Jurnalis adalah pekerjaan berat yang memiliki banyak risiko. Bahkan risiko yang harus diambil pun bukan lagi kecil, tapi besar seperti risiko mempertaruhkan nyawa. Memang sebesar itu risikonya? Iya, tentu saja.
Wartawan senior Arab Saudi, Jamal Khassoggi yang dibunuh di Kedutaan Besar Arab Saudi di Turki bisa menjadi gambaran nyata. Khassoggi dikenal sebagai wartawan yang kerap mengkritik pemerintahan Arab Saudi. Di Indonesia sendiri kasus kekerasan bahkan pembunuhan terhadap jurnalis pernah terjadi.
Mengutip dari Kompas, setidaknya ada 10 kasus pembunuhan wartawan yang pernah terjadi di Indonesia, yakni Herlianto (Tabloid Delta Pos Sidoarjo), Ardiansyah (Tabloid Jubi dan Marauke TV), Naimullah (Sinar Pagi), Alfrets Mirulewan (Tabloid Pelangi), Agus Mulyawan (Asia Press), Fuad M. Syarifuddin (Harian Bernas), Era Siregar (RCTI), Muhammad Jamaluddin (TVRI Aceh), AA Prabangsa (Radar Bali), dan Ridwan Salamun (Sun TV).
Beberapa jurnalis yang tewas sudah dipastikan oleh pihak kepolisian dibunuh karena mengulas kasus korupsi yang ada hubungannya dengan orang penting, tapi ada juga yang tewas saat sedang bekerja meliput konflik.
Karena itu, menjadi jurnalis bukanlah pekerjaan mudah. Jurnalis adalah pekerjaan besar yang harus ditekuni dengan penuh dedikasi. Jadi, bagi kamu yang ingin menjadi jurnalis, pastikan kalau kamu sudah memiliki passion di bidang itu. Karena tanpa adanya passion dan dedikasi, sudah pasti kamu tak akan kuat berlama-lama menjadi jurnalis.