Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Miskonsepsi tentang Personal Branding

ilustrasi konten kreator (pexels.com/ANTONI SHKRABA Blue Bird)
Intinya sih...
  • Personal branding bukan hanya tentang feed media sosial yang aesthetic
  • Personal branding bersifat dinamis dan terus berkembang seiring waktu
  • Personal branding bukan hanya untuk selebriti dan influencer, tetapi penting di era modern

Di era sekarang ini personal branding memang memiliki peranan penting. Inilah yang akan menjadi ciri khas dari kualitas diri dan keterampilan seseorang. Tapi jika kita membahas tentang konsep personal branding, ternyata ada beberapa hal yang kerap disalah pahami.

Akibatnya seseorang membangun personal branding dengan cara yang keliru. Bahkan, apa yang ditampilkan tidak relevan dengan keterampilan yang dimiliki. Tentu ini harus diwaspadai agar tidak terjebak dalam pencitraan palsu. Lantas, apa sajakah yang sering disalahpahami tentang konsep personal branding? Berikut enam diantaranya.

1. Sering diidentikkan dengan feed media sosial yang aesthetic

ilustrasi membuka sosial media (pexels.com/Los Muertos Crew)

Kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa persaingan di era sekarang semakin ketat. Setiap orang harus menunjukkan kualitas dirinya agar mampu bertahan di tengah lingkungan kompetitif. Kehadiran personal branding tentu memiliki peranan penting. Tapi di sisi yang lain, banyak orang belum mampu memahami konsep personal branding secara utuh.

Salah satunya mengidentikkan personal branding dengan feed media sosial yang aesthetic. Padahal ini bukan fokus dan tujuan utama. Personal branding mencakup siapa, apa yang ditawarkan, dan bagaimana membuat orang lain merasakan kehadiran kita. Baik secara online maupun offline.

2. Hanya perlu satu kali membangun dan sudah selesai

ilustrasi sosok ambisius (pexels.com/Dana Tentis)

Di era sekarang ini, setiap orang berlomba-lomba untuk menunjukkan personal branding yang dimiliki. Bahkan ini menjadi senjata untuk menunjukkan kualitas diri dalam lingkup profesional. Namun demikian, kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa banyak orang masih salah dalam memahami konsep personal branding.

Termasuk anggapan bahwa personal branding hanya butuh satu kali membangun dan sudah selesai. Tanpa disadari jika personal branding sejatinya bersifat dinamis. Ini adalah proses yang terus berkembang seiring dengan pertumbuhan pribadi dan profesional dari waktu ke waktu.

3. Bergantung pada logo, warna, dan template konten

ilustrasi media sosial (unsplash.com/Austin Distel)

Bagi milenial dan gen z, mereka tentu sudah sangat akrab dengan istilah personal branding. Upaya menunjukkan kualitas diri menjadi bagian penting untuk menegaskan siapa dirinya. Tapi yang kerap terjadi, konsep tentang personal branding justru dipahami setengah-setengah.

Contohnya harus memiliki logo, warna, dan template konten. Branding secara visual memang bisa membantu, tapi bukan inti dari personal branding itu sendiri. Nilai, keahlian, gaya komunikasi, dan cara kamu memperlakukan orang jauh lebih penting.

4. Personal branding harus menunjukkan setiap sisi kesempurnaan

ilustrasi selfie (pexels.com/Le Minh)

Pembahasan mengenai konsep personal branding memang tidak ada habisnya. Kita tidak bisa lari dari fakta bahwa personal branding menjadi kunci utama untuk mengembangkan diri di era sekarang. Ketika seseorang memiliki personal branding yang baik, yang memiliki kesempatan yang lebih terbuka dalam meraih keberhasilan.

Tapi yang perlu digarisbawahi, memahami konsep personal branding juga tidak bisa setengah-setengah. Fenomena yang kerap terjadi, personal branding dianggap sebagai keharusan menunjukkan sikap sisi kesempurnaan. Mereka cenderung mempromosikan diri namun tidak relevan dengan keterampilan yang dimiliki.

5. Personal branding hanya untuk selebriti dan influencer

ilustrasi selfie (pexels.com/Ivan Samkov)

Kehidupan di era modern telah menghadirkan peluang baru. Salah satunya keberadaan para selebriti dan influencer yang mewarnai berbagai platform media sosial. Jika dilihat, selebriti dan influencer memiliki kehidupan yang terlihat menarik untuk terus diikuti.

Tapi di sinilah kesalahan yang kerap terjadi dalam memaknai konsep personal branding. Banyak orang menganggap jika personal branding hanya berlaku untuk selebriti dan influencer. Padahal, personal branding bukan hanya tentang memburu popularitas.

6. Personal branding hanya tentang mempromosikan diri

ilustrasi selfie (pexels.com/Anna Shvets)

Di era sekarang ini setiap orang memiliki peluang yang lebih terbuka dalam mempromosikan diri. Mereka akan menunjukkan nilai-nilai positif dan kualitas yang dimiliki. Personal branding menjadi kebutuhan untuk utama di tengah persaingan yang semakin ketat akibat modernisasi.

Tapi kita juga harus memahami beberapa hal yang kurang tepat mengenai konsep personal branding. Banyak orang beranggapan personal branding hanya tentang mempromosikan diri. Padahal yang paling penting dari personal branding adalah cara kita berkontribusi agar tetap dikenal oleh lingkungan sekitar. Bukan sekedar berfokus pada pencapaian pribadi.

Personal branding merupakan kebutuhan bagi generasi muda di era modern seperti sekarang. Namun yang terjadi, masih banyak orang salah dalam memahami konsep personal branding itu sendiri. Ketika kesalahpahaman ini masih terus berlanjut, personal branding justru menciptakan pesona palsu yang tidak relevan dengan kondisi nyata.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us