Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seseorang sedang konsultasi terkait kesehatan mental (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi seseorang sedang konsultasi terkait kesehatan mental (pexels.com/SHVETS production)

Imposter syndrome adalah kondisi psikologis internal dimana individu meragukan kemampuan sendiri. Orang yang mengalami ini sering kali mengaitkan kesuksesan dengan keberuntungan, waktu, atau faktor eksternal, daripada mengakui keterampilan dan kualifikasi mereka sendiri. 

Imposter syndrome merupakan fenomena psikologis umum yang menyerang banyak orang, terutama di tempat kerja. Ini adalah perasaan tidak mampu atau tidak kompeten, meskipun memiliki bukti keberhasilan, keterampilan, atau prestasi. Jika kamu menemukan rekan atau karyawan yang mengalami ini di lingkungan kerja, berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu.

1. Validasi perasaannya

ilustrasi seseorang memberikan dukungan dengan memegang tangan (pexels.com/Jack Sparrow)

Imposter syndrome dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti ekspektasi yang berlebihan atau ketika dibanding-bandingkan dengan orang lain. Langkah pertama untuk membantu seseorang yang mengalami ini adalah dengan mengakui perasaannya dan berempati padanya.

Jika seseorang sering menyalahkan diri sendiri atas kekurangannya, mengakui perasaannya akan membantunya merasa didengarkan dan dipahami. Hal ini akan menunjukkan kepada mereka bahwa perjuangan mereka dihargai dan bahwa mereka tidak sendirian.

2. Tantang pikiran negatifnya

ilustrasi pasangan yang sedang ngobrol (pexels.com/@keira-burton)

Cara kedua yang bisa dilakukan adalah dengan menantang pikiran dan keyakinan negatif yang memicu rasa tidak aman dan kecemasan mereka. Imposter syndrome sering kali melibatkan pola pikir yang menyimpang, seperti kritik diri, generalisasi berlebihan, hingga perfeksionisme. Ini adalah kesalahan kognitif yang membuat seseorang fokus pada kekurangan dan mengabaikan atau meremehkan kekuatan, kontribusi atau pencapaiannya.

Kamu dapat membantu mereka dengan memintanya mengidentifikasi dan mempertanyakan pemikiran negatifnya, dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih positif, realistis, dan berbasis bukti. Misalnya, kamu dapat menunjukkan contoh spesifik dimana mereka telah berhasil. Memberikan kata-kata penyemangat dan afirmasi positif, juga akan memberikan rasa dukungan.

3. Menciptakan lingkungan yang aman

ilustrasi bekerja dalam tim (pexels.com/fauxels)

Orang dengan imposter syndrome sering kali merasa sulit untuk meminta bantuan. Mereka melihatnya sebagai kerentanan, atau bahkan kelemahan. 

Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan tidak menghakimi dimana setiap orang mendiskusikan perasaannya secara terbuka, ini dapat mengurangi beban emosional yang yang mereka pikul. Lingkungan yang aman juga memungkinkan mereka untuk tumbuh dan belajar.

4. Beri umpan balik

ilustrasi berjabat tangan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Mereka yang menderita imposter syndrome selalu mempertanyakan kemampuan sendiri “apakah ini cukup baik?”. Oleh karenanya, umpan balik itu penting agar mereka mengetahui sudah melakukan sesuatu dengan benar.

Beri tahu mereka apa yang telah dilakukan dengan benar dan berikan penghargaan. Ketika mereka mencoba sesuatu yang baru, beri mereka penghargaan atas usahanya, bukan pada hasilnya. Sehingga mereka tahu bahwa tidak masalah seberapa baik mereka melakukannya.

5. Cari bantuan profesional

ilustrasi seseorang sedang konsultasi terkait kesehatan mental (pexels.com/SHVETS production)

Imposter syndrome dapat merusak kesehatan mental seseorang. Jika memungkinkan, kamu dapat mendorong mereka untuk mencari bantuan profesional, seperti mengikuti terapi. Seorang terapis akan memberikan bimbingan dan dukungan berharga yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka.

Seseorang yang berjuang dengan imposter syndrome membutuhkan empati, pengertian, dan komitmen terhadap kesejahteraannya. Ingatlah untuk bersabar dan konsisten dalam mendukungnya karena butuh waktu bagi mereka untuk sepenuhnya menerima nilai dan kemampuan sendiri. Dengan beberapa tips di atas, mungkin bisa membantu untuk mendukungnya tetap percaya diri di lingkungan kerja.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team