5 Rekomendasi Buku Menemani Perjuanganmu Menjadi Jurnalis 

Mulai dari soal hal teknis hingga kumpulan esai

“Menulis bagus dimulai dengan membaca bagus,” begitulah kata Amarzan Loebis, jurnalis senior Tempo dalam buku berjudul Jurnalistik Dasar, Resep dari Dapur Tempo.

Menulis merupakan kemampuan paling esensial yang wajib dimiliki oleh jurnalis. Gak ada toleransi sedikit pun untuk yang satu ini. Mau itu jurnalis media online, media televisi, hingga radio, seluruh produk jurnalistik yang dihasilkan pasti berawal dari tulisan.

Menilik wejangan Amarzan Loebis, tentu aktivitas membaca jadi gak bisa dilepaskan dari pekerjaan jurnalis. Maka dari itu, artikel ini akan merekomendasikan beberapa bacaan seputar jurnalistik untuk membekali kamu yang tertarik dengan bidang ini.

Gak cuma merekomendasikan buku-buku berisi hal teknis soal jurnalistik loh. Ada juga sejumlah buku yang berisi kumpulan esai apik dari jurnalis berpengalaman dan tentunya bisa kamu jadikan panduan untuk menghasilkan tulisan apik selanjutnya.

1. Jurnalistik Dasar, Resep dari Dapur Tempo karya Tempo Institute

5 Rekomendasi Buku Menemani Perjuanganmu Menjadi Jurnalis Jurnalistik Dasar (tempoinstitute.com)

Bagi calon jurnalis maupun yang sedang belajar dunia jurnalisme, buku Jurnalistik Dasar, Resep dari Dapur Tempo ini merupakan salah satu buku wajib yang bagus untuk dibaca. Awalnya, buku ini hanya ditujukan sebagai bacaan wajib bagi wartawan Tempo. Namun kini, sudah dijual untuk publik.

Dari judulnya aja sudah tergambar pengetahuan apa yang akan kamu dapatkan, yaitu seputar proses dasar kerja jurnalistik baik dari segi wartawan yang meliput di lapangan hingga dinamika ruang redaksi. Lewat buku ini kamu akan disuguhkan tentang jenis-jenis berita, alur menulis, aneka ragam bidang liputan (politik, kriminal, daerah konflik, dll), fenomena berita di media sosial, hingga produksi foto jurnalistik, desain visual, serta infografis.

Karena buku ini merupakan “Resep dari Dapur Tempo” beberapa bagiannya juga mengulas tentang prinsip dan nilai yang dipegang oleh wartawan Tempo, sejarah media ini, hingga berita yang layak ditayangkan di Tempo. Mengingat kredibilitas Tempo sebagai media jurnalisme di Indonesia, buku ini layak mendapat kesempatan jadi bahan bacaanmu.

2. Sembilan Elemen Jurnalisme karya Bill Kovach & Tom Rosenstiel 

5 Rekomendasi Buku Menemani Perjuanganmu Menjadi Jurnalis Sembilan Elemen Jurnalisme (Goodreads.com)

Jurnalis punya pegangan dan panduan dalam melakukan kerja jurnalistiknya. Kepada siapa dia berpihak hingga tata krama mewawancarai narasumber. Deretan pegangan tersebut tercermin dalam sembilan daftar elemen jurnalisme. Konsep ini dikenal luas lewat buku Sembilan Elemen Jurnalisme yang ditulis oleh Bill Kovach & Tom Rosenstiel. Buku ini mencoba menjabarkan dengan lebih rinci apa saja kesembilan elemen jurnalisme tersebut.

Beberapa di antaranya yaitu loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga, esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi, dan jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Seiring berkembangnya waktu, Bill menambahkan satu elemen baru hingga totalnya menjadi sepuluh. Elemen baru tersebut ialah warga juga punya hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang berkaitan dengan berita.

3. Panduan Meliput Kasus Kekerasan Seksual Bagi Persma dan Jurnalis karya Project Multatuli & Rutgers Indonesia 

5 Rekomendasi Buku Menemani Perjuanganmu Menjadi Jurnalis Panduan Meliput Kekerasan Seksual (rutgers.id)
dm-player

Buku panduan liputan ini menjelaskan kenapa liputan kasus kekerasan seksual berbeda dengan liputan topik-topik lain pada umumnya. Bab demi babnya membahas dengan lengkap cara meramu sudut pandang liputan yang gak menyudutkan korban, tata cara mewawancarai penyintas, pemilihan bahasa, hingga daftar narasumber ahli yang bisa dijadikan rujukan jurnalis untuk melengkapi reportasenya.

Penderitaan korban kekerasan seksual memang gak berhenti sampai penghakiman masyarakat terhadap dirinya. Sayangnya, media massa pun turut andil memperkeruh kehidupan korban lewat pemberitaannya. Untuk itu, penting banget bagi jurnalis untuk mengedukasi diri dan lebih peka serta berempati kepada korban.

Sejauh ini, buku ini baru tersedia secara online dalam bentuk file PDF dan bisa diunduh secara resmi melalui situs Project Multatuli maupun Rutgers Indonesia.

Baca Juga: 5 Pesan dari Buku 'Baca Buku Ini Saat Engkau Lelah', Dalam Banget!

4. Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan karya Rusdi Mathari 

5 Rekomendasi Buku Menemani Perjuanganmu Menjadi Jurnalis Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan (bukumojok.com)

Mari ‘membumi’ sedikit dengan melihat realita dunia jurnalisme langsung dari lapangan. Realita yang saya maksud tentu dari kacamata seorang Rusdi Mathari. Jurnalis yang mengabdikan seperempat abad hidupnya dengan berjibaku sebagai wartawan. Lewat esai-esai di buku ini, Cak Rusdi mengkritisi kondisi media dan jurnalisme yang ia rasakan. Mulai dari menjamurnya hoaks dan clickbait di pemberitaan media, PHK massal dan sepihak, hingga cara wartawan bekerja.

Dari buku ini juga tercermin mengapa jurnalisme memang bukan monopoli wartawan. Sebab, kamu akan mempelajari aneka jenis korporasi media, ada yang idealis, tapi banyak juga yang oportunis. Berita yang berhasil dimuat di media pun banyak yang mengandung kepentingan tertentu, salah satunya pemilik modal.

5. Parade Hantu Siang Bolong karya Titah AW

5 Rekomendasi Buku Menemani Perjuanganmu Menjadi Jurnalis Parade Hantu Siang Bolong (mojokstore.com)

Bukan, saya bukan lagi tiba-tiba merekomendasikan buku horor. Judul buku ini aja yang memang begitu, tapi isinya merupakan 16 reportase lapangan yang ciamik dari Titah AW, seorang jurnalis. Gaya bahasa tulisan-tulisannya cenderung naratif dan cocok dikategorikan sebagai jurnalisme sastrawi. Berbeda dengan berita-berita hard news yang umumnya kamu jumpai di media mainstream.

Reportase Titah AW ini kental dengan unsur lokalitas. Dia mengangkat budaya dan tradisi lokal dari berbagai daerah, seperti Kawin Batu di Majalengka dan menelusuri kampung di sebelah gunung purba. Beberapa realita absurd dari masyarakat +62 pun tak luput dari ketajaman insting jurnalistik Titah AW. Contohnya saja artikel tentang kesurupan massal di Banyumas, konferensi alien tahunan, klitih di Jogja, hingga tinder ala Jawa. Beberapa artikel di dalamnya memang ada yang mengangkat unsur mistis. Namun, itu gak akan sampai membuat bulu kuduk merinding atau tiba-tiba kena jumpscare saat adegan pocong vs kuntilanak.

Buku ini seakan mengingatkan kalau masih banyak budaya dan tradisi lokal yang belum mendapatkan panggung di arena publik. Eksistensinya pun sering diabaikan padahal nyatanya sangat dekat dengan masyarakat. Di samping itu, buku ini bisa menjadi acuan bagi kamu yang tertarik membuat tulisan jurnalistik berbumbu sastra.

Memang masih banyak buku-buku keren seputar jurnalistik di luaran sana. Namun, untuk memulai perjuanganmu meraih cita-cita, deretan buku di atas cocok untuk mendampingi prosesmu. Nah, selamat memperkaya wawasan dengan bacaan kaya ilmu ini, ya!

Baca Juga: 5 Rekomendasi Buku untuk Kamu yang Mau Memulai Jalan jadi Penulis!

Cindy Rebecca Photo Writer Cindy Rebecca

Orang biasa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya