Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi karyawan (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi karyawan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Intinya sih...

  • Menolak keras dengan segala konsekuensinya

  • Bersedia asalkan tidak sering dan gak mengganggu tugas utamamu

  • Oke juga dengan catatan ada tambahan pendapatan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada banyak cerita di tempat kerja bahkan hingga berujung drama. Salah satu masalah yang paling menyebalkan ialah terkait jobdesk. Dalam perjanjian kerja sudah jelas kamu ditempatkan di satu posisi.

Lengkap dengan tugas serta tanggung jawabmu. Bahkan hal tersebut telah menjadi bagian dalam wawancara kerja. Seharusnya ini konsisten diterapkan. Namun, kenyataannya malah ada saja hari ketika kamu diminta mengerjakan jobdesk orang lain.

Rasanya mungkin lebih buruk daripada sekadar dirimu mesti lembur menyelesaikan tanggung jawabmu. Bagaimana cara menyikapi perintah yang menambah beban kerjamu ini? Terdapat lima pilihan sikap dari keras, patuh, oportunis, hingga kritis. Kamu berhak memilih yang mana pun tergantung situasi dan prinsipmu.

1. Menolak keras dengan segala konsekuensinya

ilustrasi percakapan di kantor (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Buat kamu yang selalu berpegang teguh pada kesepakatan awal, disuruh mengerjakan tugas tak sesuai jobdesk mungkin gak bisa ditoleransi. Dirimu memandang sikap atasan tidak profesional. Apa pun alasannya, kamu gak mau melakukannya.

Penolakanmu tentu dapat menimbulkan reaksi negatif pada pemberi tugas. Sisi positifnya, dirimu tampak sangat tegas. Ini baik guna membangun batasan dalam dunia kerja.

Orang lain menjadi tahu bahwa kamu tak dapat sembarangan diperintah. Dirimu amat mengerti porsi pekerjaanmu dan pekerjaan orang lain. Tidak seorang pun bisa sembarangan mengoperkan tugas padamu.

Kamu gak bakal diperbudak oleh atasan. Konsekuensinya, dia mungkin menjadi tidak menyukaimu. Dirimu dapat kehilangan beberapa kesempatan pengembangan karier hanya karena persoalan ini. Kamu dinilai terlalu pembangkang sebagai bawahannya.

2. Bersedia asalkan tidak sering dan gak mengganggu tugas utamamu

ilustrasi bekerja (pexels.com/RDNE Stock project)

Dibandingkan sikap pertama, jelas sikap ini jauh lebih aman. Kamu berusaha untuk mengendalikan perasaanmu yang sesungguhnya. Dirimu bersedia mengerjakan jobdesk yang berbeda, tapi tetap ada syaratnya.

Yaitu, ini tidak boleh sering terjadi. Sebab jika kamu kerap diminta melakukan jobdesk yang berbeda sementara tugasmu sendiri gak dihandel orang lain, tentu mengganggu. Dirimu dapat menetapkan frekuensinya dalam sebulan atau sepekan.

Seperti kamu cuma bersedia mengerjakan jobdesk lain ketika pekerjaanmu lebih longgar. Misalnya, tiap Rabu. Di luar itu tidak. Atau, gak boleh lebih dari sekali sebulan karena bagaimanapun juga itu bukan jobdesk-mu. Bila terlalu sering sama dengan dirimu mengambil alih tugas orang lain.

3. Oke juga dengan catatan ada tambahan pendapatan

ilustrasi percakapan di kantor (pexels.com/MART PRODUCTION)

Inilah yang dimaksud dengan sikap oportunis di tengah perintah untukmu mengerjakan jobdesk yang berbeda. Kamu sangat mempertimbangkan tawaran upah lebih sebelum memutuskan mau atau tidak mengerjakannya. Apalagi kalau selain jobdesk lain itu, dirimu masih harus bertanggung jawab atas jobdesk-mu yang sesungguhnya.

Bersikap ogah capek dobel hanya untuk memperoleh penghasilan yang sama bukan hal negatif. Ini dunia profesional. Semua orang datang ke kantor dan bekerja buat mencari uang. Bukan sekadar pulang dengan rasa lelah.

Bahkan bila jobdesk-mu yang asli diganti total dengan jobdesk baru, negosiasi gaji perlu dilakukan ulang. Kamu boleh menolak pergantian jobdesk apabila pendapatannya tidak disesuaikan. Apalagi jobdesk yang baru lebih berat daripada semula. Tidak ada kerja gratisan dalam kamus hidupmu.

4. Mau hanya jika secara kemampuan kamu bisa

ilustrasi suasana kantor (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kali ini pertimbangannya bukan upah tambahan, frekuensi, atau dampaknya pada tugas utamamu. Namun, kamu menitikberatkan pada kemampuan diri. Apakah dirimu bisa mengerjakannya dengan baik atau tidak?

Kalau jobdesk yang berbeda itu sama sekali bukan keahlianmu tentu risiko salah malah lebih besar. Bahkan kamu dapat mengacaukan situasi. Tentu pemberi tugas mungkin berusaha meyakinkanmu bahwa dirimu akan sanggup melakukannya.

Jangan terlalu memercayai motivasinya. Itu boleh jadi dikatakan semata-mata supaya kamu mau mengerjakannya. Daripada sama sekali tak ada orang yang bersedia menghandel.

Bila menyanggupinya berpotensi menjadi senjata makan tuan buatmu, tetaplah menolaknya. Sebaliknya apabila tugasnya terbilang gampang buatmu, kamu dapat menunjukkan kesediaan. Anggap saja sedikit sikap murah hati darimu ketika benar-benar tak ada orang yang bisa melakukannya.

5. Minta kejelasan pada atasan terkait posisi dan jobdesk-mu

ilustrasi percakapan di kantor (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Gonta-ganti jobdesk bukan pengalaman yang menyenangkan bagi kebanyakan karyawan. Terlebih jika tidak ada perubahan posisi atau jabatan. Ini sangat merugikan sebab kamu bisa diminta menangani jobdesk yang seharusnya buat posisi di atasmu.

Sementara pendapatanmu tetap di level sekarang. Atau, dirimu justru disuruh mengerjakan jobdesk posisi di bawahmu. Kamu menjadi merasa direndahkan. Ketidakteraturan begini menguras energimu. Dirimu tidak bisa menjaga fokus pada jobdesk sendiri.

Atasan mesti tahu bahwa asal perintah seperti ini sangat buruk untuk karyawan bahkan jalannya pekerjaan sehari-hari. Dia harus mampu bersikap tegas terkait posisi serta jobdesk-mu. Kalau kamu memang akan dipindah ke posisi lain, tetapkan perpindahan itu sekalian. Bukan jobdesk berbeda sembarangan dikasih ke kamu.

Kejelasan jobdesk penting sebagai pedoman karyawan dalam bekerja. Pemberi kerja atau atasanmu pun akan lebih mudah melakukan penilaian kinerja berdasarkan jobdesk. Bila jobdesk sering berubah, akibatnya pasti buruk. Ambil sikap yang menurutmu tepat untuk saat ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team