5 Plus Minus Memasang Terakota di Dinding dan Lantai Hunian

Bisa didaur ulang, tetapi tidak biodegradable

Terra cotta atau terakota merupakan salah satu material yang kini banyak dicari karena bisa memperkuat kesan earthy di sebuah bangunan atau hunian. Terbuat dari tanah liat yang dibakar, terakota memiliki nuansa warna yang mirip dengan batu bata. 

Fungsinya sama dengan keramik yaitu untuk melapisi lantai atau dinding. Meski estetik dan dipercaya ramah lingkungan, ia juga punya beberapa kelemahan yang wajib diperhatikan. Sebelum memasangnya di beberapa bagian rumah, kenali seluk beluk dan plus minus terakota berikut ini. 

 

1. Kemunculan terakota

5 Plus Minus Memasang Terakota di Dinding dan Lantai Hunianlantai terakota di ruang makan (instagram.com/emmamilneinteriors)

Merujuk tesis yang ditulis Kelly R. Atwood dari University of Pennsylvania dengan judul "An Assessment of Terra Cotta Replacement and Recommendations for the Belmont Pumping Station, East Fairmount Park, Philadelphia", terakota adalah material bangunan yang sudah ada sejak awal peradaban manusia di Persia, Yunani, Mesir, Romawi, dan Tiongkok. 

Sempat ditinggalkan, material ini kembali dilirik di Eropa pada abad pertengahan, terutama di kawasan Italia. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, terakota mulai diimpor ke seluruh penjuru dunia dan cukup diminati. 

Sama seperti masa sebelumnya, terakota mengalami pasang surut sampai kini kembali mencuat seiring dengan kemunculan konsep arsitektur ramah lingkungan. Ide-ide kembali ke alam seakan membuat terakota jadi salah satu material wajib dalam bangunan. Terakota menduduki posisi yang sama dengan kayu dan batuan alam yang kini juga kembali dilirik. 

2. Proses pembuatan

5 Plus Minus Memasang Terakota di Dinding dan Lantai Huniandinding dan ubin terakota (instagram.com/rwoodts)

Masih merujuk sumber yang sama, terakota terbuat dari tanah liat, terutama jenis fireclay atau tanah liat tahan api yang biasanya dipakai untuk membuat batu bata. Pada masa lampau, tanah liat tersebut harus dijemur terlebih dahulu selama beberapa hari bahkan beberapa bulan guna mengurangi kandungan alkali dan memecah partikelnya. Baru kemudian digiling dan dibersihkan dari kotoran yang tersisa. 

Tanah liat tersebut kemudian dicampur dengan grog (sisa porselen, keramik, atau batu bata yang sudah melalui pembakaran). Gunanya untuk memperkuat ketahanannya saat dibakar. Sebelum diproses ke tahap selanjutnya, campuran ini biasanya didiamkan dulu selama beberapa waktu. Di masa lalu, prosesnya bisa mencapai satu tahun. 

Setelah itu, cetakan disiapkan dan campuran tanah liat terakota harus ditekan dan dikeringkan sampai kadar airnya berkurang. Ukurannya akan menciut saat memasuki proses ini. Pengrajin biasanya juga akan melakukan beberapa perlakuan seperti memotong bagian yang berlebih, menghaluskan permukaan, dan menyempurnakan bentuknya.

Setelah itu baru terakota bisa masuk ke tahap pembakaran atau pemanggangan. Prosesnya bisa mencapai beberapa hari sampai beberapa minggu dengan suhu dan posisi yang harus tepat. Pembakarannya pun dibagi dalam beberapa tahap.

Prosedur pembuatan terakota tidak berubah sejak dulu. Hanya saja kini manusia sudah bisa menemukan mesin yang mempercepat prosesnya. 

 

dm-player

Baca Juga: 9 Inspirasi Penataan Pot Terakota, Rumah Asri dan Rapi!

3. Di masa lalu, terakota termasuk material bangunan yang paling murah

5 Plus Minus Memasang Terakota di Dinding dan Lantai Hunianlantai terakota dengan glaze (instagram.com/terra_cotta_haustone)

Melansir tulisan Mike Jackson dalam Architect Magazine, di negara Barat, terakota  dianggap sebagai bahan bangunan yang murah dibandingkan batuan alam. Namun, tentu di Indonesia, terakota masih kalah populer dibanding ubin keramik yang harganya juga murah dan pilihan warna serta coraknya lebih beragam. Sebagai perbandingan, terakota kebanyakan hanya tersedia dalam satu warna khasnya, yaitu jingga kemerahan dan beberapa tone serupa. 

Sama dengan ubin keramik, ubin terakota juga dijual dalam beberapa versi kualitas. Semakin baik dan semakin lengkap fiturnya, semakin mahal pula harga yang ditawarkan. Misalnya, kini tersedia terakota juga dijual dengan tambahan glaze yang membuatnya lebih tahan lama, mengilap, dan mudah dibersihkan. 

4. Perawatannya lebih kompleks dibanding keramik 

5 Plus Minus Memasang Terakota di Dinding dan Lantai Hunianlantai terakota (instagram.com/isabellopezvilaltaasociados)

Dibandingkan dengan keramik, perawatan terakota harus diakui lebih kompleks. Apalagi bila kamu menggunakannya untuk keperluan eksterior dan memilih terakota tanpa glaze. Pembersihan harus dilakukan dengan cara menyikatnya secara rutin karena debu dan lumut bisa hinggap di pori-pori mereka. 

Terakota juga cenderung mengalami inkonsistensi warna. Bisa karena melalui proses oksidasi atau karena proses purifikasi yang tidak sempurna pada tahap pembuatan. Jika kamu tidak mengalami masalah dengan warna yang tidak sama persis antara satu ubin dengan ubin lainnya, terakota silakan dilirik. 

5. Pilihan ideal untuk ciptakan bangunan ramah lingkungan dan kesan earthy

5 Plus Minus Memasang Terakota di Dinding dan Lantai Huniandinding kamar mandi terakota (instagram.com/cletile)

Harus diakui, terakota adalah bahan yang ramah lingkungan. Ini karena dalam proses pembuatannya, terakota menggunakan material organik dan daur ulang. Pembuatan terakota juga tidak melibatkan penggunaan bahan pewarna sintetik seperti dalam fabrikasi keramik. 

Meski begitu, terakota bukan material yang biodegradable. Pada akhirnya, terakota tak akan bisa menyatu dengan tanah karena sudah melalui beberapa tahap purifikasi. Jika dicampur dengan tanah, terakota bisa saja mengurangi kesuburan tanah.

Terakota yang tidak terpakai atau rusak sebaiknya tidak dibuang begitu saja, tetapi diolah kembali atau didaur ulang untuk proses pembuatan kerajinan lain atau ubin baru. 

Roda memang terus berputar. Terakota yang dulu dianggap material bangunan murah, kini menjelma jadi salah satu favorit yang menghadirkan kemewahan ala vila. Masih tertarik memasangnya di hunianmu? 

Baca Juga: 5 Kesalahan Dekorasi Interior yang Membuat Rumah Terlihat Sempit

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dwi Rohmatusyarifah

Berita Terkini Lainnya