Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak dan orangtua (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Pahami alasan di balik ekspektasi orangtua

  • Bangun komunikasi dua arah, bukan sekadar membela diri

  • Tunjukkan progres nyata, bukan janji

Buat kamu yang baru lulus kuliah, tekanan soal karier pasti nggak cuma datang dari diri sendiri atau lingkungan kerja, tapi juga dari ekspektasi orangtua. Mereka mungkin ingin kamu cepat dapat kerja tetap, punya gaji besar, atau masuk ke bidang yang dianggap "aman". Padahal, apa yang kamu inginkan bisa jadi jauh berbeda.

Hal seperti inilah yang sering bikin bingung harus ikut kata hati atau nurut demi bikin orangtua senang? Banyak fresh graduate yang mengalami hal serupa. Nah, biar kamu bisa tetap menghargai harapan mereka tanpa kehilangan arah sendiri, yuk, simak cara menghadapi ekspektasi orangtua soal karier. Simak satu per satu, ya!

1. Pahami dulu alasan di balik ekspektasi mereka

ilustrasi anak dan orangtua (freepik.com/Lifestylememory)

Sebelum merasa tertekan atau kesal, cobalah untuk memahami dari mana asal ekspektasi orangtuamu. Banyak dari mereka tumbuh dalam lingkungan yang menilai kesuksesan dari jabatan tetap, gaji besar, atau status sosial. Wajar jika mereka ingin anaknya punya pekerjaan yang dianggap "aman" atau "prestisius" di mata masyarakat. Mungkin juga mereka pernah mengalami kesulitan ekonomi, jadi mereka berharap kamu punya kehidupan yang lebih stabil. Dengan memahami latar belakang ini, kamu bisa melihat bahwa ekspektasi mereka seringkali berasal dari rasa sayang, bukan sekadar tuntutan kosong.

Setelah kamu memahami alasan mereka, kamu akan lebih mudah untuk menanggapi ekspektasi tersebut dengan kepala dingin. Alih-alih langsung menolak atau berdebat, kamu bisa membangun komunikasi yang lebih terbuka. Kamu juga akan lebih siap untuk menjelaskan alasan dan pertimbangan kariermu dengan sudut pandang yang mereka bisa terima. Ini penting agar percakapan tidak berubah jadi konflik emosional, tapi lebih ke arah diskusi dewasa antar keluarga.

2. Bangun komunikasi dua arah, bukan sekadar membela diri

ilustrasi anak dan orangtua (freepik.com/Lifestylememory)

Biasanya, saat merasa tertekan oleh ekspektasi orangtua, kita cenderung langsung defensif. Tapi membela diri terus-menerus tanpa membuka ruang dialog justru bisa memperkeruh keadaan. Cobalah ajak orangtuamu ngobrol secara terbuka, bukan dalam kondisi emosi, melainkan ketika suasana hati mereka baik. Ceritakan apa yang sedang kamu jalani, minatmu di bidang tertentu, dan alasan kenapa kamu memilih jalur karier tersebut. Ingat, tujuanmu bukan membuktikan mereka salah, tapi membangun pengertian.

Komunikasi yang sehat bukan tentang siapa yang menang atau kalah. Beri mereka ruang untuk menyampaikan harapan dan kekhawatiran mereka, lalu tanggapi dengan tenang. Kamu juga bisa menunjukkan bahwa kamu menghargai pendapat mereka, meski tidak sepenuhnya kamu ikuti. Dengan cara ini, mereka akan merasa didengarkan dan lebih mungkin menerima jalan karier yang kamu pilih, terutama kalau kamu bisa menunjukkan kamu bertanggung jawab atas pilihanmu.

3. Tunjukkan progres nyata, bukan janji

ilustrasi anak dan ayah (freepik.com/prostooleh)

Daripada terus bilang, "Aku bisa kok sukses di bidang ini," lebih baik tunjukkan pencapaian kecil yang kamu raih dari pilihan kariermu. Misalnya, kamu baru memulai sebagai freelancer desain grafis, tapi sudah punya beberapa klien dan bisa membayar kebutuhan sendiri. Atau kamu sedang bangun bisnis kecil-kecilan yang meski belum besar, tapi menunjukkan perkembangan. Orangtua cenderung percaya pada bukti nyata dibanding teori atau rencana yang terlalu jauh.

Tunjukkan juga bahwa kamu serius dan punya visi jangka panjang. Buat mereka merasa yakin bahwa kamu nggak sekadar "coba-coba", tapi sudah memikirkan langkahmu matang-matang. Kalau mereka bisa melihat usahamu secara konkret, perlahan ekspektasi mereka bisa melunak. Bisa jadi, mereka awalnya menentang bukan karena tak percaya pada bidang yang kamu pilih, tapi karena belum melihat kamu benar-benar "jalanin".

4. Libatkan mereka dalam perjalanan kariermu

ilustrasi anak dan ibu (freepik.com/freepik)

Orangtua biasanya ingin merasa terlibat dalam hidup anaknya. Meski kamu punya pilihan sendiri, sesekali ceritakan ke mereka hal-hal positif yang kamu alami dalam karier. Misalnya, "Hari ini aku presentasi pertama ke klien dan berhasil!" atau "Aku baru dapet feedback bagus dari atasan." Ini bukan sekadar membangun koneksi, tapi juga bikin mereka merasa lebih dekat dan ikut memahami duniamu.

Ketika mereka merasa dilibatkan, biasanya resistensi mereka juga berkurang. Mungkin awalnya mereka nggak paham kerjaan kamu di industri kreatif atau startup, tapi dengan sering kamu cerita dan kasih update, mereka bisa mulai terbuka. Bahkan ada kemungkinan mereka mulai ikut bangga dengan pencapaianmu. Hubungan yang sehat itu dibangun dari keterbukaan, bukan hanya dari kesamaan pandangan.

5. Berani tetap teguh, tapi tetap sopan

ilustrasi anak dan ibu (freepik.com/freepik)

Kadang, setelah semua penjelasan dan upaya menjembatani, orangtua tetap bersikeras pada harapannya. Di titik ini, kamu perlu berani mengambil sikap tanpa harus melawan. Katakan dengan jelas bahwa kamu menghargai harapan mereka, tapi kamu juga harus memilih jalur yang sesuai dengan minat dan potensi dirimu. Jelaskan bahwa kamu lebih bahagia dan produktif ketika bekerja di bidang yang kamu sukai, dan kamu bersedia bertanggung jawab penuh atas pilihanmu.

Bersikap tegas bukan berarti durhaka. Justru kamu menunjukkan bahwa kamu dewasa dan bisa membuat keputusan sendiri. Tetap jaga nada bicara, pilih kata-kata yang sopan, dan hindari menyudutkan. Sikap dewasa seperti ini bisa membuat mereka melihatmu sebagai pribadi yang layak dipercaya. Ingat, kadang waktu dan konsistensi adalah satu-satunya cara untuk membuktikan pilihanmu benar.

Nggak semua hal bisa langsung kamu ubah, termasuk cara pandang orangtua soal karier. Tapi dengan komunikasi yang baik, terbuka, dan bukti yang nyata atas pilihanmu, perlahan mereka bisa melihat bahwa kamu serius menata masa depan. Kamu berhak punya jalan sendiri, selama kamu bertanggung jawab dan tetap berusaha. Karier yang kamu jalani dengan hati akan jauh lebih berarti, dan orang tuamu pun suatu hari akan mengerti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team