan karier. Nah, biar kamu gak terus terbebani oleh omongan orang, yuk, bahas cara menghadapi tekanan sosial sebagai ibu bekerja.

1. Sadari bahwa kamu punya hak untuk berkarya

ilustrasi karyawan sedang bekerja (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Hal pertama yang perlu kamu tanamkan: bekerja itu hak kamu, bukan kesalahan. Banyak orang masih terjebak dalam pandangan lama bahwa ibu seharusnya hanya fokus pada urusan rumah. Padahal, setiap perempuan punya pilihan dan kebutuhan berbeda. Ada yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, ada juga yang bekerja karena ingin tetap berkembang dan merasa bermanfaat di luar peran domestik.

Selama bisa mengatur waktu dengan baik dan tetap memprioritaskan keluarga, kamu gak perlu merasa bersalah. Ingat, anak-anak juga butuh contoh orangtua yang bahagia dan produktif. Jadi, jangan biarkan tekanan sosial memadamkan semangatmu untuk berkarya.

2. Buat batasan dengan lingkungan yang negatif

ilustrasi orang sedang bekerja (freepik.com/pressfoto)

Tekanan sosial sering datang dari sekitar, entah itu tetangga, saudara, bahkan teman sendiri. Komentar seperti, "Kasihan anaknya ditinggal kerja," atau, "Ngapain, sih, capek-capek. Suamimu mampu, lho,” bisa bikin mental drop kalau didengar terus-menerus. Nah, di sinilah pentingnya membuat batasan.

Kamu gak perlu menjelaskan keputusan hidupmu ke semua orang. Kamu yang lebih tahu kondisi keluargamu dan cara untuk bahagia. Kadang, menjaga jarak dari orang yang sering memberi energi negatif juga jadi bentuk self-care yang penting.

3. Atur waktu dan prioritas dengan bijak

ilustrasi ibu sedang membacakan buku untuk anak (unsplash.com/Vitaly Gariev)

Salah satu sumber stres terbesar ibu bekerja ialah rasa bersalah karena merasa “gak cukup hadir” untuk keluarga. Padahal, kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas. Coba buat jadwal yang realistis antara pekerjaan dan waktu bersama keluarga. Saat di kantor fokus 100 persen pada pekerjaan, misalnya, begitu pulang jauhi laptop dan luangkan waktu penuh untuk anak serta pasangan. Momen-momen kecil, seperti makan malam bersama, baca buku sebelum tidur, atau main pada akhir pekan, bisa mempererat hubungan tanpa harus mengorbankan karier.

4. Rawat diri sendiri tanpa rasa bersalah

ilustrasi self-care (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Banyak ibu bekerja yang lupa kalau diri mereka juga manusia yang bisa lelah, stres, dan butuh istirahat. Padahal, self-care bukan egois, melainkan kebutuhan. Kalau terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa rehat, kamu justru akan mengalami burnout dan gak bisa maksimal pada dua peranmu.

Luangkan waktu untuk hal-hal yang membuatmu rileks, seperti nonton drama, jalan bareng sahabat, olahraga ringan, atau sekadar minum kopi tanpa gangguan. Ingat, ibu yang bahagia dan sehat mentalnya akan jauh lebih efektif dalam mengurus keluarga maupun pekerjaan. Jadi, yuk, luangkan waktu untuk self-care!

5. Ubah perspektif tentang “ibu ideal”

ilustrasi ibu sedang bekerja sambil menggendong bayi (pexels.com/Sarah Chai)

Tekanan sosial sering muncul karena standar "ibu sempurna" yang gak realistis. Seolah-olah, ibu ideal itu harus selalu sabar, rumah bersih, anak rapi, dan karier lancar. Faktanya, gak ada manusia yang bisa sempurna dalam semua hal. Jadi, berhentilah membandingkan diri dengan orang lain, baik di dunia nyata maupun di media sosial.

Setiap ibu punya perjuangan masing-masing. Selama kamu berusaha dan keluarga bahagia, itu sudah lebih dari cukup. Ukuran sukses bukan dari apa kata orang, tapi dari bagaimana kamu merasa damai dengan pilihan hidupmu.

Menjadi ibu bekerja memang gak selalu mudah, tapi juga bukan hal yang salah. Tekanan sosial akan selalu ada, tapi yang paling penting ialah bagaimana kamu menanggapinya. Dengan keyakinan, batasan yang sehat, dan dukungan yang kuat, kamu bisa tetap menjalani dua peran dengan bahagia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎