Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Mikhail Nilov)

Intinya sih...

  • Mulai dengan pujian atau apresiasi kecil

  • Gunakan kalimat yang menyertakan kata 'kita' daripada 'kamu'

  • Pilih waktu dan tempat yang tepat

Bekerja dalam tim tentu tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya kamu merasa perlu menegur rekan kerja karena kesalahan yang mereka lakukan. Tapi di sisi lain, kamu juga khawatir teguran tersebut justru merusak hubungan baik yang sudah terjalin. Hal seperti ini memang butuh pendekatan yang bijak dan tidak terburu-buru.

Menegur bukan berarti memusuhi, justru bisa jadi bentuk kepedulian agar semua bisa berkembang bersama. Kuncinya terletak pada cara menyampaikan. Dengan pendekatan yang halus dan penuh empati, kamu bisa menyampaikan pesan penting tanpa membuat suasana jadi tegang. Berikut enam jurus yang bisa kamu gunakan agar teguran terasa ringan, tapi tetap mengena.

1. Mulai dengan pujian atau apresiasi kecil

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Edmond Dantès)

Sebelum menyampaikan teguran, awali dengan memberi pujian atau apresiasi terhadap hal positif dari rekanmu. Bisa soal kerja kerasnya yang konsisten, sikap ramahnya yang membuat tim nyaman, atau kontribusinya dalam menyelesaikan proyek. Pembukaan seperti ini akan membuatnya merasa dihargai dan lebih terbuka terhadap masukan.

Ketika seseorang merasa diakui, ia cenderung tidak langsung defensif saat menerima kritik. Suasana pun jadi lebih cair, dan pembicaraan terasa seperti percakapan yang saling membangun, bukan penghakiman sepihak. Teguran yang dibungkus dalam nuansa apresiatif akan jauh lebih mudah diterima.

2. Gunakan kalimat yang menyertakan kata 'kita' daripada 'kamu'

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Pemilihan kata sangat berpengaruh terhadap bagaimana teguran diterima. Kalimat seperti, “mungkin kita bisa lebih hati-hati…” jauh lebih bersahabat dibanding “kamu salah tadi.” Penggunaan kata “kita” memberi kesan bahwa kamu juga bagian dari solusi, bukan sekadar menyalahkan.

Kalimat yang inklusif akan membuat lawan bicara merasa didampingi, bukan diserang. Ini bisa menciptakan suasana yang lebih kolaboratif, di mana kesalahan dilihat sebagai kesempatan bersama untuk belajar dan memperbaiki diri. Bahasa seperti ini menunjukkan empati dan kedewasaan dalam komunikasi profesional.

3. Pilih waktu dan tempat yang tepat

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Teguran sekecil apa pun bisa menyinggung jika disampaikan di tempat yang salah. Hindari menyampaikan kritik di depan banyak orang, karena bisa memalukan dan melukai harga diri. Pilih momen privat, seperti saat rehat kopi, waktu istirahat, atau setelah jam kerja ketika suasana lebih santai.

Tempat yang tenang dan waktu yang pas akan membantu pembicaraan berjalan lebih lancar. Rekanmu pun akan lebih nyaman membuka diri dan mendengarkan dengan kepala dingin. Menghindari teguran terbuka bukan berarti menutupi kesalahan, tapi justru menjaga martabat dan keharmonisan tim.

4. Fokus pada solusi, bukan pada kesalahan

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Vitaly Gariev)

Alih-alih mengungkit kesalahan berulang kali, arahkan percakapan ke solusi konkret. Misalnya, ketimbang berkata, “kenapa kamu selalu lupa?” lebih baik katakan, “gimana kalau kita bikin checklist bareng biar nggak kelewat lagi?” Fokus pada perbaikan akan mengubah suasana menjadi lebih positif dan membangun.

Pendekatan seperti ini menunjukkan bahwa kamu tidak hanya mengkritik, tapi juga peduli dan ingin membantu. Kamu mengajak rekan kerja berpikir ke depan dan mencari jalan keluar bersama. Ini bukan cuma soal menyampaikan teguran, tapi juga soal menumbuhkan rasa saling percaya dan tanggung jawab dalam tim.

5. Gunakan nada bicara yang tenang dan bersahabat

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/fauxels)

Isi teguran yang sama bisa diterima dengan berbeda, tergantung dari nada bicara yang kamu gunakan. Nada tinggi atau ketus sering kali membuat orang langsung defensif, bahkan jika maksudmu baik. Sebaliknya, berbicara dengan tenang dan bersahabat akan lebih efektif dan menenangkan.

Nada yang lembut menunjukkan bahwa kamu mengontrol emosi dan tidak menyerang secara personal. Ini penting agar pesanmu tidak tenggelam dalam suasana emosional yang tidak perlu. Menyampaikan kritik dengan suara yang bersahabat mencerminkan kedewasaan dan profesionalisme yang akan dihargai oleh siapa pun.

6. Berikan ruang untuk mendengar pendapatnya

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Setelah menyampaikan teguran, jangan lupa untuk memberi kesempatan rekanmu bicara. Mungkin ada alasan di balik kesalahannya yang belum kamu ketahui. Dengan memberi ruang untuk menjelaskan, kamu menunjukkan bahwa kamu bersikap adil dan terbuka terhadap sudut pandang lain.

Mendengarkan juga merupakan bentuk respek. Ketika kamu benar-benar mendengar, bukan hanya menunggu giliran bicara, kamu membangun komunikasi dua arah yang sehat. Hal ini bisa memperkuat hubungan kerja karena menciptakan rasa saling memahami dan menghargai, bahkan dalam situasi yang sensitif.

Teguran tidak harus jadi sumber konflik, asalkan disampaikan dengan cara yang tepat. Dengan menggunakan pendekatan yang halus, empatik, dan penuh rasa hormat, kamu bisa menjaga hubungan kerja tetap harmonis sekaligus membantu rekanmu berkembang. Karena dalam tim yang sehat, saling mengingatkan adalah bentuk kepedulian yang sangat berharga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team