5 Alasan Kudu Belajar Senang Atas Kebahagiaan Orang Lain
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apa yang sesungguhnya kita rasakan saat melihat orang lain bahagia? Apakah kita dengan tulus ikut senang atau justru diam-diam merasa sedih bahkan kesal? Bila kita mengalami yang terakhir, mari segera memperbaiki sifat diri yang kurang baik ini.
Ada yang tidak beres dengan hati kita bila sedih menyaksikan orang lain bahagia dan justru gembira kala melihat mereka berduka. Waktunya bersih-bersih hati dengan belajar ikut merasakan kebahagiaan orang lain. Berikut alasan pentingnya hal ini dilakukan:
1. Nyinyir pun tak berguna
Saat kita kesal menyaksikan kebahagiaan orang lain, cemberut saja mungkin belum cukup. Kita juga tidak tahan buat nyinyir pada teman atau saudara yang nasibnya sedang baik. Apa sih, yang kita dapatkan dari sikap begini?
Tidak ada. Apa pun komentar negatif kita atas kebahagiaan orang lain tak membatalkan keberuntungan yang diraihnya. Bahkan memengaruhinya agar bersedih saja belum tentu.
Apalagi jika dia tipe orang yang cuek. Kita nyinyir seperti apa pun, ia tetap gembira. Sebaliknya buat kita sendiri, semua perkataan negatif untuk orang lain malah seperti memantul dan kembali pada kita sehingga rasanya makin kesal.
2. Penyebab kebahagiaannya bisa menjadi inspirasi
Orang merasa bahagia tentu ada sebabnya dan itu tak harus tentang hal-hal besar. Apa pun penyebab kebahagiaannya, ini dapat menginspirasi kita. Contohnya, teman yang bahagia karena naik jabatan.
Ia sudah bertahun-tahun mengabdi dengan sepenuh hati di kantor tersebut. Kita bisa memetik pelajaran tentang betapa pentingnya dedikasi. Kita menjadi lebih bersemangat dalam bekerja dan yakin kinerja kita bakal diapresiasi pada waktunya.
3. Sebagai bentuk dukungan kita pada teman atau saudara
Editor’s picks
Jangan sampai kita berstatus sebagai teman bahkan saudaranya, tetapi sikap kita tak menunjukkan dukungan yang pantas buatnya. Kalau kita tulus dalam berteman serta bersaudara, telah seharusnya kebahagiaannya menjadi kegembiraan kita juga.
Demikian pula sebaliknya, kesedihannya otomatis bikin kita berempati. Jika kita malah sebal melihatnya senang, artinya pertemanan atau persaudaraan yang kita jalin dengannya cuma berisi kepalsuan. Secara tidak langsung, kita malah kerap mengharapkan hal-hal buruk menimpanya lantaran tak siap menyaksikannya bahagia.
Baca Juga: 5 Langkah Konkret Meraih Kebahagiaan di Usia 30-an
4. Biar gak telanjur menjadi pendengki
Sudah jelas bahwa apabila kita justru bad mood ketika orang lain bahagia, ini tanda kita punya sifat dengki. Jangan biarkan sifat buruk ini menguasai diri dengan membiarkannya saja. Apalagi mengemukakan banyak pembenaran atas ketidaksukaan kita pada nasib baik orang lain.
Dengki ya dengki saja. Gak akan berubah menjadi sifat yang positif sekalipun kita berdalih macam-macam. Segera sadari buruknya sifat ini serta hentikan sampai di sini saja.
5. Kebahagiannya akan menulari kita
Sebenarnya, kebahagiaan seseorang selalu dengan mudah menyebar pada orang-orang di sekitarnya. Dengan catatan, kita sendiri tak membangun pembatas yang menghalangi kebahagiaan itu menular. Rasa iri seperti dalam poin 4 merupakan penghalang terbesarnya.
Padahal jika kita tertular oleh kebahagiaan orang lain, rasanya akan sama menyenangkan dengan seandainya kita sendiri yang bernasib mujur. Kita gak harus mengalami sendiri nasib baik cuma buat bahagia. Asalkan hati gak kotor, kenaikan gaji teman atau hal-hal baik lain yang diperolehnya juga bakal bikin kita ikut happy.
Selama penyebab kebahagiaan orang lain tidak merugikan kita, sudah semestinya kita ikut senang. Ucapkanlah selamat dan tunjukkan raut wajah yang berseri-seri dengan tulus. Bukan sambil menyimpan kekesalan dalam hati.
Baca Juga: 5 Kebahagiaan yang Dirasakan Saat Kamu Dikelilingi Orang-orang Tulus
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.