TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips Mengurangi Water Footprint, Terapkan Mulai Sekarang

Bijak menggunakan air yuk!

Ilustrasi wanita minum (pixabay.com/silviarita)

Air menjadi kebutuhan primer manusia, mulai dari memasak, mandi, mencuci, hingga memenuhi kebutuhan industri. Penggunaan kapasitas air haruslah dipertanggungjawabkan. Penggunaan air sendiri terbagi menjadi tiga yaitu air hijau yang berasal dari air hujan, air biru yang berasal dari permukaan tanah, dan air abu-abu yang sudah larut atau berubah menjadi bahan kimia atau limbah.

Setiap air yang kita gunakan akan menjadi jejak air atau water footprint. Water footprint berupa pelacakan jumlah air yang digunakan untuk membuat suatu barang. Pengukuran water footprint sendiri bertujuan untuk mencegah kelangkaan air akibat pencemaran dan berbagai aktivitas manusia. Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk menghemat penggunaan air. 

1. Beralih ke shower

Ilustrasi anak mandi (pexels.com/cottonbro)

Bagi orang Indonesia yang tinggal di wilayah iklim, mandi menjadi sebuah kewajiban yang dilakukan dua kali sehari, terutama saat cuaca sedang panas. Gayung, shower, dan bathub adalah pilihan alternatif membersihkan diri. Penggunaan shower dinilai lebih hemat air dibanding gayung dan bathub.

Satu bak bathub membutuhkan sekitar minimal liter air, dan mandi dengan gayung membutuhkan sekitar 300 liter air. Sedangkan untuk penggunaan shower hanya membutuhkan 90 liter air per 10 menit. Shower lebih efesien dan hemat air. Selain itu shower dapat dijadikan alternatif jika ukuran kamar tidak terlalu luas. 

2. Menghemat air dari rumah

Ilustrasi mencuci tangan (pexels.com/karolina-grabowska)

Mematikan keran saat tidak digunakan terlihat sebagai jargon yang sepele. Namun, cara ini bisa kamu aplikasikan di berbagai aktivitas. Misalnya saat menggosok gigi, orang-orang akan cenderung menyalakan keran air sambil menggosok gigi. Atau saat mencuci tangan, kamu perlu mematikan keran air saat mencuci tangan dengan sabun.

Cara lain yang bisa kamu lakukan adalah menampung air bekas cucian sayuran dan buah. Gunakan air bekas tersebut untuk menyiram tanaman. Selanjutnya cuci pakaian dalam jumlah banyak. Hindari mencuci pakaian tiap hari, karena volume air yang digunakan semakin banyak. Cara terakhir adalah lekas perbaiki keran atau pompa air yang bocor. Ini menghidari tetesan air terbuang sia-sia.

Baca Juga: 9 Tips Membuat Konsep Eco-Friendly di Pernikahan

3. Mengurangi konsumsi daging

Ilustrasi menyantap makanan (pexels.com/mikhail-nilov)

Produksi daging sapi membutuhkan sekitar 15.000 liter setiap kilogramnya. Sedangkan daging ayam membutuhkan sekitar 5000 liter air dalam proses produksinya. Semua proses produksi protein nabati mencakup peternakan hingga proses pengolahan.

Jika kamu mengonsumsi daging sapi dua kilo dalam satu bulan, maka rata-rata perbulan kamu menghabiskan sekitar 30.000 liter air. Air tersebut bukan diminum melainkan dari proses pengolahan daging. Jumlah liter air tersebut sangat banyak daripada total konsumsi air minummu pada air setiap tahunnya yang hanya 720 liter air.

Beralihlah pada buah-buahan yang memerlukan 1000 liter air dan sayur-sayuran yang memerlukan 400 liter air tiap kilonya. Dalam proses produksinya sayuran dan buah-buahan membutuhkan lebih sedikit air daripada daging. Jika kamu belum siap menjadi vegetarian, kamu bisa mengurangi kapasitas konsumsi daging dalam sehari-hari. 

4. Beli produk lokal

Ilustrasi membeli buah (pexels.com/conojeghuo)

Membeli produk lokal membantu mengurangi jejak air yang kamu gunakan. Produk-produk lokal memiliki rantai pemasokan, pengolahan, hingga distribusi lebih singkat daripada produk impor. Contohnya sayuran dan makanan lokal, produk-produk tersebut tidak memerlukan waktu simpan di lemari es lebih lama dan tidak memerlukan waktu tempuh distribusi menggunakan transportasi berbahan bakar minyak lebih lama. Tentu ini juga mengurangi jumlah jejak karbon.

Contoh lain adalah membeli produk pakaian lokal khas daerah. Produk pakaian lokal yang ramah lingkungan biasanya tidak memakai zat kimia berbahaya dalam proses pembuatan baju. Bahan-bahan yang digunakan juga aman dan diambil langsung dari daerah. Dengan membeli produk lokal, maka kamu sudah membantu mengangkat perekonomian di daerahmu.

Baca Juga: 6 Ide Membuat Sustainable Kitchen, Biar Dapurmu Lebih Eco-Friendly

Verified Writer

Ema Endrawati

Temannya burung hantu

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya