Human Capital PT Astra Soroti Isu Pengangguran: Bisnis Tak Berkembang

- 7,28 juta orang di Indonesia menganggur, 6,2 persen lulusan universitas tanpa pekerjaan
- Tingkat pengangguran meningkat karena kondisi bisnis kurang berkembang dan investasi minim
- Kondisi bisnis yang challenging membuat PT Astra melakukan proses rekrutmen almost freeze
Jakarta, IDN Times - Angka pengangguran di Indonesia pada 2025 mengalami tren peningkatan. Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memperkirakan tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,0 persen pada 2025, tertinggi di Asia.
Aloysius Budi Santoso, Chief Corporate Human Capital Development PT Astra International Tbk menilai kondisi ini dilatarbelakangi oleh lemahnya pertumbuhan bisnis dan minimnya investasi. Menurut Budi, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal APINDO, kondisi ini erat kaitannya dengan ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan tenaga kerja.
Dalam program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times yang berlangsung di Studio IDN Times, Jakarta, Senin (21/7/2025), Budi turut menjelaskan bagaimana kondisi bisnis nasional saat ini. Ia turut memaparkan strategi yang diambil oleh PT Astra International Tbk, sebagai salah satu perusahaan terbaik dunia versi majalah TIME 2024.
1. Apakah terjadi miss match sumber daya manusia dengan kebutuhan tenaga kerja?

Mengkaji data BPS sebanyak 7,28 juta orang hidup tanpa pekerjaan di Indonesia. BPS menyebut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2025 ada sebesar 4,76 persen. Artinya ada 5 pengangguran dari 100 orang angkatan kerja.
Fenomena tersebut kian diperparah dengan kondisi lulusan universitas atau berstatus diploma IV, S1, S2, bahkan S3 yang belum memiliki pekerjaan alias masih menganggur, yakni sebesar 6,2 persen atau 1,01 juta orang. Sementara 4,84 persen atau sekitar 177.399 orang lulusan diploma I/II/III juga masih menganggur.
Budi menyoroti tingkat pengangguran yang meningkat di tahun 2025 karena kondisi bisnis yang kurang berkembang dan investasi yang minim. Dampaknya pada penyerapan tenaga kerja yang diminimalisir.
"Oke lah, sekarang banyak dari sisi sumber daya mengatakan bahwa terjadi miss match antara dunia pendidikan dan seterusnya. Tapi, isu terbesar kita bahwa memang bisnis itu tidak berkembang. Investasi is very less. Sekarang kalau orang yang mau berinvestasi sedikit dan mau berusaha sedikit, apakah dari luar atau dari dalam, bagaimana kemudian dia bisa create penciptaan lapangan kerja? Itu yang lebih fundamental," ujarnya.
Budi mengakui, pemerintah telah berupaya membuat pendidikan tetap relevan dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini direalisasikan melalui berbagai program. Salah satunya adalah Magang Merdeka di tingkat perguruan tinggi yang bertujuan meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pengalaman profesional. Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja di berbagai sektor selama satu semester di masa perkuliahan.
"Sebenarnya saya lihat upaya-upaya magang, misalnya program magang satu tahun kemarin, menteri yang lama, ada Kampus Merdeka, ada segala macam. Itu adalah upaya-upaya untuk membuat bahwa orang dari dunia pendidikan menjadi lebih siap pakai," katanya.
2. Kondisi bisnis challenging, angka penyerapan tenaga kerja kian kompetitif

Tingkat pengangguran di Indonesia tentu menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Ketimpangan ini terjadi ketika jumlah angkatan kerja atau pencari kerja meningkat setiap tahun, sementara lapangan pekerjaan yang tersedia tidak bertambah secara signifikan. Akibatnya, persaingan menjadi semakin ketat meski banyak individu memiliki kualifikasi yang memadai.
"Isu terbesarnya sekarang adalah jumlah environment business, environment macroeconomy, yang membuat orang mau buat bisnis itu jujur challenging," kata Budi pada kesempatan yang sama.
Langkah strategis yang perlu diupayakan adalah mengembalikan situasi bisnis di Indonesia menjadi lebih stabil dan kompatibel. Hal ini menjadi usaha untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.
"Tapi, isu terbesar kita sekarang adalah bagaimana kita bersama, seluruh stakeholder bangsa ini, ini bukan hanya urusan pemerintah ya, tapi kita bersama, bagaimana membuat negara kita ini makin kompetitif sehingga orang makin banyak tertarik untuk membuat usaha di Indonesia," ujarnya.
3. Proses rekrutmen di PT Astra turut terdampak, saat ini almost freeze

Kondisi ini juga berdampak pada PT Astra yang kini menjadi lebih selektif dalam melakukan proses rekrutmen. Budi menekankan, proses rekrutmen almost freeze, semakin cermat untuk menghadirkan sumber daya manusia yang dapat meningkatkan produktivitas. Sebab, penerimaan tenaga kerja berkaitan erat dengan situasi bisnis.
Budi menggambarkan kondisi rekrutmen saat ini, "Sangat tergantung daripada siklus bisnis. Pada saat kemudian ekonomi baik, bisnis kondusif, growing, ya tentu rekrutmennya akan bertambah. Tapi kalau pada saat ekonomi challenging, seperti saat ini, ya tentu kemudian sangat berkurang."
Almost freeze menjadi gambaran situasi yang mengacu pada strategi perusahaan untuk memperlambat atau menunda sementara perekrutan karyawan baru, namun belum secara resmi menerapkan hiring freeze atau pembekuan terhadap proses penerimaan karyawan. Ini menjadi langkah awal bagi sektor bisnis untuk berupaya mengevaluasi kebutuhan rekrutmen.