Hobi Menunda, 5 Sebab Seseorang Menjadi Procrastinator

Deadliner melulu, ternyata ada udang di balik batu 

Banyak yang betah nonton acara bola atau maraton drama Korea berjam-jam, tapi di sisi lain sudah mengeluh capek ketika mengerjakan tugas beberapa menit saja. Mereka yang punya kebiasaan seperti itu kemudian menjadi akrab dengan sifat suka menunda-nunda atau yang disebut dengan procrastination. Sebenarnya, apa, sih, yang menyebabkan seseorang menjadi procrastinator? Yuk, simak lima alasan langgengnya procrastination di bawah ini!

1. Memiliki prioritas lain 

Hobi Menunda, 5 Sebab Seseorang Menjadi Procrastinatorilustrasi melakukan aktivitas dengan laptop (pexels.com/Anthony Shkraba)

Seorang procrastinator sering terkesan santai di saat punya tanggungan yang belum dikerjakan. Hal ini karena dari tahapan awalnya saja, mereka belum mengelompokkan aktivitas-aktivitas dengan disertai sense of urgency menurut skala prioritas yang tepat. Akhirnya, mereka tidak mampu mengelola kapasitas yang dimiliki dalam mengambil load suatu pekerjaan atau tugas.

Pada dasarnya, tiap kegiatan dapat dikategorikan berdasarkan urutan dari yang ‘terpenting dan mendesak’, hingga ‘tidak penting dan tidak mendesak’. Ada pun semua hal ini perlu direncanakan di awal. Namun ironisnya, procrastinator sering menyepelekan klasifikasi ini dan memilih "jalani saja" sehingga membuat kegiatan penting bisa berdesakan dengan pekerjaan lainnya yang lebih disukai, walaupun bisa jadi tidak penting dan tidak mendesak untuk dikerjakan segera.

2. Tergoda oleh aktivitas yang bersifat menghibur 

Hobi Menunda, 5 Sebab Seseorang Menjadi Procrastinatorilustrasi menonton hiburan di laptop (pexels.com/Monstera)

Memang sih, pada umumnya, mengerjakan PR di sekolah, tugas kuliah, atau merampungkan pekerjaan kantor kerap tidak menarik dan membuat bosan jika dibandingkan dengan nonton Oppa-Oppa, scroll media sosial, atau membaca notifikasi chat. Kegiatan seperti itu sebenarnya sah-sah saja selagi masih dalam porsi intermeso. Tapi kenyatannya, kegiatan hiburan yang harusnya menjadi selingan ini justru sering menyebabkan kecanduan.

Karena mudah terlena dalam comfort zone, seorang procrastinator akan semakin larut dan menjadikan kegiatan hiburan semacam itu mencuri banyak waktunya. Akibatnya, tugas-tugas makin ditinggalkan, terbengkalai, dan entah kapan akan diselsaikan.

3. Negative thinking seolah tugas itu berat 

Hobi Menunda, 5 Sebab Seseorang Menjadi Procrastinatorilustrasi stres dan penuh pikiran negatif (pexels.com/Andrea Piacquadio)
dm-player

Seorang procrastinator acap kali memiliki asumsi seolah tugas yang harus mereka kerjakan adalah sesuatu yang sulit, tidak menarik, dan alasan lain sejenisnya.  Entah alibi atau murni dari hati nurani, hal-hal semacam ini akan membentuk pikiran negatif yang kian membuat mereka ingin menjauhkan diri dari urusan tugas atau pekerjaan.

Padahal, ada kalanya pemikiran mereka ternyata salah, karena banyak juga pekerjaan yang ujung-ujungnya bisa selesai dan tak sesusah yang mereka kira.

Baca Juga: 5 Tips Memulai Kerja Produktif untuk si Mager, Bikin Jeda Rehat

4. Kurang motivasi 

Hobi Menunda, 5 Sebab Seseorang Menjadi Procrastinatorilustrasi seseorang yang kehilangan semangat (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Demotivasi atau sering disingkat menjadi istilah 'demot' juga merupakan salah satu alasan seseorang menunda-nunda atau bahkan tidak kunjung mengerjakan tugas yang sudah menumpuk di depan mata. Kurangnya semangat ini dapat dipicu oleh adanya pertemuan dengan titik jenuh karena menjalani rutinitas yang begitu-begitu saja.

Dampak lebih kompleksnya, energi procrastinator bisa terkuras karena secara mental sudah tak cukup kuat sehingga butuh support dari internal maupun eksternal untuk meningkatkan kembali semangatnya.

5. Tidak membuat reminder dan rencana manajemen waktu 

Hobi Menunda, 5 Sebab Seseorang Menjadi Procrastinatorilustrasi melakukan kegiatan dengan santai (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Terkadang, segala sesuatu yang terlalu detail direncanakan berakhir tidak begitu baik dan justru terasa mengikat. Tetapi, terlalu fleksibel juga menciptakan kebiasaan leyeh-leyeh dan menjadikan seseorang kian tak terorganisir. Para procrastinator, mereka biasanya tidak memiliki kematangan dalam mengelola waktu, pun tidak membuat reminder, semisal alarm di HP atau catatan di kalender.

Seperti mengikuti arus yang deras, mereka akan terombang-ambing ke mana saja dan bisa jadi tak akan sampai tujuan karena terpaan tugas yang berjumpalitan karena terus dibiarkan. Secara tidak langsung, perilaku seperti ini juga mencerminkan kurangnya respect atau penghargaan terhadap waktu. Akhirnya, jadwal berantakan dan tumpang tindih. Lebih berisiko lagi, bagi mereka yang nekat multitasking dengan beberapa tugas sekaligus dalam waktu berdekatan, dapat cenderung kehilangan fokus dan tidak menonjolkan kualitas dalam hasil kerjaannya karena keburu terpepet deadline.

Memulai perubahan memang kadang tidak mudah, apalagi instan. Tapi menanamkan hobi kalau sesuatu harus selalu dimulai ‘besok’ akan membuat seseorang semakin terperangkap menjadi procrastinator ulung. Berubah tidak harus cepat, namun juga tidak berarti memanjakan diri dengan terus berkata ‘nanti’. Oleh karena itu, daripada sibuk membuat alibi, mari, yuk, mulai benahi diri!

Latifatul Zahiroh Photo Writer Latifatul Zahiroh

A dreamer, learner, and doer.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kalyana Dhisty

Berita Terkini Lainnya