Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Fresh Graduate saat Membangun Personal Branding di Media Sosial

ilustrasi lelah membangun personal branding (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Terlalu fokus pada tampilan dan melupakan isi konten
  • Meniru gaya personal branding orang lain tanpa inovasi
  • Terlalu banyak berganti niche tanpa tujuan jelas

Era yang serba digital ini personal branding menjadi hal penting, apalagi untuk fresh graduate yang baru masuk dunia kerja. Sayangnya, masih banyak yang keliru memahami konsep ini dan malah bikin branding-nya nggak efektif. Padahal, branding yang tepat bisa bikin kamu lebih dilirik dan dipercaya, serta mengantarkan pada kesempatan-kesempatan terbaik nantinya.

Membangun personal branding memang tidak mudah, apalagi berawal dari bukan siapa-siapa tanpa privilege sebelumnya. Namun, semua itu tetap bisa diusahakan sekalipun kamu adalah fresh graduated. Supaya lebih efektif, berikut lima kesalahan yang harus kamu tahu supaya bisa dihindari sejak awal. Jangan sampai kamu melakukan kesalahan-kesalahan berikut ini, ya!

1. Terlalu fokus di tampilan dan melupakan isi konten

ilustrasi membandingkan data penjualan (pexels.com/AlphaTradeZone)

Membuat feed Instagram atau LinkedIn yang estetik memang seru, tapi jangan sampai hanya bagus di permukaan. Personal branding yang kuat juga membutuhkan isi berupa karya, pemikiran, atau nilai yang kamu bawa. Kalau isinya kosong, orang lain juga nggak akan tertarik lebih jauh.

Visual dan tampilan itu memang penting, tapi konten yang kamu sajikan berupa nilai-nilai bermanfaat di dalamnya yang juga harus diprioritaskan. Kamu bisa belajar dari kreator yang menginspirasi untuk memulai dari niche serupa. Jadikan itu referensi dan penyemangat untuk terus mencoba, ya!

2. Meniru gaya personal branding orang lain tanpa inovasi

ilustrasi anak bertengkar dengan orangtua (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi anak bertengkar dengan orangtua (pexels.com/Timur Weber)

Kamu bisa terinspirasi dari orang lain, tapi jangan sampai kehilangan jati diri. Personal branding yang hanya berbentuk copy paste hanya akan membuatmu lelah dan susah berkembang. Pahami bahwa personal branding yang berhasil haruslah otentik dan menggambarkan diri kamu sepenuhnya.

Orang lain akan lebih suka kreator yang jujur dan punya karakter tersendiri. Tunjukkan apapun yang kamu kuasai dengan karya yang menginspirasi. Meskipun di awal akan terasa tidak mudah, namun kamu bisa mencoba untuk terus belajar setiap harinya. Karena personal branding bukan hanya sekadar hasil, tapi proses yang harus kamu nikmati setiap harinya.

3. Terlalu banyak berganti niche tanpa tujuan jelas

ilustrasi bekerja secara multitasking (pexels.com/Yan Krukau)

Misalnya hari ini kamu berencana untuk dikenal sebagai content creator, besok branding diri sebagai UI/UX designer, lusa tiba-tiba berubah ingin jadi motivator. Branding yang plin-plan dan tidak konsisten hanya akan membuat audiens bingung dan nggak percaya. Bukan berarti kamu harus kaku, tapi arah umumnya tetap perlu konsisten.

Cobalah temukan benang merahnya lalu bangun perlahan dan posting bertahap setiap konten yang disajikan. Semakin spesifik niche yang kamu pilih dan tekuni, besar peluangnya personal branding itu berhasil. Paling penting jangan lupa untuk selalu menyampaikan hal-hal bermanfaat di setiap konten yang kamu bagikan.

4. Tidak aktif menunjukkan value atau keahlian

ilustrasi perempuan introvert (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi perempuan introvert (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kesalahan selanjutnya, fresh graduate seringkali hanya fokus membuat konten tanpa optimasi bio. Padahal, ketika konten yang dibagikan muncul ke orang-orang bukan followers, mereka akan mencari tahu tentang diri kamu lebih lanjut terlebih dahulu. Tanpa ada kejelasan tujuan kamu membangun personal branding, konten viral yang kamu buat akan sulit menarik pengikut baru.

Orang lain juga perlu melihat bukti bahwa kamu tidak hanya sekadar jago bikin konten, tapi juga bisa membantu mereka berkembang. Seringkali, orang-orang akan mengikuti akun yang punya dampak positif bagi mereka. Tampilkan story tentang prestasi, pencapaian, atau perjalanan sukses yang membuat kamu berhasil sampai di titik saat ini juga penting untuk menginspirasi. Semakin sering kamu tampilkan value, makin kuat branding-mu.

5. Takut dibilang oversharing dan flexing

ilustrasi perempuan cemas (unsplash.com/Ben White)
ilustrasi perempuan cemas (unsplash.com/Ben White)

Banyak fresh graduate ragu membagikan pemikirannya karena takut dibilang sok tahu. Padahal, semua orang pernah di titik belajar, dan berbagi proses itu bagian dari bertumbuh setiap harinya. Branding bukan soal pamer dan oversharing, tapi menunjukkan progres dan sudut pandangmu.

Jangan menunggu untuk bisa semua hal terlebih dahulu baru kemudian muncul di publik. Justru, dengan kamu menampilkan progres sambil membagikannya melalui konten-konten tersebut, audience juga akan tertarik. Ada saja dari mereka yang menikmati setiap progres dan hasil yang kamu dapatkan. Asalkan bentuk konten yang kamu bagikan tidak sekadar menunjukkan hasil, tapi juga proses, mereka tidak akan menganggapmu flexing berlebihan.

Personal branding bukan tentang jadi populer, tapi tentang jadi dikenali karena kualitas dan keunikanmu. Fresh graduate pun bisa mulai dari hal kecil, asal konsisten dan otentik. Hindari lima kesalahan tadi supaya branding-mu gak cuma terlihat, tapi juga bermakna. Jadi, kamu sudah sampai di tahap mana dalam membangun personal branding di media sosial, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us