5 Tanda Perusahaan Tidak Menghargai Work-Life Balance Sejak Proses Lamaran

- Perusahaan tidak menghargai work-life balance sejak proses lamaran
- Tanda-tanda awal termasuk menekan jam kerja panjang, informasi jelas soal jam kerja dan cuti, serta balasan lamaran di luar jam kerja tanpa batas
- Budaya perusahaan yang tidak sehat juga terlihat dari membanggakan istilah keluarga kedua sebagai alasan lembur dan tes lamaran yang terlalu berat
Work life balance semakin menjadi prioritas utama bagi pencari kerja, terutama di era pascapandemu yang menyadarkan banyak orang tentang pentingnya waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Sayangnya, tidak semua Perusahaan benar-benar menghargai keseimbangan tersebut. Bahkan, tanda-tandanya bisa terlihat sejak proses rekrutmen. Berikut lima sinyal awal yang perlu diwaspadai.
1. Menekan jam kerja panjang sebagai budaya positif

Perlu diperhatikan sekali saat melamar pekerjaan, hindari asal mengiyakan semua ketentuan perusahaan tanpa membaca lebih detail. Ini bisa merugikan dirimu sendiri nantinya ketika sudah diterima kerja. Misalnya tanda perusahaan yang tidak menerapkan work life balance ialah seperti menekankan jam kerja panjang sebagai budaya positif.
Jika dalam wawancara HR atau deskripsi pekerjaan tercantum kalimat seperti siap bekerja di luar jam kantor atau jam kerja fleksibel tidak terbatas, itu bisa jadi tanda bahwa lembur dianggap hal biasa. Ketika kerja keras diukur dari waktu yang dihabiskan di kantor, bukan dari hasil kerja, red flag besar patut dikibarkan.
2. Tidak menyediakan informasi jelas soal jam kerja dan cuti

Tentu saja hal yang perlu diperhatikan ketika melamar kerja ialah ketepatan jam kerja. Ini bisa dilihat apakah perusahaan memprioritaskan work life balance atau tidak. Jika tidak menyediakan informasi jelas soal jam kerja dan cuti ini perlu dipertimbangkan.
Perusahaan yang menghargai work life balance biasanya transparan tentang jam kerja, kebijakan cuti, dan fleksibilitas. Jika saat dirimu bertanya soal hal ini dan mereka menghindar menjawab atau justru terlihat tidak nyaman, bisa jadi itu pertanda bahwa hak-hak tersebut tidak diprioritaskan.
3. Membalas lamaran di luar jam kerja tanpa batas

Sudah menjadi red flag besar jika para pekerja menunjukkan jam kerja di luar waktu. Ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak menerapkan work life balance. Membalas lamaran di luar jam kerja tanpa batas menjadi tandanya.
Jika HR atau atasan menghubungi dirimu di malam hari, akhir pekan, atau hari libur, bahkan sebelum dirimu resmi bekerja, itu bisa menggambarkan ekspektasi komunikasi 24/7. Budaya kerja seperti ini bisa sangat membebani kehidupan pribadi dalam jangkan panjang.
4. Membanggakan dengan istilah keluarga kedua sebagai alasan lembur

Biasanya atasan yang ingin merayu karyawan untuk terbiasa lembur, mereka bisa melakukan dengan segala upaya. Termasuk membanggakanmu menjadi keluarga kedua sebagai alasan lembur. Ini yang harus diwaspadai saat dirimu berkerja dengan orang-orang seperti ini.
Frasa seperti mereka adalah keluarga di sini, sering terdengar positif, namun dalam konteks bisa disalahgunakan untuk menutupi ekspektasi kerja berlebih. Jika budaya keluarga justru jadi dalih untuk lembur tanpa batas dan pengorbanan pribadi, sebaiknya waspada.
5. Tes atau tugas lamaran yang terlalu berat dan mendesak

Perusahaan memberikan studi kasus atau tugas uji coba. Tapi bila tugas tersebut berlebihan, dengan deadline ketat dan tanpa menghargai waktu pribadi, itu mencerminkan budaya kerja yang tidak sehat sejak dini dan kemungkinan besar akan berlanjut saat dirimu bergabung nanti.
Bisa dilihat apakah perusahaan menerapkan work life balance atau tidak bisa dilihat saat lamaran kerja. Apabila terlalu berat dan mendesak ini perlu dipertanyakan.
Proses lamaran kerja bukan hanya saatnya perusahaan menilai dirimu, tapi juga waktu dirimu menilai mereka. Jangan abaikan tanda-tanda kecil yang menunjukkan ketidakseimbangan kerja-hidup. Karena pekerjaan yang baik bukan hanya soal gaji, tapi juga soal bagaimana dirimu tetap bisa menjadi manusia seutuhnya di luar jam kantor.