Kenapa Keinginan Beli Perabot Berkurang setelah Rumah Terbeli?

- Tabungan terkuras setelah membeli rumah, membuat keinginan beli perabot surut
- Sedikit perabot membuat membersihkan rumah lebih mudah dan ruangan terasa lapang
- Harga perabot yang mahal dan pertimbangan tetangga sekitar membuat keinginan beli perabot berkurang
Banyak orang yang sedang menginginkan rumah tak sabar untuk mengisinya dengan beragam perabot. Malah daya tarik perabot lebih besar dibandingkan soal lokasi dan ukuran rumah. Pokoknya, bayangkan perabotnya yang cantik-cantik saja dulu.
Kamu bahkan mungkin sudah punya daftar perabot yang ingin dibeli. Bukan cuma berdasarkan fungsinya, melainkan juga modelnya. Seperti sofa sudut, meja makan marmer, dan sebagainya. Akan tetapi, seiring waktu keinginan belanja perabot bisa surut, lho.
Justru pada saat rumah berhasil terbeli dan kamu sudah menempatinya beberapa hari atau minggu. Kenapa, ya, keinginan beli perabot berkurang setelah rumah terbeli? Apa benar dirimu tidak lagi memerlukan perabot-perabot itu atau ada alasan lain?
1. Baru sadar ternyata membeli rumah menguras tabungan

Kamu sudah menabung untuk membeli rumah. Namun, selama rencana membeli rumah belum direalisasikan artinya tabungan masih utuh. Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, dirimu merasa lebih percaya diri mengantongi uang segitu.
Namun, membeli rumah dapat nyaris meludeskan saldomu. Tentu masih ada sisa, tetapi sedikit. Dengan sisa tabungan yang gak seberapa, terus membayangkan aneka perabot malah bikin pusing. Kamu perlu waktu untuk menarik napas dari mengeluarkan banyak uang.
2. Merasakan mudahnya bersih-bersih rumah saat perabot sedikit

Sesuatu yang indah dibayangkan belum tentu akan memberimu kemudahan. Termasuk soal perabot rumah. Selama ini kamu berpikir hanya sisi bagus dan enaknya memiliki berbagai perabot impian. Rumah menjadi lengkap.
Akan tetapi, setelah kamu mulai menghuni rumah yang berhasil dibeli pandangan pun berubah. Rupanya sedikit perabot justru menguntungkan dalam sejumlah hal. Selain ruang gerak lebih luas, proses membersihkannya pun gampang. Dirimu dapat menyapu serta mengepel tanpa banyak hambatan.
3. Ternyata ruangan yang lapang nyaman juga

Rumah tanpa perabot sama sekali berarti belum siap dihuni. Kamu setidaknya memerlukan tempat tidur serta alas duduk biar gak dingin. Namun, bukan maknanya makin banyak perabot makin baik. Setiap tambahan perabot sama dengan mempersempit ruangan.
Secara psikis, dirimu dapat merasa sesak. Kamu butuh ruang lega untuk merasa lebih nyaman. Sesimpel kamu bisa berbaring di atas karpet ruang tamu pun, rasanya nyaman betul. Dari sini, dirimu mulai mempertimbangkan konsep ruang tamu lesehan.
4. Memikirkan kesesuaian perabot impian dengan ukuran nyata rumah

Semua hal yang ada dalam bayangan belum tentu pas ketika coba diaplikasikan. Mengenai perabot rumah, misalnya. Saat kamu belum membeli rumah, membayangkan punya sofa berbentuk huruf L sepertinya bagus.
Dirimu dapat mengimajinasikan enaknya duduk di setiap sisinya. Jelas dalam benakmu hendak menempatkan sofa tersebut di ruang tamu. Namun, selepas rumah terbeli dan ukurannya tidak cukup besar kamu mempertimbangkan ulang soal sofa itu. Kayaknya ruangan bakal terlalu sesak. Lebih cocok sofa lurus saja dengan dua dudukan.
5. Mau mengebor dinding saja rasanya sayang

Untuk perabot yang perlu dipasang di dinding, kamu berpikir lebih panjang. Dinding mesti dibor. Meski lubang-lubangnya tertutup perabot, ada rasa sayang. Dirimu telah merasakan membeli rumah sama dengan membayar setiap bata yang terpasang.
Barangkali ada perabot yang tak terhindarkan untuk tetap dipasang dengan bor. Namun, kamu rela meniadakan perabot-perabot yang gak urgen. Seperti gorden dan besi penggantungnya harus tetap dipasang. Akan tetapi, untuk rak-rak dirimu memilih model berkaki alih-alih digantung di dinding.
6. Baru serius survei perabot dan ternyata mahal

Sebelum kamu membeli rumah pun barangkali sudah mencari informasi harga perabot. Namun, cuma sekilas. Dirimu lebih fokus ke model perabot yang bagus-bagus. Survei yang serius baru dilakukan setelah rumah terbeli bahkan dihuni.
Dengan sisa tabungan yang tinggal sedikit, kamu terkaget-kaget akan harga perabot yang di luar dugaan. Rata-rata jutaan rupiah. Perabot mahal lebih mudah ditemukan daripada perabot murah. Keinginan menggebu-gebu di awal untuk segera mengisi rumah selengkap mungkin menjadi berkurang.
7. Mempertimbangkan tetangga sekitar

Sebagai pemilik rumah tentu kamu sebetulnya berhak membeli perabot apa saja. Dari perabot termurah sampai termahal juga hakmu. Tadinya dirimu pun berpikir begitu.
Toh, kamu membelinya memakai uangmu sendiri. Dirimu tidak menyusahkan siapa pun. Akan tetapi, setelah kamu menghuni rumah tersebut dan melihat ke sekitar pandangan berubah. Keadaan tetangga-tetanggamu tampaknya kurang baik.
Bakal sangat mencolok seandainya kamu memborong perabot. Toko akan mengantarkannya dengan truk dan semua orang tahu apa saja yang dibeli olehmu. Tak ingin menciptakan kesenjangan, dirimu berniat mencicil perabot sedikit demi sedikit saja.
Momen kamu berhasil membeli rumah boleh jadi tidak terasa semenyenangkan bayangan awal. Ada kalanya, kamu akan memasuki fase keinginan beli perabot berkurang setelah rumah terbeli. Meski begitu, tentu dirimu tetap bahagia dan bersyukur. Akan tetapi, kamu juga bakal terdorong buat mengambil keputusan apa pun secara lebih realistis. Gak lagi sekadar memperturutkan keinginan membeli perabot seperti yang ada di konten-konten home tour.



















