Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi profesi ghostwriter.
ilustrasi ghostwriter (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Ghostwriter mempelajari gaya bahasa dan kepribadian klien untuk menulis dengan autentik.

  • Mereka melakukan riset mendalam agar tulisan relevan dan kredibel, bahkan untuk konten yang terkesan ringan.

  • Ghostwriter menjaga konsistensi branding dan citra publik klien serta menata alur dan emosi tulisan agar terasa natural.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saat mendengar kata ghostwriter, sebagian orang mungkin langsung membayangkan seseorang yang duduk di depan laptop, mengetik panjang lebar, lalu dibayar mahal tanpa mencantumkan nama di karya yang dipublikasikan. Padahal, pekerjaan ghostwriter jauh lebih kompleks dari sekadar menulis diam-diam untuk orang lain, lho.

Profesi ini membutuhkan riset, observasi, kemampuan menyerap karakter, hingga kecerdasan emosional agar tulisan terasa autentik dan benar-benar mencerminkan suara asli klien. Di balik caption menyentuh, artikel inspiratif, pidato berpengaruh, hingga buku best-seller, sering kali ada ghostwriter yang bekerja silent but powerful. Apa saja ya jobdesk dari seorang ghostwriter? Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!

1. Mempelajari gaya bahasa dan kepribadian klien

ilustrasi ghostwriter (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Ghostwriter tidak bisa asal menulis menggunakan gaya pribadinya. Mereka harus memahami karakter bahasa klien secara detail mulai dari pemilihan kata, struktur kalimat, gaya bercerita, tingkat formalitas, sisi humor, hingga emosi tulisan agar pembaca tidak bisa membedakan mana karya asli dan mana yang ditulis oleh pihak ketiga.

Sering kali, ghostwriter juga mempelajari voice style melalui chat history, artikel lama, caption, rekaman suara, atau wawancara khusus. Inilah alasan ghostwriter disebut sebagai seorang aktor dalam tulisan. Mereka bukan meniru, melainkan beradaptasi dengan sangat halus.

2. Melakukan riset mendalam agar tulisan tidak asal bunyi

ilustrasi ghostwriter (pexels.com/Judit Peter)

Tulisan yang enak dibaca bukan berarti asal mengalir tanpa fakta, data, atau konteks yang jelas. Ghostwriter harus melakukan riset melalui artikel, buku, podcast, jurnal, hingga interview agar tulisan yang mereka hasilkan relevan dan kredibel.

Bahkan untuk konten yang terkesan ringan sekalipun, ghostwriter tetap perlu memastikan bahwa informasi yang disampaikan tidak menyesatkan. Hal ini terutama berlaku jika menulis untuk tokoh publik, profesional, atau pemimpin yang berbicara di bidang tertentu.

3. Menjaga konsistensi branding dan citra publik klien

ilustrasi ghostwriter (pexels.com/Polina Zimmerman)

Ghostwriter tidak hanya fokus pada isi tulisan, tetapi juga bagaimana tulisan tersebut berpengaruh terhadap reputasi klien. Mereka harus mempertimbangkan apakah narasi yang dipilih aman, tidak memicu kontroversi, serta sesuai dengan posisi dan karakter publik dari klien.

Dengan kata lain, ghostwriter berperan sebagai brand guardian dalam bentuk tulisan. Mereka dapat memberi masukan mengenai mana ide yang aman diangkat, mana yang perlu diperhalus, hingga mana yang sebaiknya tidak diungkapkan untuk menghindari risiko jangka panjang.

4. Menata alur dan emosi tulisan agar terasa natural

ilustrasi ghostwriter (pexels.com/Ron Lach)

Selain menyusun konten, ghostwriter perlu mengatur ritme, alur cerita, dan emotional flow agar hasilnya natural, relatable, dan tidak terlihat seperti tulisan yang dipaksakan. Teknik storytelling, analogi, hook, dan closing menjadi bagian dari keterampilan mereka.

Ghostwriter juga harus tahu kapan harus menyisipkan fakta, kapan membangun klimaks, serta kapan memberikan penekanan emosional. Di sinilah ghostwriter berfungsi sebagai narrative architect, bukan sekadar content generator.

5. Menjadi pendengar, penerjemah, dan penjaga rahasia

ilustrasi ghostwriter (pexels.com/Ivan S)

Untuk menulis cerita yang terasa autentik, ghostwriter perlu menggali cerita personal dari klien, termasuk pengalaman sensitif dan hal-hal yang tidak selalu ingin dipublikasikan. Mereka harus siap mendengar tanpa menghakimi dan menerjemahkan emosi tersebut menjadi tulisan yang bermakna.

Di sisi lain, ghostwriter juga terikat pada etika dan kepercayaan. Semua informasi, draft, hingga proses kreatif harus dijaga kerahasiaannya. Integritas adalah mata uang utama bagi seorang ghostwriter, bukan pengakuan publik.

Jadi, pekerjaan ghostwriter bukan hanya merangkai kata dengan baik saja, tapi juga mengelola citra, psikologi komunikasi, melakukan riset, harus memiliki sensitivitas emosi, hingga mengetahui strategi naratif. Mereka mungkin tidak terlihat namanya, tetapi dampaknya dapat dirasakan luas oleh publik. Profesi ini adalah gabungan antara penulis, analis, psikolog, sekaligus penjaga rahasia yang profesional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team