Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
215074599_m.jpg
Ilustrasi dunia kerja Gen Z (123rf.com/itchaznong)

Intinya sih...

  • Workplace culture Gen Z berbeda, fokus pada belajar dan upgrade skill

  • Gen Z harus adaptasi dengan kemajuan AI di dunia kerja

  • Budaya kerja suportif, butuh feedback jelas dan psychological safety

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak yang bilang kalau zaman sekarang cari kerja itu semakin sulit. Tantangan dunia kerja juga kini semakin beragam. Sudah dapat kerja pun pasti ada lagi tantangan yang akan kamu hadapi. 

Makanya cari tahu dulu serba serbi dunia kerja zaman now ala Gen Z yang kian hari kian menantang. Biar gak gampang menyerah, karena menyerah bukan solusi. Yuk simak dan siapin diri untuk beraksi! 

1. Prinsip workplace culture menurut Gen Z

Ilustrasi dunia kerja Gen Z (123rf.com/itchaznong)

Kamu para Gen Z pasti paham kalau workplace culture kita berbeda dengan para senior pendahulu. Salah satunya adalah keinginan belajar yang tinggi dalam upaya meningkatkan skill atau update skill. Hal ini juga didukung oleh ucapan dari Menteri Ketenagakerjaan, Prof. Yassierli, “Setengah dari pekerja Indonesia butuh reskilling dan upskilling. Gen Z harus siap mengisi lapangan kerja baru yang muncul.”

Nah, dikutip dari Indonesia Millennial Gen Z Report 2026, sebanyak 35 persen Gen Z di dunia kerja ‘melek’ untuk upgrade skill. Walaupun keharusan dalam upgrade skill terkadang berujung bikin kamu jadi burnout dan nggak balance, namun tetap saja nih dianggap penting. 

Itu sebabnya banyak perusahaan, termasuk Unilever cukup peka dalam memberikan ruang belajar untuk karyawan muda dalam meningkatkan kemampuan, sesuai kemauan mereka. “Dengan membuka lapangan kerja, memberi edukasi, serta menyediakan program training and development, kami ingin memastikan bahwa generasi muda—khususnya Gen Z—punya kesempatan untuk belajar hal-hal baru,” jelas Willy Saelan, Director of Human Resources Unilever Indonesia dalam sesi kedua Indonesia Summit 2025.

2. Growth mindset: upgrade skill dan AI di dunia kerja

Ilustrasi dunia kerja Gen Z (123rf.com/tirachard)

Di tengah dunia yang semakin maju, selain upgrade skill yang dianggap perlu atau bahkan wajib, para Gen Z juga harus beradaptasi dengan kemajuan AI atau Artificial Intelligence (kecerdasan buatan). Banyak yang menyebut kalau manusia akan tergeser dengan adanya AI. Namun nyatanya hal tersebut belum tentu benar. Kenapa? 

Kita perlu menjadikan sesuatu yang kita lakukan lebih memiliki nilai ekonomi. Sering dikatakan, human is not replaceable. Namun, saya ingin menekankan: human yang tidak menggunakan AI akan bisa tergantikan. Jadi jangan takut untuk embrace new technology,” jelas Willy. 

Kamu Gen Z yang merasa ‘tergeser’ dengan adanya AI? Jawaban Pak Willy sepertinya membantu mengurangi pikiran tersebut ya!

3. Budaya kerja suportif ala Gen Z di zaman now

Ilustrasi dunia kerja Gen Z (123rf.com/tirachard)

Hal positif lainnya buat para Gen Z di dunia kerja zaman now adalah budaya kerja yang bisa dibilang suportif banget. Kok bisa? Willy Saelan dalam kesempatan tersebut juga menjelaskan kalau Gen Z itu sangat mengapresiasi apabila mereka mendapatkan feedback yang jelas. Ini salah satu bukti budaya kerja Gen Z zaman now itu suportif dan terbuka pada feedback

“Gen Z, mereka justru membutuhkan feedback yang jelas, karena dengan feedback yang clear, mereka bisa mendorong performa mereka lebih jauh (stretch performance). Selain itu, Gen Z juga mengapresiasi flexibility, empowerment, dan support dari line manager. Support itu biasanya berupa kemauan dari line manager untuk membuka ruang: ‘Kalau kamu punya input untuk saya, sampaikan saja terus terang. Jangan takut memberi saran.’,” jelasnya dalam sesi tersebut.

4. Sudut pandang HR professional di korporasi

Ilustrasi dunia kerja Gen Z (123rf.com/d8nn)

Lalu sebagai HR professional di korporasi, apa sih yang perlu dilakukan untuk membuat generasi muda ini nyaman di dunia kerjanya? Yang pertama, tentu dengan menciptakan psychological safety di tempat kerja. 

Hal ini diungkap sendiri oleh Willy Saelan, Director of Human Resources Unilever Indonesia, bahwa budaya yang perlu dibangun di dunia kerja zaman now  adalah budaya psychological safety, flexibility, pola kerja hybrid, serta komunikasi feedback yang konsisten.

Hal tersebut didukung dengan hasil Indonesia Millennial Gen Z Report 2026 yang menyebutkan kalau sebanyak 32 persen Gen Z lebih memilih pola kerja hybrid yang fleksibel bekerja dimana saja. 

Selain itu, sebagai korporasi juga sebaiknya melakukan pulse check rutin, survei keterlibatan tiap kuartal, hingga format pembelajaran terstruktur seperti DEAL Hour (Drop Everything, Anyone Learn) untuk menumbuhkan budaya belajar berkelanjutan. Semua ini menyesuaikan dengan realitas generasi saat ini: khususnya Gen Z yang sangat memprioritaskan tujuan, perkembangan diri, dan apresiasi—serta cenderung memilih keluar dari tempat kerja yang tidak mampu memenuhi hal-hal tersebut. 

Tentunya, ini nggak cuma butuh peran dari korporasi, tapi juga dari pemerintah. Seperti ucapan dari Anggota DPR, Rieke Diah Pitaloka, ““kebijakan ketenagakerjaan harus terintegrasi antar kementerian dan berbasis riset, supaya Gen-Z punya masa depan kerja yang jelas dan berdaya saing.”

Ini jadi bukti, meski bumi gonjang-ganjing, di tangan Gen Z dunia kerja tetap bisa amazing! Setuju? (WEB/TAMA) 

Editorial Team