Tren “quiet quitting’” kini menjadi perbincangan, khususnya di kalangan pekerja anak muda. Istilah baru ini populer karena mengacu pada prinsip bekerja secukupnya, tidak berlebihan atau melampaui batas.
Quiet quitting bisa mencegah overwork alias bekerja berlebihan akibat persaingan tidak sehat di tempat kerja sehingga pekerja tidak merasa kelelahan secara fisik maupun mental. Dilansir dari Healthline
Sebagai contoh penerapannya, seseorang yang memegang prinsip quiet quitting akan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu setiap hari, selalu istirahat makan siang, atau menolak proyek yang tidak berkaitan dengan jobdesk.
Lantas, apa sih, sebenarnya quiet quitting? Benarkah bisa bermanfaat untuk kesehatan mental pekerja? Dirangkum dari beberapa sumber terkait, yuk simak penjelasannya berikut ini.