INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?

Work-life balance lebih penting daripada gaji, benarkah?

Setiap generasi memiliki perilaku dan pola hidup yang berbeda, mulai dari gaya hidup hingga preferensi karier. Jika berbicara tentang karier, sejak zaman dahulu PNS (Pegawai Negeri Sipil) merupakan pekerjaan yang menjadi idaman. Namun, preferensi tentang karier semakin berubah seiring berjalannya waktu, khususnya pada generasi milenial dan gen Z.

Saat ini, beberapa generasi milenial dan gen Z gak lagi menjadikan PNS sebagai dream job. Gak bisa dimungkiri, generasi Z serta milenial memang kerap memiliki perspektif yang unik terhadap suatu hal. Faktanya, saat ini sudah banyak juga generasi Z dan milenial yang memulai kariernya di perusahaan swasta. Lantas, ini juga sempat menjadi perbincangan di internet, gen Z dan milenial lebih suka bekerja sebagai PNS atau karyawan swasta? Tentunya, keduanya memiliki plus dan minus masing-masing.

Melalui survei yang dihimpun pada Oktober-Desember 2023, IDN Times berusaha memaparkan pandangan gen Z dan milenial terhadap dua pilihan tersebut. Survei dengan 161 responden ini, akan membantumu mengetahui masing-masing pandangan dan alasan berbeda dari profesi idaman sebagai PNS vs. karyawan swasta.

1. Demografis responden

INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?Infografis PNS vs. Swasta (IDN Times/Aditya Pratama)

IDN Times berhasil menghimpun 161 responden yang didominasi oleh perempuan (64,6 persen) dan laki-laki menduduki posisi kedua (35,4 persen). Mayoritas responden yang berpartisipasi dalam survei IDN Times berdomisili di Pulau Jawa (82,6 persen), disusul oleh Pulau Sumatera (10,6 persen), dan posisi ketiga dari Pulau Kalimantan (1,9 persen).

Survei ini mayoritas diisi oleh generasi Z dengan usia 15-26 tahun (55,3 persen) serta generasi milenial di usia 27-42 tahun (41 persen) dan sisanya berusia di atas 42 tahun (3,7 persen). Latar belakang pendidikan para responden pun beragam. Mayoritas responden merupakan lulusan Strata-1 (S1) sebanyak 74,5 persen, disusul oleh lulusan SMA/Sederajat (12,4 persen), dan ada juga jenjang Strata-2 (S2) dengan jumlah 9,3 persen.

Generasi Z dan milenial yang turut membagikan pandangannya ini, memiliki profesi yang beragam. Mayoritas responden survei IDN Times merupakan karyawan perusahaan swasta (42,9 persen), posisi kedua adalah freelancer (14,9 persen), pelajar/mahasiswa sebanyak 12,4 persen, dan yang belum bekerja berjumlah 10,6 persen. Sementara profesi lainnya adalah wiraswasta (5 persen), karyawan perusahaan multinasional (5 persen). BUMN memiliki angka yang sama dengan PNS (3,1 persen), start-up (1,9 persen), dan terakhir pegawai NGO (1,2 persen).

2. PNS masih diminati, tetapi mayoritas gen Z dan milenial memilih swasta sebagai dream job

INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?Infografis PNS vs. Swasta (IDN Times/Aditya Pratama)

Pandangan gen Z dan milenial dalam mencari pekerjaan memang cukup berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Ketika diminta memilih PNS vs. swasta, sebanyak 68,3 persen responden memilih perusahaan swasta dan 31,7 persen sisanya memilih PNS.

Jika dielaborasikan, sebanyak 55 persen gen Z usia 15-26 tahun lebih memilih menjadi karyawan swasta, lalu 54,9 persen sisanya memilih PNS. Sedangkan untuk milenial di usia 27-42 tahun lebih banyak yang memilih PNS (43,1 persen) dan swasta berjumlah 10 persen.

Fakta menarik ditemukan di sini. Data di atas menyimpulkan bahwa sebenarnya gen Z menaruh minat yang cukup besar baik pada PNS maupun korporat swasta. Berbeda dengan pilihan milenial cenderung lebih tinggi menjadi PNS daripada bekerja di korporat swasta. 

Bisa dikatakan, generasi milenial memang sudah berada di usia berkeluarga sehingga preferensi utama dalam bekerja lebih menekankan pada gaji dan tunjangan. Dalam data Indonesia Millennial Report 2024 oleh IDN Media, ditunjukkan bahwa sekitar 62 persen milenial menganggap bahwa gaji memang memegang peranan penting. 

Selaras dengan hasil survei IDN Times yang menunjukkan mayoritas milenial yang memilih PNS memang berorientasi pada gaji dan tunjangan untuk tabungan masa depan. Responden berinisial DP (40) berpendapat, "Ada kepastian seperti tunjangan jabatan, kinerja, jabatan, dana pensiun."

Banyak juga milenial yang punya orientasi untuk mengajukan KPR atau pinjaman. Jika memiliki status sebagai PNS, tentu pengajuannya lebih mudah, seperti yang disebutkan responden berinisial BOB (29), "Iya (PNS lebih menguntungkan) karena saat mengajukan KPR atau sejenisnya ke bank, jadi lebih mudah."

Hal tersebut berbeda dengan gen Z yang preferensinya gak terbatas di gaji/tunjangan saja. Mereka juga menekankan pada fleksibilitas dan kesempatan untuk melakukan career development. Mayoritas responden gen Z yang memilih swasta, yakin bahwa di perusahaan swasta, kesempatan pengembangan diri dan kemajuan karier akan jauh lebih besar.

"Menguntungkan (jika bekerja sebagai karyawan swasta) karena pekerjaan lebih fleksibel dan tidak terlalu terikat peraturan ketat sehingga memungkinkan kita untuk bisa mengembangkan diri dan ada kesempatan mendapatkan jenjang karier yang lebih baik," ucap responden inisial NA (23).

3. Gen Z dan milenial yang memilih PNS, meyakini bahwa pekerjaan ini punya gaji, tunjangan, dan jaminan masa depan lebih baik

INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?Infografis PNS vs. Swasta (IDN Times/Aditya Pratama)

Meskipun PNS gak menduduki posisi tertinggi sebagai preferensi pekerjaan gen Z dan milenial, tetapi masih ada sekitar 31,7 persen yang memilih bidang pekerjaan ini. Dalam keputusan memilih PNS sebagai dream job, alasan utama gen Z dan milenial adalah gaji dan tunjangan yang menjanjikan (51 persen) dan masa tua yang terjamin (27,5 persen).

Sedangkan alasan lainnya, gen Z dan milenial menganggap bahwa pekerjaan sebagai PNS juga bisa sebagai pengabdian kepada negara (13,7 persen), status sosial (3,9 persen), dan keinginan orangtua (2 persen). Gak bisa dimungkiri, gaji dan tunjangan masih tetap menjadi aspek utama gen Z maupun milenial dalam pekerjaan.

Hal serupa ditunjukkan juga dalam data Indonesia Gen Z and Millennials Report 2024 oleh IDN Media. Baik gen Z (78 persen) maupun milenial (62 persen), hal utama yang dicari dalam pekerjaan adalah salary (gaji). Selaras dengan survei IDN Times yang menunjukkan hasil skala responden sebesar 4,2 menyatakan bahwa gaji dan tunjangan memang masih menjadi aspek krusial dalam dunia karier.

"Dengan bekerja sebagai PNS, kita bisa mendapatkan gaji tetap, tunjangan, dan dana pensiun yang tidak ada di perusahaan swasta," tutur MA yang berdomisili di Pulau Sumatera.

Gaji, tunjangan, dan dana pensiun menjadi salah satu pertimbangan paling utama bagi gen Z dan milenial yang memilih PNS. Seperti yang diketahui, tunjangan dan dana pensiun cenderung gak didapatkan jika bekerja sebagai karyawan swasta. Ketika ditanya apa yang bisa didapatkan sebagai PNS dan belum tentu didapatkan di korporat swasta, jawaban utamanya adalah dana pensiun (37,3 persen) dan tunjangan kinerja atau keluarga (29,4 persen).

Selain itu, 19,6 persen responden juga menjawab bahwa bekerja sebagai PNS bisa mendapatkan work-life balance. Umumnya, jam kerja sebagai PNS bisa lebih pasti dan tetap. Berbeda dengan swasta yang biasanya bersifat lebih fleksibel.

Responden dengan inisial IW (28) dari Pulau Jawa menambahkan, "Bekerja jadi PNS jenjang kariernya lebih jelas, gak ada PHK, dan penghasilannya juga tetap."

4. Walau begitu, dua generasi ini gak memungkiri fakta bahwa lingkungan kerja PNS masih cenderung statis dan kaku

INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?Infografis PNS vs. Swasta (IDN Times/Aditya Pratama)

Setiap pekerjaan tentunya ada plus dan minusnya, begitu juga dengan PNS. Dalam survei ini, kesiapan PNS untuk ditempatkan di mana pun menjadi risiko dan hal yang paling kurang disukai oleh gen Z serta milenial (43,1 persen). Disusul dengan lingkungan kerja kurang sehat dan lingkungan kerja cenderung statis yang menduduki posisi sama (15,7 persen), serta pekerjaan yang terlalu administratif (13,7 persen).

Pekerjaan yang terlalu administratif ini juga menyebabkan lingkungan kerja menjadi kaku. Tentu ini menjadi hal yang kurang cocok dengan generasi Z dan milenial. Sebanyak 11,8 persen gen Z dan milenial dalam survei ini, menganggap budaya kerja senioritas menjadi risiko juga dalam pekerjaan PNS. Responden berinisial TGH (32) menyebutkan, "Kalau dari sisi finansial, jadi PNS memang menjanjikan, banyak tunjangan, ada pensiun, dan lainnya. Tapi kalau dari pengembangan diri, kayaknya susah karena lingkungan kerja yang senioritas dan toxic."

Kekurangan lainnya yang diakui oleh generasi Z dan milenial dalam bekerja sebagai PNS adalah keterbatasan dalam hal inovasi dan fleksibilitas. Gen Z dan milenial kerap disebut sebagai generasi yang lebih kreatif dan inovatif. Pekerjaan sebagai PNS ternyata dianggap memiliki birokrasi yang cukup rumit sehingga bisa menghambat ide-ide kreatif.

Seperti yang disebutkan responden berinisial SRS (23) dari Jakarta, ia menganggap bahwa bekerja sebagai PNS mungkin cenderung membuat generasi muda jenuh. "Minusnya PNS, jam kerja dan jobdesc kurang fleksibel, bikin generasi muda kurang bisa berkembang dan gampang jenuh. Sistem kerjanya cenderung kaku," katanya.

Di luar pandangan soal lingkungan yang kaku atau birokrasi yang kurang luwes, kedua generasi tersebut masih memiliki ekspektasi positif terhadap PNS. Tak menampik kenyataan bahwa 27,5 persen gen Z dan milenial merasa masih mendapatkan akses networking yang lebih luas bila bekerja sebagai PNS. 

5. Gen Z dan milenial yang memilih swasta menganggap bahwa pekerjaan ini bisa menawarkan peluang karier dan pengembangan diri lebih signifikan

INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?Infografis PNS vs. Swasta (IDN Times/Aditya Pratama)

Menjadi opsi yang paling banyak dipilih gen Z dan milenial (68,3 persen), ada beberapa alasan mengapa dua generasi ini lebih suka jadi karyawan swasta. Sebanyak 45,5 persen responden memilih korporat swasta karena merasa ada peluang peningkatan karier yang lebih luas.

Didukung oleh pandangan gen Z dan milenial terhadap keuntungan menjadi karyawan swasta, di mana sebesar 74,5 persen (82 dari 110 responden yang memilih korporat swasta) beranggapan bahwa karyawan swasta memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri lebih luas. Disusul 61,8 persen (68 dari 110 responden yang memilih korporat swasta) yang beranggapan bahwa karyawan swasta memberi kebebasan untuk mengeluarkan ide yang kreatif dan inovatif.

Dalam penelitian ilmiah oleh Insany Fitri, Iffah, dkk berjudul The Intention of Generation Z to Apply For a Job, disebutkan juga bahwa generasi muda ternyata memang lebih menyukai lingkungan kerja yang bisa memberikan kebebasan untuk pengembangan kariernya. Selain gaji, ternyata peluang atau kesempatan meningkatkan karier pun menjadi motivasi utama gen Z dan milenial dalam bekerja.

Selain itu, gen Z dan milenial juga menganggap bahwa pekerjaan di perusahaan swasta cenderung lebih fleksibel (22,7 persen). Itulah kenapa, sebanyak 52,7 persen gen Z dan milenial merasa lingkungan kerja yang dinamis merupakan salah satu keuntungan menjadi karyawan swasta. Alasan lainnya adalah pekerjaannya lebih menantang (11,8 persen) serta fasilitasnya lebih menunjang dan digaji sesuai hasil kerja di posisi yang sama (10 persen). 

Responden inisial SH yang merupakan karyawan perusahaan multinasional berpendapat, "Di swasta, pengembangan karier (bisa lebih luas) dan bisa berekspresi dengan kemampuan diri tanpa dibatasi dengan peraturan-peraturan yang terlalu ketat."

Menanggapi fenomena ini dari sisi psikologi, Nur Anugerah (Ugha) yang merupakan seorang Psikolog Industri Organisasi dan Founder Generasi Cakap, menyampaikan hal yang serupa. "Kalau ngomongin tren kerjaan anak muda sekarang, emang gak melulu PNS. Kalau sekarang mulai bergeser. Anak-anak udah mulai cari kerja yang lebih fleksibel. Fleksibel dalam artian bebas berpikir mengeluarkan imajinasi dan kreativitasnya. Terus juga kerjaan yang gak harus selalu ke kantor gitu ya."

Gak bisa dimungkiri, memang banyak perusahaan swasta menerapkan kebijakan kerja yang fleksibel. Termasuk opsi bekerja dari rumah atau jadwal yang dapat disesuaikan. Mayoritas responden (25,5 persen) yang memilih swasta pun beranggapan bahwa kesempatan remote atau WFH bisa didapatkan di swasta dan belum tentu didapatkan di PNS. Gen Z dan milenial juga berekspektasi bahwa karyawan swasta bisa membentuk seseorang menjadi pribadi yang lebih produktif dan kreatif (38,2 persen). 

Di sisi lain, ada 23,6 persen responden yang berekspektasi bahwa karyawan swasta bisa mendapatkan fasilitas kerja yang lebih menguntungkan, seperti cuti haid, nursery room, maternity and paternity leave, dan sebagainya. Sedangkan sisanya, lebih suka swasta karena memiliki ekspektasi jenjang karier lebih luas (21,8 persen) dan bisa melakukan job hopping (16,4 persen).

"Lebih suka di swasta soalnya gak terlalu terikat peraturannya kayak PNS. Contohnya, gak boleh resign dalam waktu tertentu, (peraturan ini) gak cocok sama kepribadian yang suka job hopping," ujar responden berinisial LP (29) yang turut membagikan pendapatnya.

Baca Juga: [INFOGRAFIS] Karier atau Cinta, Manakah Prioritas Millennials?

6. Di sisi lain, gen Z dan milenial juga setuju bahwa umumnya pekerjaan swasta gak mendapatkan dana pensiun dan jam kerjanya kurang pasti

INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?Infografis PNS vs. Swasta (IDN Times/Aditya Pratama)

Sama halnya seperti pekerjaan sebagai PNS, gen Z dan milenial yang memilih swasta pun menyadari ada beberapa minus atau kekurangan di bidang pekerjaan ini. Kemungkinan PHK menjadi risiko/kekurangan utama yang kurang disukai gen Z dan milenial ketika memilih opsi pekerjaan swasta (41,8 persen). Kemudian, sebanyak 30 persen responden beranggapan bahwa karyawan swasta gak bisa mendapatkan dana pensiun seperti PNS.

Sebanyak 19,1 persen responden juga merasa bahwa karyawan swasta masih banyak yang melakoni pekerjaan dengan batasan jam kerja kurang pasti. Hal ini bertolak belakang dengan alasan 22,7 persen responden yang memilih korporat swasta karena pekerjaan yang fleksibel. Artinya, pekerjaan yang fleksibel juga berimbas pada batasan jam kerja yang kadang berubah. Karena jadwal yang fleksibel terkadang belum pasti juga, sehingga cenderung gak ada batas jam kerja.

"Selain risiko PHK, kadang keseimbangan hidup dan kerja juga agak kurang. Karena budaya kerja di korporat swasta itu kadang gak ada batasan untuk waktunya, tuntutan waktu dan bebannya juga bisa lebih tinggi," tutur responden inisial ID (24).

7. Milenial lebih suka bekerja WFH, sedangkan gen Z cenderung memilih hybrid atau WFO

INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?Infografis PNS vs. Swasta (IDN Times/Aditya Pratama)

Dari penjelasan sebelumnya, bisa dikatakan bahwa sistem kerja menjadi salah satu faktor gen Z dan milenial dalam memilih pekerjaan. Dari hasil survei, sistem kerja yang paling disukai adalah hybrid (gabungan WFO dan WFH) sebanyak 49,1 persen, disusul oleh WFO (offline) sejumlah 29,2 persen, dan terakhir WFH (online) 21,7 persen.

Walau begitu, ada fakta menarik lainnya yang ditemukan. Mayoritas responden yang memilih WFH adalah milenial berusia 27-42 tahun (54,3 persen) dan gen Z berumur 15-26 di angka 40 persen. Sedangkan untuk sistem kerja WFO, milenial ada di jumlah 27,6 persen dan gen Z 66 persen. Lalu, untuk hybrid, didominasi oleh gen Z (55, 7 persen) dan milenial sebanyak 43 persen.

Milenial dengan range usia 27-42 tahun sudah berada di angka menikah dan berkeluarga. Kemungkinan besar alasan mereka memilih WFH adalah agar bisa membagi waktu dengan keluarganya. Seperti pendapat yang disampaikan oleh DP (30) yang berdomisili di Jakarta, "Kalau sistem kerja, lebih pilih WFH soalnya bisa menyisihkan waktu lebih banyak di rumah dan sama keluarga."

Hal serupa dirasakan juga oleh responden berinisial DS (29) yang saat ini sudah berkeluarga dan memiliki anak, "Posisiku sekarang dengan kondisi sudah berkeluarga dan usia anak masih di bawah 2 tahun, aku milih WFH. Untuk usia anak segini, menurutku lebih nyaman WFH. Aku bisa kerja dari rumah, bisa selalu mantau dan nemenin anakku. Tentunya, WFH yang jam kerjanya bisa diatur sendiri, ya. Kalau WFH yang jam kerjanya terikat, bakal susah juga."

Sedangkan untuk gen Z, sistem kerja fleksibel atau bisa disebut WFA (work from anywhere) tampaknya sedang diminati. Dapat dilihat dari pilihan gen Z yang lebih setuju dengan sistem hybrid. Penelitian serupa dilakukan oleh perusahaan Hewlett-Packard (HP) bertajuk Work Relationship Index dengan 15.246 responden dari 12 negara, termasuk Indonesia. Dalam penelitiannya, disebutkan bahwa gen Z dikabarkan bersedia dibayar 16 persen lebih rendah untuk pekerjaan yang menawarkan WFA (work from anywhere).

Ugha juga mengatakan, fleksibilitas dan sistem kerja menjadi pertimbangan gen Z saat mencari pekerjaan. "Jadi mereka biasanya baca jobdesc-nya. Mereka mempertimbangkan, ini aku bisa ngerjain dari rumah gak? Ini bisa aku kerjain malem aja gak? Itu yang biasanya mereka cari," papar psikolog lulusan Magister Universitas Padjadjaran (Unpad) tersebut.

Responden dengan inisial NA yang merupakan seorang freelancer menyebutkan, "Solusi terbaik kayaknya sistem kerja hybrid. Karena, ada waktu di mana kita bisa WFH untuk recharge energi dan WFO buat melepas kejenuhan dengan suasana rumah yang itu-itu aja."

8. Bukan hanya gaji, saat ini prioritas gen Z dan milenial dalam pekerjaan pun mencakup pengembangan karier dan work-life balance

INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?Infografis PNS vs. Swasta (IDN Times/Aditya Pratama)

Berdasarkan beberapa paparan data di atas, ada beberapa hal yang tampaknya menjadi prioritas bagi gen Z dan milenial dalam memilih pekerjaan. Gaji tetap menjadi aspek yang krusial bagi gen Z dan milenial, seperti pada hasil skala responden sebesar 4,2 persen menyatakan setuju akan hal ini. Gak hanya gaji, prioritas gen Z dan milenial juga kini berorientasi pada lingkungan kerja dan pengembangan karier. 

Bukan hanya itu, kini gen Z dan milenial mulai aware terhadap kesejahteraan dan kesehatan mental. Itulah kenapa, persoalan fleksibilitas kerja dan work-life balance juga menjadi salah satu concern mereka. Dari hasil survei, mayoritas gen Z dan milenial menyatakan setuju bahwa fleksibilitas bisa menunjang kesejahteraan karyawan, yang mana meraih rata-rata 4,2 dari 5. Angka yang sama didapatkan juga ketika mereka dimintai pendapat tentang 'work-life balance lebih penting daripada gaji'.

Ugha berpendapat, hal tersebut dikarenakan gen Z dan milenial sudah melek terhadap kesehatan mental. Mereka menyetujui anggapan bahwa work-life balance memang sangat penting dalam dunia kerja.

"Sebenarnya, kalau ngomongin kesehatan mental dan work-life balance, pemahaman mereka jadi lebih luas gitu kan. Mereka lebih aware juga, kayak misalkan sekarang udah tahu kantor yang toxic. Nah, kalau ngomongin kenapa hal itu bisa jadi lebih penting, karena tadi, pengetahuan mereka (tentang kesehatan mental) sudah lebih luas, sudah lebih sering terpapar informasi," jelas Ugha.

Survei Indonesia Gen Z Report 2024 menyebut adanya pergeseran prioritas, khususnya pada kaum gen Z, yang mana ada beberapa aspek krusial di luar gaji/uang karena kalangan ini mulai aware terhadap kesehatan mental di dunia kerja. Terkadang, seperti yang disebutkan penelitian HP, gen Z dan milenial bersedia mengeluarkan banyak waktu dan effort untuk perusahaan jika perusahaan tersebut memang memberikan value yang serupa. Contohnya, berupa fleksibilitas seperti kesempatan WFA atau work from anywhere.

Kembali ke penelitian The Intention of Generation Z to Apply For a Job, disebutkan bahwa gen Z dan milenial lebih suka tempat kerja yang memang mendukung mereka untuk tumbuh dalam perjalanan kariernya. Bisa disebutkan, keselarasan value antara diri mereka dan perusahaan pun menjadi penting. Vina Muliana, Human Resource Professional sekaligus kreator konten pun pernah menyebutkan hal yang sama.

"Sebenarnya di kantorku belum ada gen Z yang terlalu banyak. Tapi, aku kemarin lihat risetnya IDN Media yang Indonesia Gen Z Report 2022. Di situ bilang bahwa, uniknya gen Z itu mau 'willing to spend more hours' ketika bekerja asalkan value dirinya dan perusahaan sama. Jadi, ini sebenarnya dua faktor ini berkesinambungan, baik dari gen Z atau perusahaannya," tuturnya saat ditemui di acara TikTok Southeast Asia Impact Forum 2023 pada Kamis (15/6/2023) silam.

9. Fakta menarik

INFOGRAFIS: PNS vs. Swasta, Mana Profesi Idaman Milenial dan Gen Z?Infografis PNS vs. Swasta (IDN Times/Aditya Pratama)

Gen Z dan Milenial masih menaruh minat untuk menjadi PNS maupun bekerja di korporat swasta. Mereka tidak menutup mata bahwa kedua hal tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada dasarnya, setiap pekerjaan memang punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Sebagian besar responden beranggapan menjadi PNS menguntungkan dan menjanjikan karena masa tua terjamin, ada tunjangan, dan sudah menjadi pekerjaan tetap. Di sisi lain, responden juga menganggap, menjadi karyawan swasta menguntungkan dari segi pengembangan diri, kompensasi kerja, maupun budaya kerja yang lebih dinamis. Mereka juga setuju, perkembangan karier dan diri bisa lebih banyak didapatkan saat bekerja di korporat swasta, yang mana hasil skala menunjukkan angka 4 dari 5.

Uniknya, gen Z dan milenial merasa gaji atau tunjangan masih jadi aspek terpenting dalam dunia karier. Namun, gak memungkiri bahwa kesehatan mental juga perlu diperhatikan dalam pekerjaan. Selain itu, mereka juga setuju bahwa work-life balance lebih penting daripada gaji. Lalu, jika berbicara terkait sistem kerja, mayoritas gen Z dan milenial sangat setuju bahwa mereka lebih suka pekerjaan yang memberikan kesempatan remote dan jam kerja fleksibel (40,4 persen).

Sebenarnya, pilihan antara menjadi PNS atau karyawan swasta bagi generasi Z dan milenial sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan kebutuhan individu. Di mata dua generasi ini, PNS memang menawarkan gaji dan jaminan masa depan yang lebih baik. Sedangkan itu, swasta bersifat lebih dinamis dan memungkinkan mereka berkembang lebih pesat. Baik PNS maupun swasta, pada akhirnya memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Kalau kamu, apa pilihanmu?

 

Penulis: 

Adyaning Raras Anggita Kumara

Nisa Meisa Zarawaki

Editor:

Pinka Wima

Febriyanti Revitasari

Infografis

Aditya Pratama

Baca Juga: [INFOGRAFIS] Seberapa Penting Gelar Pendidikan di Dunia Kerja?

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya