5 Hal Keliru tentang Burnout di Tempat Kerja, Liburan Bukan Solusi!

Jangan sampai kamu terjebak dalam pemikiran ini

Burnout merupakan kondisi kelelahan secara emosional, mental, dan fisik karena stres berkepanjangan dan terus-menerus. Seringnya, kelelahan ini terjadi di tempat kerja karena bekerja terlalu lama, mengerjakan tugas terlalu banyak, dan lingkungan kerja yang tidak kondusif. 

Jika kamu bekerja terlalu keras hingga tidak beristirahat, baik secara mental maupun fisik, burnout akan menjeratmu dan membuat produktivitas semakin menurun. Tanda kamu mengalami burnout  di antaranya adalah muncul ketakutan terhadap pekerjaan, lelah secara fisik dan mental, emosi tidak stabil seperti menjadi sinis, dan mudah tersinggung. 

Dampak jangka panjangnya adalah pekerjaan menjadi tidak efektif dan mengalami penurunan performa secara signifikan. Agar tak membuat kejenuhan yang kamu rasakan semakin parah, inilah 5 pemahaman keliru mengenai burnout  yang justru akan semakin mengganggu kesehatan mentalmu!

1. Burnout adalah masalah pribadi

5 Hal Keliru tentang Burnout di Tempat Kerja, Liburan Bukan Solusi!Ilustrasi stres kerja (pexels.com/energepic.com)

Burnout di tempat kerja sering dianggap sebagai masalah pribadi. Padahal, menurut penelitian yang dipaparkan dalam Psychology Today, sebagian besar kasus kelelahan berasal dari lingkungan kerja yang toxic. 

Berdasarkan survei dari Gullup, terdapat beberapa sebab terjadinya burnout, yakni perlakuan tidak adil di tempat kerja, beban yang tidak seimbang, peran dan tugas yang tidak jelas, buruknya komunikasi, dan deadline yang tidak masuk akal. Permasalahan tersebut akan semakin destruktif bila dibarengi dengan kurangnya rasa hormat dan apresiasi. 

Jangan berpikir bahwa kelelahan di tempat kerja merupakan masalah pribadi. Apabila kamu mengalami permasalahan tersebut, kemungkinan kamu berada di lingkungan kerja yang tak stabil. 

2. Burnout tidak dapat melukai fisik dan mental

5 Hal Keliru tentang Burnout di Tempat Kerja, Liburan Bukan Solusi!ilustrasi stres kerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kelelahan di tempat kerja tidak hanya membahayakan metal, namun juga menganggu kesehatan fisik. Menurut survei yang dilakukan Gallup, 63 persen karyawan yang mengalami burnout akan mengajukan cuti sakit, sementara 23 persen lainnya memilih untuk mengunjungi unit gawat darurat. 

Bahkan, responden dalam survei tersebut, setuju bahwa tuntutan pekerjaan yang tinggi dan tak realistis turut mengganggu hubungan mereka dengan anggota keluarga lain. Pada akhirnya, karyawan yang mengalami burnout memilih untuk meninggalkan perusahaan. 

Baca Juga: 5 Risiko Bekerja di Tempat Kerja yang Tidak Kondusif, Bikin Burnout!

3. Sibuk sama dengan produktif

5 Hal Keliru tentang Burnout di Tempat Kerja, Liburan Bukan Solusi!ilustrasi stres kerja (pexels.com/Cottonbro Studio)

Kelelahan dalam bekerja biasanya diawali dengan tuntutan pekerjaan tinggi sehingga membuat karyawan sibuk tanpa punya waktu untuk kehidupan sosial. Anggapan bahwa sibuk sama dengan produktif inilah yang membuat sistem kerja menjadi tak wajar dan berujung burnout. 

Dalam Very Well Mind, konseler profesi, Jodi Clarke menegaskan bahwa kesibukan berkaitan dengan cara kita menghabiskan waktu, sementara produktivitas adalah capaian yang berhasil kita lalui. Karena itu, pandangan mengenai kesibukan yang semakin tinggi berarti pekerjaan semakin bagus, adalah keliru.

4. Liburan bukanlah cara efektif menghilangkan burnout

5 Hal Keliru tentang Burnout di Tempat Kerja, Liburan Bukan Solusi!ilustrasi stres kerja (pexels.com/Ron Lach)

Banyak orang berpikir, liburan dengan waktu singkat akan menghilangkan kelelahan akibat bekerja. Sayangnya, menurut Harvard Business Review, liburan bukan cara yang paling efektif unutk menghilangkan kejenuhan. 

Dalam studi yang sama, ditemukan bahwa solusi untuk mengatasi burnout adalah cuti panjang. Karyawan yang mengambil cuti panjang akan re-charge energi dan kembali bekerja dengan ide yang fresh.

Liburan tak selalu menjadi jalan keluar untuk keluar dari jeratan kelelahan kerja sebab sebagian karyawan masih memikirkan pekerjaan yang ditinggalkan. Sementara itu, mengambil cuti panjang untuk melakukan kegiatan yang disuka, misalnya menjadi sukarelawan atau mengerjakan suatu hobi, dapat meningkatkan self love yang berujung pada meningkatnya rasa percaya diri saat kembali ke kantor.

5. Melakukan pekerjaan yang disukai tak akan membuat burnout

5 Hal Keliru tentang Burnout di Tempat Kerja, Liburan Bukan Solusi!ilustrasi stres kerja (pexels.com/Yan Krukov)

Meski pekerjaan yang saat ini ditekuni adalah impian sejak lama, burnout tetap saja tak dapat dihindari. Mencurahkan seluruh usaha dan kerja keras kepada suatu aktivitas yang sama setiap hari, akan menguras energi.

Joanna Nurmi sebagai burnout coach and advisor, melalui Enterpreneur, menyampaikan kejenuhan dalam bekerja tetap bisa dialami oleh orang yang passionate dalam bidang pekerjaan tersebut. Selain itu, burnout juga tak selalu menjadi sinyal atas buruknya kinerja yang kamu lakukan. 

Sering kali, seseorang mengalami kejenuhan dalam bekerja karena sistem yang keliru atau bermasalah. Sehingga bukan kemampuanmu yang menurun, melainkan terjadi gap antara kemahiran yang kamu miliki dengan kondisi pekerjaan.

Baca Juga: 4 Gejala Burnout Belajar, Segera Atasi sebelum Lebih Parah!

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya