5 Penyebab Terlalu Takut Tersaingi, Khayalan akan Kompetisi

Bikin tidak tenang dan dengki pada orang lain

Punya semangat berkompetisi akan melecut kita untuk terus meningkatkan kemampuan diri dan memperbanyak prestasi. Akan tetapi, hati-hati agar terhindar dari berkompetisi yang tidak tepat. Ini ditandai dari rasa takut bakal tersaingi yang sangat besar dan dalam semua hal.

Perasaan ini membuat kehidupan kita jauh dari ketenangan. Belum lagi rasa iri yang bisa merusak hubungan kita dengan orang lain. Hindari salah kaprah terkait persaingan yang sehat dengan menjauhi kelima penyebab terlalu takut tersaingi berikut ini.

1. Berpikir jika orang lain meraih keberhasilan, berarti kita gagal

5 Penyebab Terlalu Takut Tersaingi, Khayalan akan Kompetisiilustrasi seorang pria (pexels.com/Olha Ruskykh)

Kita menempatkan semua orang dalam satu arena pertandingan. Maka kita berpikir dari peserta sebanyak itu, hanya akan ada satu orang yang keluar sebagai pemenang. Di luar itu adalah orang-orang yang kalah.

Kita mengabaikan fakta bahwa sejatinya tujuan dan medan perjuangan orang dalam hidupnya berbeda-beda. Jadi, tidak mungkin kesuksesan orang lain secara otomatis berakibat pada kegagalan kita. Kecuali, kalau jelas-jelas kita mengikuti kompetisi yang sama.

Kompetisi yang asli berbeda dengan khayalan kita tentang persaingan dalam kehidupan yang terus-menerus. Kompetisi yang sejati ada awal dan akhirnya, sedangkan hidup kita senantiasa berjalan sampai kita wafat. Batasi persaingan kita dengan orang lain hanya dalam lomba yang asli, bukan menjadikan seluruh bagian dalam kehidupan ini sebagai kompetisi.

2. Ingin unggul dalam segala hal, tapi tak menyadari batas kemampuan

5 Penyebab Terlalu Takut Tersaingi, Khayalan akan Kompetisiilustrasi seorang pria (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kita ingin bisa melakukan semuanya seorang diri dan dengan sebaik mungkin. Tentu saja hal ini tidak masuk akal. Kita barangkali hanya punya kemampuan di atas rata-rata untuk 1 atau 2 bidang.

Di luar itu, skill kita pas-pasan. Akan tetapi karena kita ingin unggul dalam segala hal, kita justru menjadi terus diliputi kecemasan. Pada dasarnya, kita tahu bahwa orang lain mungkin punya kemampuan yang jauh lebih baik daripada kita dalam bidang-bidang tersebut.

Kita telah mampu meramalkan kekalahan, tetapi berkeras menolak mengakui kelemahan diri. Bukan orang lain yang sesungguhnya mengalahkan kita, melainkan keserakahan diri. Seandainya kita tidak berambisi pada bidang-bidang yang memang bukan keahliannya, kita gak akan terlalu stres.

3. Kebutuhan tinggi untuk terlihat menonjol di mata orang lain

5 Penyebab Terlalu Takut Tersaingi, Khayalan akan Kompetisiilustrasi seorang pria (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jika kita suka menjadi pusat perhatian, waspadai sifat ini karena bisa jadi penyebab terlalu takut tersaingi. Lama-kelamaan kita bisa terlibat persaingan yang tak pernah berakhir dengan semua orang. Hanya ada dua kemungkinan untuk menarik perhatian orang banyak, yaitu menjadi yang terbaik atau justru terburuk.

dm-player

Pastinya kita tidak mau tampak paling kalah di antara orang-orang. Kita ingin menjadi yang terhebat. Turun satu tingkat saja sudah terasa sebagai masalah besar yang mengancam eksistensi diri.

Dampaknya, kita selalu bertarung sengit dengan orang lain. Berbeda kalau kita tidak terlampau memedulikan sorotan dari siapa-siapa. Kita lebih santai dan hanya berkonsentrasi pada kehidupan sendiri, apa pun yang dilakukan serta dicapai orang lain.

Baca Juga: 5 Sebab Seseorang Malas Memulai Suatu Pekerjaan, Takut?

4. Mengira keberhasilan orang lain mengurangi jatah kesuksesan kita

5 Penyebab Terlalu Takut Tersaingi, Khayalan akan Kompetisiilustrasi seorang pria (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kita membayangkan jatah keberhasilan seperti konsep prasmanan. Menu disajikan di meja panjang dan orang bebas mengambilnya. Orang yang berada di antrean belakang mungkin terancam gak kebagian makanan.

Padahal, jatah keberhasilan dalam hidup sesungguhnya seperti pembagian nasi kotak. Semua orang punya bagiannya masing-masing. Tinggal kita mampu menghabiskan atau memanfaatkannya dengan baik atau tidak.

Orang lain yang terus mendulang kesuksesan sama sekali tak mengganggu mangkuk keberhasilan kita. Dia sukses di kehidupannya sendiri. Kita pun memiliki kehidupan dengan mangkuk keberhasilan yang terpisah dari mangkuk kesuksesannya.

5. Sadar kemampuan diri kurang, tetapi tidak mau belajar

5 Penyebab Terlalu Takut Tersaingi, Khayalan akan Kompetisiilustrasi seorang pria (pexels.com/Craig Adderley)

Bila orang tidak menyadari kurangnya kemampuan diri, ia tak takut pada apa pun. Begitu pula orang yang tahu kemampuan dirinya kurang, tetapi selalu belajar untuk meningkatkannya. Seiring proses belajar itu, ia yakin cukup mampu mempertahankan posisinya dalam sebuah persaingan.

Dia tak akan kalah terlalu pagi. Namun, jika kita tidak mengimbangi pengetahuan mengenai keterbatasan kemampuan dengan terus menambah ilmu serta pengalaman, kecemasan niscaya menguasai. Kapan saja orang lain mampu mengalahkan kita dengan mudah.

Maka kesadaran tentang masih rendahnya kemampuan seharusnya segera diikuti dengan kesungguhan buat meningkatkan kapasitas diri. Jangan dulu sibuk memikirkan persaingan dengan siapa pun apabila kekuatan saja masih minim. Kalau kemampuan diri senantiasa di-upgrade, kepercayaan diri juga meningkat.

Terlalu takut tersaingi oleh orang lain bakal menjadi beban psikis yang amat besar mengingat banyaknya orang di sekitar kita. Masing-masing punya keahlian dan pencapaian yang layak dikagumi. Setelah mengetahui penyebab terlalu takut tersaingi di dalam kehidupan, sebaiknya orang tersebut jangan dianggap sebagai pesaing, melainkan penyemangat sekaligus guru kita untuk terus belajar meningkatkan kualitas diri serta kehidupan.

Baca Juga: 5 Alasan Cowok Gak Takut Tersaingi Suksesnya oleh Sahabat

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya