Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wawancara kerja (unsplash.com/Resume Genius)

Berganti karier bukan hal yang mudah, apalagi saat harus mempersiapkan dokumen penting seperti Curriculum Vitae (CV). Tantangan utama terletak pada bagaimana menunjukkan bahwa pengalaman yang telah dimiliki tetap relevan meskipun bidang pekerjaan yang dituju berbeda. Banyak pelamar merasa kesulitan menyusun CV karena khawatir tidak memenuhi kualifikasi spesifik dari industri baru.

Perusahaan tidak selalu mencari kandidat dengan pengalaman langsung di bidang yang dituju, tetapi lebih menghargai kemauan belajar, potensi kontribusi, serta kecocokan nilai kerja. Dengan pendekatan yang tepat, pengalaman sebelumnya justru bisa menjadi nilai tambah yang membedakan dari kandidat lain. Berikut ini empat strategi efektif dalam menyusun CV saat berganti karier.

1. Fokus pada transferable skills yang relevan

ilustrasi membuat CV (pexels.com/RDNE Stock project)

Dalam proses berpindah karier, keterampilan yang dapat diterapkan lintas industri menjadi modal utama. Transferable skills seperti kemampuan komunikasi, manajemen proyek, pemecahan masalah, hingga kepemimpinan bisa menjadi sorotan utama dalam CV. Penting untuk mengidentifikasi keterampilan yang paling relevan dengan posisi baru, lalu menampilkan contoh dari pengalaman sebelumnya yang menunjukkan penerapan keterampilan tersebut.

Penulisan bagian ringkasan profil (summary) dan pengalaman kerja sebaiknya diarahkan untuk menonjolkan skill yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan baru. Misalnya, seorang guru yang ingin beralih ke bidang lain bisa menyoroti keterampilan komunikasi, coaching, dan manajemen yang diperoleh dari mengajar. Penyusunan ini akan memberikan kesan bahwa meskipun latar belakang berbeda, calon kandidat tetap memiliki kompetensi yang bisa langsung digunakan.

2. Cantumkan proyek, pelatihan, atau sertifikasi terkini

ilustrasi CV (pexels.com/cottonbro studio)

Untuk menunjukkan keseriusan dalam berpindah karier, penting mencantumkan pelatihan atau sertifikasi yang relevan dengan industri baru. Ini bisa berupa kursus online, pelatihan singkat, hingga keterlibatan dalam proyek-proyek freelance atau sukarela. Informasi semacam ini menunjukkan bahwa proses belajar telah dimulai dan bukan sekadar minat sesaat.

Sebagai contoh, jika beralih ke dunia digital marketing, menyertakan sertifikasi seperti Google Ads atau kursus SEO akan menambah kredibilitas. Selain itu, proyek kecil seperti membantu bisnis lokal dengan kampanye digital bisa menjadi bukti kompetensi. Bagian ini juga bisa memperlihatkan inisiatif pribadi dan kesiapan menghadapi tantangan industri baru.

3. Tulis ringkasan profil yang menjelaskan transisi karier

ilustrasi wawancara kerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ringkasan profil di bagian atas CV berperan penting sebagai konteks yang menjelaskan alasan dan tujuan berganti karier. Paragraf pendek ini bisa mencakup latar belakang profesional sebelumnya, motivasi berpindah bidang, serta nilai tambah yang bisa diberikan dalam peran baru. Tujuannya adalah membantu rekruter memahami alur dari perjalanan karier dan menyampaikan narasi yang terarah.

Tanpa penjelasan yang jelas, CV bisa terlihat membingungkan. Namun, dengan menuliskan narasi yang kuat, pembaca CV akan menangkap bahwa transisi dilakukan dengan kesadaran dan tujuan yang jelas. Bahkan bila belum memiliki pengalaman spesifik di bidang baru, ringkasan yang baik bisa mengundang ketertarikan dan membuka peluang untuk diundang wawancara.

4. Ubah format CV

ilustrasi membuat CV (freepik.com/tonodiaz)

Format CV kronologis mungkin kurang ideal untuk seseorang yang baru masuk ke industri berbeda, karena akan terlalu menonjolkan urutan pengalaman tanpa menjelaskan relevansi. Sebagai alternatif, format fungsional atau hybrid lebih cocok karena menekankan keterampilan utama dan pencapaian daripada riwayat pekerjaan semata. Format ini memberi ruang untuk memperkenalkan keahlian yang telah dibangun dari berbagai pengalaman, terlepas dari posisi atau industri sebelumnya.

Struktur hybrid biasanya dimulai dengan ringkasan profil dan bagian keterampilan, lalu diikuti oleh penjelasan pengalaman kerja berdasarkan fungsi atau proyek. Dengan begitu, perhatian rekruter langsung tertuju pada kapabilitas inti yang relevan. Teknik ini sangat membantu ketika transisi karier dilakukan ke bidang yang cukup berbeda, namun tetap membutuhkan kualitas profesional yang bisa ditunjukkan dari peran sebelumnya.

Kunci utamanya terletak pada kemampuan mengemas pengalaman lama menjadi aset yang bernilai bagi posisi baru. Dengan menyoroti transferable skills, menggunakan format yang tepat, menampilkan upaya pembelajaran, dan menjelaskan alasan transisi secara ringkas, peluang untuk dilirik oleh rekruter akan semakin besar. Karier baru pun bisa dimulai dengan fondasi yang meyakinkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team