Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
iustrasi kelompok pekerja (pexels.com/ Theo Decker)
iustrasi kelompok pekerja (pexels.com/ Theo Decker)

Intinya sih...

  • Gak suka melihat keberhasilan orang lainMelihat rekan kerja berhasil, seharusnya bikin kita ikut senang. Tapi kalau setiap ada kabar orang lain naik jabatan atau dipuji atasan, kamu malah merasa kesal atau iri, itu merupakan tanda bahaya.

  • Gak pernah puas dengan pencapaianmu
    Punya ambisi itu bagus, tapi kalau kamu terus merasa kurang meski sudah berusaha keras, jangan-jangan kamu sedang terjebak kompetisi gak sehat.

Persaingan di tempat kerja sebetulnya adalah hal yang wajar. Iklim kompetisi yang sehat selain bisa memacu semangat, juga mendorong produktivitas kerja. Tapi, jika kompetisi berubah menjadi ambisi yang memicu masalah emosional, hal ini perlu kamu waspadai.

Berkompetisi demi meraih prestasi kerja, seharusnya gak menimbulkan tekanan dan kegelisahan. Sayangnya, seringkali kita gak menyadari kalau sudah terjebak dalam persaingan tidak sehat. Oleh karena itu, kenali enam tanda berikut, supaya kamu gak terlibat semakin jauh dalam kondisi ini.

1. Gak suka melihat keberhasilan orang lain

ilustrasi marah dan cemburu (pexels.com/ Andrea Piacquadio)

Melihat rekan kerja berhasil, seharusnya bikin kita ikut senang. Tapi kalau setiap ada kabar orang lain naik jabatan atau dipuji atasan, kamu malah merasa kesal atau iri, itu merupakan tanda bahaya. Bisa-bisa kamu merasa terbebani, karena merasa harus selalu lebih baik dari orang lain.

Perasaan iri gak cuma bisa memicu perang dingin antara kamu dan rekan kerja. Kamu bahkan bisa terobsesi dengan keinginanmu untuk mengalahkan orang lain. Ingat, gak pernah ada orang yang bisa menghalangi jalanmu untuk sukses selain dirimu sendiri. Jadikan keberhasilan orang lain sebagai motivasi untuk meningkatkan potensi diri dan hasil kerja yang lebih baik.

2. Gak pernah puas dengan pencapaianmu

ilustrasi stres (pexels.com/ Kaboompics)

Punya ambisi itu bagus, tapi kalau kamu terus merasa kurang meski sudah berusaha keras, jangan-jangan kamu sedang terjebak kompetisi gak sehat. Kamu sering merasa, apapun hasil kerjamu, sepertinya gak pernah cukup atau lebih baik dari orang lain. Kamu juga selalu berpikir harus mencapai lebih supaya gak kalah dari orang lain.

Kalau kamu membiarkan kebiasaan ini terus-menerus, kamu jadi sulit menikmati pencapaianmu sendiri. Bukannya bangga, yang ada malah muncul perasaan cemas. Padahal, menghargai setiap pencapaian adalah bentuk self-love yang penting banget buat kesehatan mentalmu. Bukankah akan lebih baik jika kamu bisa menikmati setiap hasil, sekecil apapun itu.

3. Sedih berlebihan ketika gagal

ilustrasi stres dan marah (pexels.com/ Andrea Piacquadio)

Semua orang pasti pernah gagal. Tapi kalau kamu sampai sedih berlebihan, merasa gak berguna atau minder hanya karena satu kegagalan, itu tandanya kamu terlalu terobsesi sama kompetisi. Bukan gak mungkin kalau ujung-ujungnya kamu menganggap kegagalan sebagai aib yang harus disembunyikan.

Pengalaman, mau itu baik atau buruk, selalu bisa kamu jadikan sebagai Pelajaran, termasuk kegagalan. Kamu bisa menjadikan kegagalan sebagai proses belajar. Gak ada yang sukses tanpa pernah jatuh, dan itu adalah hal yang wajar. Kalau terus terjebak dalam rasa sedih yang berlebihan, kamu bisa kelelahan secara emosional dan kehilangan motivasi untuk mencoba lagi.

4. Selalu membandingkan diri dengan orang lain

ilustrasi pekerja (pexels.com/ Ahmed)

Kita pasti pernah membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Baik itu dalam aspek penampilan, kemampuan, bahkan pencapaian. Tapi, membuat perbandingkan terus menerus bisa memicu jiwa kompetis yang gak sehat dalam dirimu. Apalagi kalau kamu mulai mengukur nilai dirimu berdasarkan apa yang orang lain capai.

Kebiasaan membanding-bandingkan gak cuma berujung pada obsesi, tetapi juga bikin gak percaya diri. Pahamilah, akan selalu ada orang yang lebih dari orang lain dalam berbagai macam hal. Kalau kamu sudah mampu melampaui seseorang, pasti kamu punya keinginan untuk melampaui orang lainnya. Dan itulah yang membuatmu selalu merasa kurang meskipun sudah berusaha keras. Ingat, punya ambisi boleh-boleh saja. Tapi jangan jadikan ambisi menguasai dirimu.

5. Gak bisa menikmati proses

ilustrasi bekerja (pexels.com/ Anna Shvets)

Terjebak dalam kompetisi yang gak sehat akan bikin fokusmu hanya terarah pada hasil, bukan proses. Kamu kerja mati-matian supaya terlihat paling hebat, tanpa sempat menikmati proses belajar, dan sudah sejauh mana kamu berkembang. Rasanya seperti balapan yang gak ada garis finish, dan akhirnya kamu kelelahan.

Proses untuk berkembang, jauh lebih berharga ketimbang hasil yang didapatkan. Dari proses yang kamu jalani, kamu akan belajar banyak hal baru, membangun relasi, mengasah kemampuan, dan melatih daya tahanmu. Jangan biarkan dirimu terjebak kompetisi, karena hal ini akan bikin kamu kehilangan momen penting yang justru sangat bermakna bagi hidupmu.

6. Selalu ingin lebih dari orang lain

Ilustrasi pekerja kantor (pexels.com/ Fauxels)

Setiap orang menghadapi perjuangannya masing-masing. Setiap orang juga punya impian dan target untuk dicapai. Kamu perlu menyadari itu. Jangan sampai apa yang kamu upayakan, sebenarnya hanya untuk mengungguli orang lain. Jangan hidup dalam tekanan karena selalu merasa harus lebih dalam segala hal. Baik itu ingin lebih cepat, lebih hebat, lebih sukses, dan lain sebagainya. Bukan untuk itu tujuanmu yang sebenarnya. Ingatlah kembali apa tujuanmu bekerja. Mungkin untuk pencapaian pribadi, berkembang menjadi versi terbaik dirimu, atau untuk berkarya dan menginspirasi orang lain. Lalu, fokuslah pada hal tersebut.

Kompetisi sehat memang penting buat memacu diri. Tapi kalau sudah menguras mental dan bikin hubunganmu di tempat kerja menjadi renggang, itu tandanya kamu perlu berhenti sejenak. Pahami apa yang kamu pikirkan dan rasakan. Kenali apa yang menjadi obsesimu saat ini. Ubah pikiran dan sikapmu jika sudah melenceng jauh dari tujuan hidupmu. Karena pada akhirnya, perjalanan karier paling penting adalah bertumbuh dan memberikan manfaat. Bukan sekadar jadi lebih unggul dari orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team