Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi perundungan di tempat kerja
ilustrasi perundungan di tempat kerja (freepik.com/freepik)

Di dunia kerja yang ideal, setiap orang seharusnya bisa berkembang dan berkontribusi tanpa rasa takut. Namun, kenyataannya, praktik bullying masih sering terjadi baik dalam bentuk halus seperti sindiran, pengucilan, maupun perilaku kasar secara terbuka. Mungkin banyak yang menganggap bullying hanya sebatas persoalan pribadi antarrekan kerja, padahal dampaknya jauh lebih luas. Lingkungan kerja yang penuh tekanan emosional bisa membuat suasana kantor tak sehat dan berujung pada turunnya produktivitas.

Ketika seseorang menjadi korban bullying, bukan hanya mentalnya yang terluka, tapi juga semangat kerjanya yang perlahan padam. Ia mulai kehilangan motivasi, enggan berinteraksi, bahkan bisa sampai berpikir untuk meninggalkan pekerjaannya. Dalam jangka panjang, hal ini bukan hanya merugikan korban, tapi juga perusahaan secara keseluruhan. Nah, berikut ini lima dampak negatif bullying di tempat kerja. Let’s check it out!

1. Semangat dan motivasi kerja menurun

ilustrasi stres bekerja (freepik.com/yanalya)

Karyawan yang menjadi korban bullying akan kesulitan menjaga semangatnya. Setiap hari terasa berat karena harus menghadapi tekanan dari rekan atau atasan yang memperlakukannya dengan tidak adil. Kondisi ini membuat mereka kehilangan gairah bekerja, merasa tidak dihargai, dan akhirnya memilih untuk bekerja sekadar menyelesaikan tugas tanpa antusiasme.

Motivasi yang menurun berdampak langsung pada hasil kerja. Ide-ide kreatif berkurang, inisiatif melemah, dan kerja sama tim pun terganggu. Alih-alih menciptakan lingkungan yang suportif, suasana kantor justru berubah menjadi tempat yang penuh kecemasan. Produktivitas menurun karena semangat kerja yang mestinya menjadi bahan bakar utama, perlahan padam oleh rasa takut dan ketidaknyamanan.

2. Memicu stres dan masalah kesehatan mental

ilustrasi wanita yang stres bekerja(freepik.com/jcomp)

Bullying di tempat kerja tidak hanya menyakitkan secara emosional, tapi juga berdampak serius pada kesehatan mental. Korban bisa mengalami stres berkepanjangan, kecemasan, bahkan depresi. Tekanan psikologis ini menyebabkan sulit fokus dan kehilangan kemampuan untuk bekerja secara efektif.

Karyawan yang mengalami stres berat cenderung mudah lelah, sulit tidur, dan kehilangan energi positif. Akibatnya, performa kerja menurun dan tingkat ketidakhadiran meningkat. Dalam jangka panjang, kondisi ini juga bisa menular ke rekan kerja lain yang ikut merasakan atmosfer negatif di lingkungan kantor.

3. Menghancurkan kerja sama tim

ilustrasi konflik di kantor (freepik.com/yanalya)

Tim yang sehat seharusnya saling mendukung dan berkomunikasi dengan terbuka. Namun, ketika bullying terjadi, kepercayaan antar anggota tim mulai retak. Orang-orang menjadi waspada dan enggan berpendapat karena takut disalahkan atau dipermalukan.

Hubungan kerja yang renggang membuat koordinasi sulit berjalan. Proyek jadi sering tertunda karena kurangnya kolaborasi dan keengganan untuk bekerja sama. Pada akhirnya, produktivitas tim secara keseluruhan menurun, bukan karena kemampuan anggota tim rendah, tapi karena budaya kerja yang tidak sehat.

4. Meningkatkan turnover dan biaya rekrutmen

ilustrasi wawancara kerja (freepik.com/yanalya)

Tidak ada karyawan yang betah bekerja di lingkungan yang penuh tekanan. Bullying membuat orang merasa tidak aman dan kehilangan kepercayaan terhadap tempat kerjanya. Akibatnya, tingkat turnover meningkat karena banyak yang memilih keluar demi kesehatan mentalnya.

Setiap kali karyawan berhenti, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk rekrutmen dan pelatihan karyawan baru. Waktu dan tenaga yang seharusnya digunakan untuk mengembangkan bisnis malah habis untuk menambal kekosongan posisi. Dalam jangka panjang, hal ini bisa merugikan perusahaan secara finansial maupun operasional.

5. Menciptakan citra negatif perusahaan

ilustrasi perundungan di tempat kerja (freepik.com/freepik)

Perusahaan dengan budaya kerja toksik cepat atau lambat akan dikenal publik. Kabar tentang bullying bisa tersebar lewat media sosial atau testimoni mantan karyawan. Reputasi buruk ini membuat calon talenta terbaik enggan melamar dan klien ragu untuk bekerja sama.

Selain itu, karyawan yang masih bertahan pun merasa malu menjadi bagian dari perusahaan yang dicap negatif. Rasa tidak bangga ini bisa menurunkan loyalitas dan keterikatan emosional terhadap pekerjaan. Saat rasa memiliki hilang, produktivitas pun sulit dipertahankan.

Bullying di tempat kerja bukan sekadar masalah etika, tapi juga sangat berpengaruh pada produktivitas dan kelangsungan kerja perusahaan. Setiap bentuk intimidasi, sekecil apa pun, dapat menciptakan efek domino yang merugikan banyak pihak. Karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun budaya kerja yang saling menghormati dan mendukung!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAtqo Sy