5 Material Furnitur yang Ramah Lingkungan, Rotan hingga Vegan Leather

Maraknya perkembangan gedung perkantoran, memicu tingginya demand terhadap dekorasi interior yang anti-mainstream. Terlebih, banyak pula perusahaan yang kini mulai memegang teguh konsep keberlanjutan di dalam visi dan misi mereka.

Gak heran, bila hal tersebut memicu tingginya minat material ramah lingkungan, yang ditekankan tanpa penggunaan kayu. William Simiadi, Managing Director VIVERE Group, terkait hal ini menegaskan, bila kebutuhan kostumer terhadap furnitur ramah lingkungan bisa diinisiasi dengan penggunaan bambu.

"Terkait penggunaan material ramha lingkungan, kita memahami kebutuhan kustomer dan berusaha mengembangkan dan memproduksi sesuai dengan itu. Misalnya, kita menggunakan bambu sudah lama sekali, yang ternyata Indonesia juga menjadi nomor 3 penghasil bambu di dunia," tuturnya.

Selain bambu, ada pula penggunaan rotan sebagai material furnitur di VIVERE. Menariknya, untuk material ini VIVERE Group berusaha untuk bertanggung jawab dengan menerapkan regulasi penanaman kembali dan bekerja sama dengan petani lokal.

"Untuk rotan, kita memastikan memanennya dengan penuh tanggung jawab. KIta bekerja sama dengan petani lokal yang dibayar pantas, lalu ada program penanaman kembali," ujarnya.

Gak hanya itu, mendukung konsep keberlanjutan dan ekonomi positif, VIVERE Group juga mengambil langkah pemberian barcode kepada setiap rotan yang dipanen. Hal ini diperuntukkan guna menghindari penggunaan bahan material yang bersumber dari penebangan liar.

Kamu mungkin berpikir jika dua material furnitur sebelumnya masih belum sustainable. Namun, bagaimana dengan ampas kopi? Ya, kamu gak salah dengar. VIVERE terus berinovasi mewujudkan pencapaian keberlanjutan dengan pemanfaatan segala rupa material yang bila dibiarkan dapat menjadi limbah.

Misalnya, ampas kopi. Dalam Press Conference tersebut, Alfath Kurniadi selaku Designer and Sustainable Material Expert, menerangkan bila di VIVERE ada pula serangkaian furnitur yang terbuat dari ampas kopi.

"Kita berusaha memanfaatkan material dari industri-industri yang seharusnya produk tersebut dibuang jadi limbah, tapi kita manfaatkan untuk pengganti kayu. Contohnya, di sini ada material ampas kopi yang kita jadikan pot," jelasnya.

Gak hanya ampas kopi, ampas kelapa pun bisa disulap menjadi bahan alternatif pengganti kayu. Akan tetapi, proses untuk mendapatkan manfaat dari bahan ini jelas bukan sebuah proses singkat. Terdapat perjalanan develop atas material baru, terutama dari ragam limbah agrikultur. 

"Untuk material ramah lingkungan, itu kita harus melakukan riset dulu. Setelahnya coba di-develop, guna memastikan hasil dari penggunaan material tersebut memiliki kualitas yang sesuai dengan standar VIVERE," kata William.

Terakhir, VIVERE Group juga memproduksi sejumlah furnitur yang terbuat dari material veggan leather. Ini mungkin bukan satu hal yang unik. Akan tetapi, kamu perlu tahu bila vegan leather di sini terbuat dari air kelapa.

Di beberapa daerah, petani kelapa hanya memanfaatkan daging dan batok kelapa untuk pembuatan minyak goreng. Dalam prosesnya, air kelapa akan dibuang dan menjadi sia-sia. Menyadari hal tersebut, VIVERE pun mengambil langkah pemanfaatan air kelapa dengan mengubahnya menjadi vegan leather.

"Makin ke sini masyarakat itu semakin aware dengan isu lingkungan, makanya kita coba develop beberapa material baru. Salah satunya yang banyak kita produksi saat ini adalah vegan leather dari air kelapa," pungkas Alfath.

Itu dia beberapa jenis material ramah lingkungan yang kini mulai diterapkan sebagai bahan dasar pembuatan furnitur. Selain lima di atas, adakah material lain yang kamu tahu?